Sinopsis Drama Cina Hidden Love Episode 3

Episode 3: Perhatian, Sedikit Lebih Dekat.

Sambil menunggu Sang Yan mengambil mobil, Qian Fei mengajak Sang Zhi (yang masih murung sepanjang waktu) main mesin capit. Sang Zhi tertarik ingin mendapatkan boneka beruang, tapi usahanya gagal terus. Jia Xu yang memperhatikannya sedari tadi, langsung berinisiatif membantunya.

Dia santai saja kontak fisik dengan Sang Zhi saat dia mengambil koin dari tangan Sang Zhi tanpa sadar kalau dia sudah membuat Sang Zhi gugup bukan main. Jia Xu berhasil mengambil boneka beruang putih itu pada percobaan kedua dan langsung memberikannya ke Sang Zhi.

"Aku sudah mengambilkanmu boneka. Jangan menangis lagi," ujar Jia Xu yang sontak membuat senyum Sang Zhi mengembang kembali dan membuat Sang Zhi jadi teringat kenangan dua tahun yang lalu setelah Jia Xu membantunya menghadapi Pak Guru Matematika.

Waktu itu, Jia Xu mau mengantarkan Sang Zhi pulang. Sang Zhi mengira kalau Jia Xu mau mengadukannya ke kedua orang tuanya, makanya dia panik berusaha mencegah Jia Xu mengantarkannya pulang, dia bahkan berusaha berakting mau nangis, tapi gagal karena Jia Xu tidak terperdaya oleh aktingnya dan ngotot mengantarkannya pulang.

Namun yang tak disangkanya, Jia Xu ternyata benar-benar sangat pengertian, bahkan berjanji akan merahasiakan masalah ini dari kedua orang tuanya Sang Zhi. Dia bahkan bersedia menuruti Sang Zhi untuk berjanji jari kelingking dengannya.

Akan tetapi, dengan tegas dia memperingatkan Sang Zhi untuk mengubah sikapnya dan mendengarkan guru di kelas. Jangan sampai kejadian semacam ini terulang, jika tidak, maka kejadian kali ini pasti akan ketahuan orang tuanya Sang Zhi dan mereka berdua pasti akan kena masalah.

Sang Zhi santai saja menanggapinya, kalau kejadian seperti ini terulang kembali, maka Jia Xu pura-pura jadi kakaknya lagi saja. Dia merasa kalau Jia Xu baik banget sama dia, bahkan lebih baik daripada kakak kandungnya. Namun Jia Xu jelas tidak mau mengulang kejadian seperti ini lagi dan menegaskannya melalui tatapan tajamnya pada Sang Zhi.

Dia mengantarkan Sang Zhi sampai depan rumah saja, dan cuma menitipkan lampu untuk diberikan pada ayahnya Sang Zhi untuk memperbaiki lampu dapur yang rusak. Setelah memastikan Sang Zhi masuk rumah, dia pun langsung pergi. Namun sebenarnya Sang Zhi diam-diam mengintipnya dan terpesona melihatnya bermain sebentar dengan anjing tetangga.

Kembali ke masa kini... Sang Zhi dipaksa Zhen Ru untuk merayakan ultahnya Fu Zheng Chu. Padahal Sang Zhi sama sekali tidak tertarik dan tidak peduli juga, tapi Zhen Ru tidak mau tahu dan terus menyeretnya paksa ke sebuah cafe tempat janjian dengan Fu Zheng Chu.

Yang tidak Sang Zhi sangka, ternyata cafe yang mereka tuju adalah tempat kerja paruh waktunya Jia Xu, dan selama Zhen Ru sibuk menentukan pesanan, Sang Zhi sibuk sendiri mengintipi Jia Xu.

Dia berusaha melakukannya diam-diam biar tidak ketahuan, mengira kalau dia beneran tidak ketahuan karena Jia Xu juga sibuk mondar-mandir mengurus segala hal di cafe itu. Namun saat di kasir, Jia Xu terus terang mengonfrontasinya yang tadi diam-diam mengintipnya sepanjang waktu. Wkwkwk!

Malu, Sang Zhi dengan penuh harga diri menyangkal mengintip Jia Xu. Geli, Jia Xu mengiyakannya saja, dengan manisnya menjaga harga diri Sang Zhi. Dia bahkan menolak uangnya Sang Zhi dan ngotot untuk mentraktir mereka.

Namun tak lama kemudian, Sang Zhi melihat bos cafe datang dan mendengar Jia Xu meminta gajinya dibayar di muka. Hmm, sepertinya dia sangat butuh uang entah untuk apa. Tak pelak itu membuat Sang Zhi jadi tidak enak hati untuk menerima traktiran Jia Xu.

Tepat saat itu juga Fu Zheng Chu dan kedua temannya datang. Mengenali Jia Xu sebagai kakaknya Sang Zhi dan mengira kalau dia kakak kandungnya Sang Zhi, Zheng Chu langsung menyapa Jia Xu dengan antusias, tapi bingung juga kenapa kakaknya Sang Zhi bekerja paruh waktu di cafe padahal keluarganya Sang Zhi kaya raya.

Sang Zhi benar-benar tidak ingin ikut, tapi Zhen Ru dan Fu Zheng Chu terus memaksanya sehingga terpaksa dia harus ikut merayakan ultah di sebuah KTV. Namun sebelum dia pergi, Jia Xu yang khawatir, dengan tegas memperingatkan Sang Zhi untuk pulang sebelum malam.

Tapi belum semenit, Sang Zhi mendadak kembali. Dia masih tak enak hati untuk menerima traktiran Jia Xu karena sepertinya Jia Xu kekurangan uang, makanya dia bekerja terus sepanjang hari. 

Biarpun Jia Xu meyakinkannya bahwa dia masih punya cukup uang untuk mentraktir Sang Zhi, tapi Sang Zhi tetap diam-diam meletakkan sejumlah uang di meja lalu bergegas pergi.

 

Sang Zhi benar-benar tidak suka keramaian dan tidak suka pesta. Saat semua orang bersuka cita, dia doang yang merengut sepanjang waktu tapi tetap berusaha bersopan santun. Fu Zheng Chu berniat memanfaatkan momen ini untuk n3mb4k Sang Zhi.

Namun bahkan sebelum dia sempat mengucap sepatah kata, Sang Zhi mendadak pamit pulang duluan. Dia bahkan langsung pergi saat itu juga tanpa menyadari kalau dia sudah merusak suasana dan membuat Zhen Ru jadi kesal sama dia.

Atas desakan teman-temannya Fu Zheng Chu pun bergegas mengejar Sang Zhi, ngotot untuk menyatakan perasaannya pada Sang Zhi saat itu juga, tapi Sang Zhi langsung menolak tanpa tedeng aling-aling yang sontak saja membuat Zheng Chu menangis. Wkwkwk! 

Jia Xu yang sedari tadi melihat mereka dari dalam cafe, akhirnya keluar dan kedatangannya sukses mengusir Zheng Chu. Dia jujur mengakui kalau dia menguping mereka dan tampak jelas tak senang ada pria yang n3mb4k Sang Zhi.

Bersikap selayaknya kakak yang baik, Jia Xu memperingatkan Sang Zhi untuk tidak pacaran dini karena Sang Zhi masih SMA, harus fokus belajar. Akan tetapi, di sisi lain, dia juga memberitahu Sang Zhi bahwa ada orang yang menyukainya itu juga hal yang bagus. 

Karena itulah, menasehati Sang Zhi untuk mengucap terima kasih dan menolak dengan sopan kalau ingin menolak pernyataan cinta seorang pria. Jangan menyakiti hati orang, apalagi sampai membuat orang itu menangis seperti tadi.

Sang Zhi sontak membela diri dan menyangkal kalau dia menyakiti orang, Fu Zheng Chu saja yang cengeng. Sejak kecil tuh anak memang cengeng. Setiap kali mereka berkelahi dulu, Zheng Chu-lah yang menangis duluan. Pfft! Jia Xu geli mendengarnya. Sang Zhi suka berkelahi dengan anak cowok? Ganas juga ya. Pantas saja orang tuanya sering dipanggil ke sekolah.

Mengalihkan topik, Jia Xu mengembalikan uang yang Sang Zhi tinggalkan di meja tadi, bersikeras tidak mau menerima uangnya Sang Zhi, dan tampak jelas kurang senang dengan pemikiran Sang Zhi yang mengasihaninya sebagai orang yang malang.

Namun dia meyakinkan Sang Zhi bahwa dia tidak marah, malah berterima kasih atas niat baik Sang Zhi padanya. Tapi sungguh dia tidak kekurangan uang (Hmm, terus kenapa dia butuh bekerja sekeras itu?).


Keesokan harinya di sekolah, Zhen Ru masih kesal pada Sang Zhi gara-gara merusak suasana kemarin, makanya sekarang dia mengabaikan Sang Zhi dan main dengan orang lain (jelas dia bukan teman yang baik).

Sekolah mereka mengadakan festival lomba olahraga. Sang Zhi tidak mau ikut sebenarnya, tapi wali kelas memaksanya untuk ikut lomba lompat tinggi. Acaranya di adakan di lapangan Universitas Nanwu. Makanya Sang Yan dan Jia Xu berpartisipasi jadi panitia.

Biarpun sempat patah hati karena Sang Zhi, tapi Zheng Chu tetap menyapa Sang Zhi dan menjaga hubungan pertemanan mereka. Sang Zhi pun sama, tetap menyemangati Zheng Chu setulus hati untuk lomba olahraga ini, dan begitulah, kecanggungan mereka pun akhirnya mencair dengan status hanya sebagai teman.

Saat Sang Zhi harus mendaftarkan namanya untuk lomba lompat tinggi, Sang Yan sudah memprediksi kalau Sang Zhi pasti akan gagal karena tinggi badannya. Namun Jia Xu dengan manisnya menyemangati Sang Zhi, bahkan memberinya topi biar Sang Zhi tidak kepanasan.

Namun ternyata prediksi Sang Yan benar. Bukan cuma masalah tinggi badan, Sang Zhi memang benar-benar tidak bisa lompat tinggi. Beberapa kali dia mencoba, gagal total. Parahnya lagi, pada percobaan terakhir, dia malah terjatuh dan melukai dirinya sendiri yang jelas saja membuat semua orang, terutama kakaknya dan Jia Xu, jadi khawatir.

Sang Yan langsung menggendongnya dengan dibantu beberapa orang... termasuk Pak Guru Matematika SMP yang mengenali Jia Xu sebagai kakaknya Sang Zhi dan sekarang dia penasaran siapa yang menggendong Sang Zhi. Pfft!

Panik, Sang Zhi secepat kilat membungkam mulut Sang Yan dan refleks berkata pada Pak Guru, "Dia (Sang Yan) papaku!" Wkwkwk! Jia Xu buru-buru membenarkannya lalu bergegas pergi bersama mereka ke UKS. 


Sontak saja kakak-adik itu ribut sepanjang jalan dengan Sang Yan yang bingung dan tidak terima disebut sebagai papanya Sang Zhi.  Jia Xu sampai harus bertindak menengahi mereka dan berinisiatif menggantikan Sang Yan untuk menggendong Sang Zhi. 

Sementara Sang Yan pergi entah ke mana, Jia Xu dengan lembut  dan penuh perhatian mengobati luka-lukanya Sang Zhi, dan mengecek setiap detil di mana saja lukanya Sang Zhi.

Sang Zhi benar-benar tersentuh dan semakin terpana padanya. Jia Xu benar-benar sangat baik padanya, tidak seperti kakaknya yang selalu memarahinya setiap saat, kakaknya tidak pernah menyayanginya.

Jia Xu tidak setuju dan memberitahu Sang Zhi bahwa Sang Yan tadi sangat khawatir saat Sang Zhi terjatuh, Sang Yan bahkan yang paling sigap untuk menggendong Sang Zhi. Jadi tidak mungkin kalau Sang Yan tidak menyayangi adiknya.

Jia Xu memang benar. Sang Yan bukannya benar-benar pergi meninggalkan adiknya, melainkan cuma untuk mengambilkan sebotol air untuknya dan Jia Xu. Dia bahkan langsung menawarkan punggungnya lagi untuk menggendong Sang Zhi ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, tapi Sang Zhi masih ragu, malah melirik Jia Xu.

"Kakak kandungmu (Jia Xu) masih ada kelas nanti siang, cuma ayah kandungmu (Sang Yan) yang bisa mengantarkanmu ke rumah sakit."


Atas dorongan Jia Xu, Sang Zhi akhirnya mau juga digendong Sang Yan, dan Jia Xu langsung kembali ke tugasnya membantu gadis lain yang juga terluka, dengan lembut menuntun si gadis ke UKS.

Jelas saja pemandangan itu membuat Sang Zhi jadi sedih menyadari Jia Xu bukan cuma baik ke padanya saja, melainkan baik pada semua orang, pastilah dia bukan orang yang istimewa bagi Jia Xu.

 

Sang Yan memang sangat menyayangi adiknya biarpun mereka suka ribut sepanjang waktu. Tadi dia pergi tuh ternyata bukan cuma membeli air untuknya dan Jia Xu, melainkan juga membeli permen kesukaan Sang Zhi untuk menghiburnya, dan Sang Zhi pun dengan senang hati membagi dua permennya untuk disuapkan ke Sang Yan. 

Keesokan harinya di sekolah, Zhen Ru tiba-tiba saja berubah sikap mendekati Sang Zhi kembali dan mengajaknya untuk membeli barang. Sang Zhi tentu saja karena Zhen Ru akhirnya kembali jadi temannya.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments