Episode 4: Permohonan Diam-diam, Rahasiaku.
Senang karena akhirnya Zhen Ru mau main dengannya lagi, Sang Zhi pun dengan senang hati pergi sama dia, tidak sadar kalau di depan gerbang sekolah sudah ada Jia Xu yang datang menjemputnya (atas permintaan Sang Yan, pastinya).
Tapi ada yang aneh dan mencurigakan saat Zhen Ru malah mengajak Sang Zhi untuk melewati sebuah gang sepi yang terkenal berbahaya. Sang Zhi sudah punya firasat buruk dan mencoba mengajak Zhen Ru ke toko lain saja, tapi Zhen Ru malah ngambek dan nekat pergi sendiri ke sana.
Sang Zhi yang mengkhawatirkannya, akhirnya nekat juga menyusulnya. Namun yang tak disangkanya, Zhen Ru ternyata menjebaknya. Gang sepi itu adalah markasnya geng pembuli, mereka kembali Zhen Ru dan merampas uangnya, namun karena Zhen Ru tidak punya uang, makanya dia menjebak Sang Zhi yang punya uang. (Teman br3ngsek!)
Jadilah sekarang Sang Zhi yang dibuli geng preman cewek itu dan dirampas uangnya, dan Sang Zhi tidak mampu melawan, apalagi dengan kondisi kakinya yang terluka. Mereka bahkan mengancamnya untuk balik besok untuk setor uang lagi.
Zhen Ru berusaha untuk meminta maaf, tapi Sang Zhi terlalu marah padanya karena pengkhianatannya. Dia cuma menegaskan pada Zhen Ru untuk tidak takut mengadukan para preman itu pada orang tuanya dan guru, lalu pergi meninggalkannya.
Untungnya akhirnya dia bertemu dengan Jia Xu yang saat itu sudah panik mencarinya ke mana-mana. Sang Zhi yang awalnya tidak sedikitpun menitikkan air mata, sontak tak bisa lagi menahan ketakutannya di hadapan Jia Xu. Jia Xu pun langsung memeluknya dan Sang Zhi langsung menangis sedih dalam pelukannya.
Setelah Sang Zhi sudah bisa tenang, Jia Xu mendesaknya untuk bercerita, dia tidak terima Sang Zhi ditindas seperti ini, apalagi tangan Sang Zhi sampai terluka karenanya. Sang Zhi awalnya ragu karena tak ingin merepotkan Jia Xu yang setiap hari selalu sibuk bekerja. Namun karena Jia Xu terus mendesak, Sang Zhi pun mau juga bercerita tapi juga meyakinkan Jia Xu untuk tidak khawatir, dia baik-baik saja kok.
Jia Xu jelas kesal mendengar Sang Zhi dijebak temannya sendiri. Karena itulah dia tegas menyuruh Sang Zhi untuk putus hubungan dengan temannya itu. Lalu dengan senyum lembutnya Jia Xu menasehati Sang Zhi untuk selalu memberitahu kedua orang tuanya jika dia punya masalah apa pun, mereka akan melindungi Sang Zhi selamanya. Tapi di balik senyum lembutnya pada Sang Zhi, jelas Jia Xu tidak akan melepaskan masalah ini begitu saja.
Dengan cepat dia mengalihkan topik mengajak Sang Zhi pulang, tapi dia tidak mau membawa Sang Zhi naik bus karena takut kaki sang Zhi yang masih terluka terinjak-injak orang lain. Karena itulah dia berinisiatif menyewa sepeda terdekat untuk membonceng Sang Zhi pulang, melewati jalanan yang dipenuhi bunga-bunga yang indah.
Hari sudah petang saat akhirnya mereka sampai rumahnya Sang Zhi. Jia Xu memberinya uang untuk menggantikan uangnya yang diambil si preman tadi dan mengingatkannya untuk memberitahu kedua orang tuanya tentang masalah tadi.
Segala kebaikan dan perhatian Jia Xu benar-benar membuat Sang Zhi begitu bahagia dan semakin jatuh cinta padanya. Maka kemudian dia menuliskan perasaannya itu di sehelai kertas origami panjang, mengakui bahwa dia sepertinya... menyukai Duan Jia Xu. Kertas itu kemudian dia bentuk jadi bintang kecil lalu dia simpan ke dalam botol susu kosong pemberian Jia Xu.
Keesokan harinya saat hendak pulang sekolah, Sang Zhi malah mendapati Sang Yan and the gang sudah menunggu di depan sekolah. Ya, Jia Xu sudah menceritakan segalanya pada Sang Yan, makanya sekarang Sang Yan menuntut Sang Zhi untuk membawanya ke para pembuli itu.
Sang Zhi berusaha menolak bantuannya, tapi Sang Yan ngotot, dia tidak terima adiknya dibuli, mau dia lawan tuh para penjahat. Dia sudah semangat saja mau berkelahi sama para pembuli itu, tapi malah kaget begitu mendengar para pembulinya ternyata geng cewek.
Namun tak peduli apa pun gender mereka, pokoknya Sang Yan tetap bertekad mengakhiri penindasan adiknya. Akhirnya mereka harus ganti strategi, alih-alih berkelahi, mereka cuma menakut-nakuti dan mengancam para pembuli itu, dan dengan mudah berhasil mendapatkan kembali dompetnya Sang Zhi.
Sang Zhi pun senang bisa mendapatkan uang dan dompetnya kembali. Jia Xu gemas melihatnya makan lolipop sampai pipinya menggembung kayak ikan buntal. Sang Zhi pun mengembalikan uangnya Jia Xu, tapi dengan alasan meminta Jia Xu untuk beli permen. Keakraban mereka membuat yang lain jadi merasa kalau Sang Zhi lebih cocok jadi adiknya Jia Xu.
Sebenarnya, sejak SMP jug Sang Zhi selalu berpikir bahwa alangkah baiknya jika Jia Xu adalah kakaknya. Jia Xu adalah orang paling hangat dalam hidupnya, memberinya perhatian dan kekuatan saat dia sedang membutuhkan. Karena itulah, Sang Zhi ingin tumbuh menjadi pribadi yang hangat seperti Jia Xu.
Gara-gara masalah ini, Zhen Ru pun harus pindah sekolah, sedangkan para pembuli itu juga sudah mendapat hukuman dari pihak sekolah dan kepolisian. Zhen Ru benar-benar merasa bersalah pada Sang Zhi, tapi Sang Zhi masih marah padanya, makanya dia terus cuek dan menolak kontak mata dengannya, makanya Zhen Ru cuma bisa memberikan selembar surat padanya.
Sang Zhi tetap cuek menolak membuka surat itu awalnya, namun setelah Zhen Ru pergi, dia akhirnya membuka surat itu, membaca satu kalimat Zhen Ru yang setulus hati meminta maaf padanya.
Beberapa hari kemudian, pak guru mengumumkan bahwa tema ujian kali ini adalah karangan tentang impian masing-masing, sebuah tema yang sontak membuat Sang Zhi terpaku kebingungan karena dia bahkan tidak pernah memikirkan apa impiannya.
Maklum, dia anak kesayangan yang selalu dimanja dan sangat dilindungi oleh keluarganya. Hidupnya sehari-hari sejahtera tanpa beban, makan enak, dan tidur nyenyak di rumah yang hangat. Wajar saja jika dia tidak punya pandangan masa depan. Akhirnya dia cuma menulis bahwa impiannya adalah cinta dan kedamaian dunia. Pfft!
Nilai-nilainya sebenarnya bagus di hampir semua mata pelajaran, kecuali satu, fisika. Itu karena dia tidak minat terhadap fisika, makanya dia malas belajar fisika, tidak pernah mendengarkan pelajaran fisika, dan tidak peduli biarpun nilai fisikanya jelek, yang penting dia tetap lulus saja. Beres!
Toh dia sama sekali tidak ada niatan untuk bekerja di bidang fisika nantinya. Dia lebih suka menggambar kartun dan ingin menggeluti pekerjaan yang berhubungan dengan menggambar.
Kedua orang tuanya jadi khawatir, jelas mereka tidak akan membiarkan masalah ini begitu saja? Karena itulah, mereka memaksa Sang Zhi untuk les. Tapi ternyata guru lesnya adalah kakaknya sendiri.
Ya biarpun Sang Yan pintar fisika, tapi jelas Sang Zhi jadi semakin tidak ada minat belajar jika dia yang jadi gurunya. Apalagi cara ajar Sang Yan juga terlalu metodis yang ujung-ujungnya terus menerus mendapat keluhan dari Sang Zhi yang sama sekali tidak mengerti penjelasannya dan jadi semakin bingung... hingga akhirnya mereka malah berakhir perang saudara saling baku hantam pakai bantal, dan diakhiri dengan Sang Zhi yang mewek heboh. Hadeh! Kacau.
Keduanya sontak kompak mengeluh ke papa-mama mereka yang intinya mereka menuntut untuk ganti guru saja. Tapi keduanya sama-sama tidak mau kalau ada orang asing masuk ke kamar mereka, jadi mereka kompak menolak kamar masing-masing dijadikan tempat belajar.
Tapi papa dan mama lebih membela Sang Zhi, jadi mereka tetap menuntut Sang Yan untuk mengorbankan kamarnya untuk dijadikan tempat belajar. Hadeh! Sang Yan sebal tapi apa boleh buat, terpaksa dia harus mengalah untuk sang tuan putri.
Namun yang tidak Sang Zhi sangka, orang tuanya dengan cepat mendapatkan guru les pengganti malam itu juga dan memberitahunya bahwa gurunya akan datang besok pagi. Sang Zhi kesal, dia tidak mau belajar fisika!
Karena itulah, dia berencana untuk kabur besok, biar si guru baru mengira kalau dia anak yang sulit diatur dan akan menyerah dengan cepat. Tapi keesokan harinya, dia malah ketiduran sampai kesiangan.
Epilog:
Jia Xu magang di sebuah perusahaan game online, sesuai jurusan yang diambilnya. Kebetulan di sana, dia bertemu dengan seniornya yang satu kampung dengannya. Si senior kagum dengan kehebatan Jia Xu dan bertanya-tanya apakah Jia Xu akan kembali dan bekerja di Yihe setelah lulus.
Sebentar lagi si senior akan dipindahtugaskan ke markas utama di Yihe untuk menangani proyek game baru, makanya si senior ingin sekali bekerja sama dengan orang berbakat seperti Jia Xu di kampung halaman mereka.
Namun entah mengapa Jia Xu tampak jelas enggan untuk kembali ke kampung halamannya. Dia tidak menolak namun juga tidak mengiyakan, masih bimbang dan masih mempertimbangkan untuk kembali ke Yihe atau tidak. Tak lama setelah itu, pikirannya tersela saat dia mendapat telepon dari Sang Yan yang memintanya untuk menjemput Sang Zhi di sekolah.
Bersambung ke episode 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam