Li Wei tercengang dan gugup mendengar pengakuan cinta Yin Zheng. Tapi Yin Zheng meyakinkan bahwa dia tetap menghargai keinginan Li Wei dan berjanji akan mengantarkannya pulang.
"Aku kan belum mengatakan apa-apa, kenapa langsung mau mengantarkanku pulang?" protes Li Wei keceplosan. (Pfft!)
Baru sadar, Li Wei buru-buru menjelaskan bahwa maksudnya, dia belum punya jawaban untuk pernyataan cinta Yin Zheng tadi. Li Wei minta waktu untuk memikirkannya. Baiklah, Yin Zheng setuju. Li Wei pikirkan saja pelan-pelan. Dia boleh memikirkannya selama apa pun.
Canggung, Yin Zheng mengalihkan perhatiannya ke Baifu yang lagi berjemur. Yin Zheng berkomentar bahwa Baifu sepertinya suka berjemur. Musim dingin di Xinchuan memang biasanya hangat, malah musim panasnya yang sejuk.
"Di sini juga jarang turun salju seperti di Jichuan? Kupikir aku akan bisa melihat salju," ucap Li Wei tanpa sadar kalau itu artinya dia ingin tetap tinggal di sini.
Baru sadar sedetik kemudian, Li Wei sontak canggung menyangkal kalau dia ingin tinggal di sini lalu buru-buru menghindar dari Yin Zheng. Tapi tentu saja keceplosannya Li Wei barusan membuat Yin Zheng senang.
Nanti malam adalah malam tahun baru. Pagi harinya, Li Wei memasang hiasan lampion kecil, tapi Song Wu tak mau kalah dan sengaja pasang lampion besar di tempat yang sama. Dia bahkan berniat mau mengikuti Li Wei ke mana pun dengan alasan untuk mengawasi Li Wei.
Pelayannya sampai heran, Song Wu selalu berkata bahwa dia menyukai Yin Zheng. Tapi dilihat dari sikapnya yang perhatian banget sama Li Wei, kok kayaknya Song Wu sukanya sama Li Wei yah? (Pfft! Kayaknya memang iya)
Song Wu bahkan hobi mengganggu Yin Zheng, bukan bertujuan untuk menarik perhatian Yin Zheng, melainkan untuk mendapatkan perhatian Li Wei. Song Wu suka yah sama Li Wei? Xixixi. Jelas saja Song Wu langsung menyangkal keras dengan penuh harga diri, bersikeras kalau dia hanya menyukai Zheng gege.
Malam harinya, Yin Zheng mengajak Li Wei jalan-jalan di pasar malam yang biasanya hanya buka pada malam tahun baru. Pada saat yang bersamaan di sebuah restoran, Yin Qi juga tak kalah manis dari adiknya, dia memberikan hadiah tahun baru berupa hotpot pedas khusus sesuai kesukaan Shangguan Jing.
Kebetulan Li Wei dan Yin Zheng juga hendak makan di restoran ini. Jadi sekalian saja mereka mengundang Yin Zheng dan Li Wei makan bersama, dan jadilah mereka berempat double date makan hotpot sambil ngobrolin masalah persiapan acara peresmian rumah baru mereka.
Shangguan Jing mengaku iri pada Li Wei yang sudah pindah ke kediaman luar istana, sekarang Li Wei bisa bebas keluar rumah sesuka hati. Shangguan Jing juga ingin begitu. Nanti kalau dia juga sudah pindah ke kediaman sendiri, dia akan sering keluar rumah untuk bersenang-senang. Bosan di rumah terus.
Yin Qi mau ikut juga, tapi Jing ogah mengajaknya. Jelas saja Yin Qi langsung protes, Jing kan istri resminya, kalau bukan sama dia, terus Jing mau keluar rumah sama siapa?
Yin Zheng mendadak nimbrung menggodai Yin Qi, "kakak ipar mau kabur?... Kakak ipar tidak boleh kabur!"
Yin Qi sebal, "diam dan makan saja."
Yin Qi menyuapnya dengan memberinya sebutir makanan, tapi Yin Zheng langsung menolak, kemanisan soalnya. Tapi begitu Li Wei memberinya makanan yang sama dengan saus yang lebih sedikit, Yin Zheng langsung memakannya. Enak! Hehe.
"Kalian ini datang kemari untuk makan atau membuatku kesal?" sebal Yin Qi.
"Kau sendiri yang mengundang kami masuk," kompak Yin Zheng dan Li Wei.
"Aku memang perlu dipukul!"
Berbeda dengan Li Wei dan Shangguan Jing yang bisa bersenang-senang di luar berkat suami-suami mereka yang manis dan perhatian, Hao Jia kesepian terkurung di rumah. Tuannya juga tidak mendatangi kamarnya.
Tapi dia penasaran dengan satu hal, kenapa selama beberapa tahun menikah, Fang Ru masih juga belum hamil. Pelayannya memberitahu bahwa pada saat seleksi istri 6 tahun yang lalu, Fang Ru adalah yang paling unggul sehingga terpilih menjadi istri resmi Putra Mahkota.
Namun pada akhirnya Yin Song malah ingin menikah lagi. Fang Ru jadi panik karenanya dan sejak saat itu dia tidak lagi berhubungan dengan dunia luar dan diam di rumah menjaga Yin Song.
Li Wei mengundang teman-temannya dan Yin Han (Tuan Muda Ke-9, soalnya dia Tuan Muda yang paling suka bermain dengan para wanita) untuk mencicipi beberapa menu yang akan dia sajikan untuk untuk acara peresmian rumah baru.
Hai Tang benar-benar iri sama Li Wei yang sebentar lagi akan pindah ke kediaman baru, tidak seperti dia dan para gadis istilah matahari yang setiap hari harus melihat tampang Yin An. Sontak saja Jing dan Hao Jia langsung ikutan nimbrung menggosipkan suami masing-masing yang nggak banget itu. Yin Qi sangat bodoh, sedangkan Yin Song sangat egois.
Cuma Li Wei seorang yang punya pujian baik untuk suaminya yang jelas saja membuat semua orang langsung heboh. Li Wei sudah menyukai suaminya, ya? Malu, Li Wei ngotot menyangkal, tapi tak ada yang percaya. Mereka maklum banget kalau Li Wei menyukai suaminya. Di antara para tuan muda, memang hanya Yin Zheng yang paling baik.
Bahkan Yin Han pun setuju, kakak keenamnya itu memang sangat baik, Yin Zheng-lah yang selalu membelanya setiap kali dia dihina Yin Song. Dia baik dan tampan, wajar saja kalau Li Wei suka sama Yin Zheng.
Li Wei terus saja ngotot menyangkal dan langsung cari-cari kekurangan Yin Zheng, tapi bahkan ejekannya sama sekali tidak terdengar seperti ejekan, membuat semua orang semakin yakin kalau Li Wei memang ada rasa sama Yin Zheng.
Sudah setengah bulan sejak Yin Zheng menyatakan perasaannya pada Li Wei, tapi tetap saja Li Wei belum memberi jawaban pasti. Tapi tidak masalah bagi Yin Zheng, dia bersedia memberi Li Wei waktu seumur hidup. Seumur hidup itu panjang.
Yin Zheng sabar menunggu, Su Shen yang tidak sabaran. Su Shen kan sudah semakin menua. Bagaimana kalau Yin Zheng masih belum bersama Li Wei bahkan setelah Su Shen mati? Yin Zheng santai, nanti akan dia tuliskan dan bakarkan akhir kisah cinta mereka berdua untuk Su Shen baca di alam baka. (Pfft!)
Berduaan dengan Hao Jia, Li Wei akhirnya jujur mengaku bahwa Yin Zheng sudah menyatakan perasaannya padanya dan menginginkannya untuk menjadi istri resmi.
Hao Jia tentu saja senang untuknya. Itu artinya, Yin Zheng benar-benar suka sama Li Wei. Di Xinchuan, pria boleh berpoligami sebanyak apa pun, namun fakta bahwa Yin Zheng awalnya rela melepaskan Li Wei dan menanggung akibatnya sendiran, dan sekarang dia menginginkan Li Wei untuk menjadi istri resminya padahal itu melanggar aturan, jelas menunjukkan bahwa Yin Zheng benar-benar menyukai Li Wei. Bagaimana perasaan Li Wei sendiri? Apa dia juga menyukai Yin Zheng?
Li Wei jujur mengaku bahwa dia merasa tenang setiap kali bersama Yin Zheng. Malah, dia sebenarnya tidak sabaran ingin segera pindah ke kediaman baru. Makan bersama Yin Zheng, belajar bersama, bercocok tanam bersama.
Hao Jia geli mendengarnya, "lihatlah dirimu. Kau terlihat kasmaran. Kau sudah jatuh cinta padanya."
Tapi Li Wei masih ragu, "bagaimana jika itu adalah sebuah hal yang gegabah? Bagaimana jika nantinya aku malah menyesal dan ingin pulang? Aku tidak terlalu memahaminya, dia juga tidak terlalu memahamiku. Tinggal di sini hanya demi hal yang gegabah."
Hao Jia setuju bahwa cinta kadang bisa membuat orang kehilangan akal. Tapi menurut penilaian Hao Jia, Tuan Muda Keenam itu sangat peduli pada Li Wei. Karena itulah, Hao Jia menyarankan Li Wei untuk mencobanya saja.
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, Li Wei tak sengaja berpapasan dengan Yin Zheng yang datang dari arah berlawanan. Sontak saja keduanya canggung tak tahu harus bagaimana.
Li Wei cepat-cepat pamit, tapi Yin Zheng sontak berbalik arah mengikutinya, dengan canggung berpura-pura seolah dia mau menuju ke arah yang sama dengan Li Wei, padahal awalnya dia hendak menuju ke arah berlawanan. Hehe.
Demi menarik perhatian suaminya lagi, Hao Jia membuat sandiwara berdoa di bawah pohon sakura. Tepat saat Yin Song lewat, dia menggoyang pohon sakura itu untuk membuat bunga-bunganya berjatuhan, biar kelihatan dramatis bin romantis, berakting mendoakan kebaikan suaminya.
Tentu saja Yin Song si licik itu tahu betul apa maunya Hao Jia dan langsung berusaha membujuk Hao Jia untuk membantunya jadi mata-mata untuk menyelidiki Yin Zheng melalui Li Wei.
Tapi Hao Jia dengan cerdiknya menolak dengan alasan kalau dia tidak pintar dalam masalah begituan dan meyakinkan Yin Song bahwa Li Wei juga tidak pernah tanya-tanya tentang Yin Song.
Untungnya Yin Song akhirnya beralih topik mengomenteri pinggang Hao Jia yang sekarang tambah gendut dan menyuruhnya untuk diet biar pinggangnya ramping kembali seperti dulu. Hao Jia mengiyakannya saja dengan patuh padahal diam-diam dia melempar tatapan sebal pada suaminya itu.
Li Wei lagi-lagi mengundang teman-temannya dan Yin Han untuk mencicipi menu makanan lagi. Tapi gara-gara komentar Yin Song tadi, Hao Jia sekarang menolak makan, bertekad untuk diet.
Topik tentang diet, sontak membuat Hai Tang dan para gadis istilah matahari mendadak sadar kalau belakangan ini baju-baju mereka juga mulai mengetat, sepertinya mereka juga harus mulai diet dan langsung meminta saran diet dari Hao Jia.
Jadilah Hao Jia mulai menguliahi semua orang tentang berbagai macam diet yang pastinya cukup menyiksa bagi tukang makan kayak Li Wei. Dia sungguh tidak mengerti kenapa orang-orang bilang kalau gemuk itu tidak cantik?!
Jadilah para wanita itu mulai diet. Namun Yin Qi dengan manisnya meyakinkan Jing untuk tidak usah diet, Jing sudah cukup kurus kok. Lebih manisnya lagi, Yin Qi sudah menebus kembali semua senjatanya Jing yang sebelumnya dia gadaikan. Tentu saja Jing bahagia dan langsung mengucapkan terima kasihnya dengan memukul Yin Qi.
Li Wei juga diet. Waktu sarapan, dia mendadak menolak makan daging kesukaannya, malah memberikannya ke Song Wu yang jelas saja membuat Song Wu merasa aneh sampai-sampai dia berpikir kalau Li Wei mau meracuninya.
Jelas tidak lah, Li Wei dengan wajah sedih menjelaskan kalau dia lagi diet. Bajunya belakangan ini sudah semakin mengetat. Yin Zheng dengan manisnya meyakinkan Li Wei bahwa dia tidak gemuk dan tidak usah diet, melaparkan diri sendiri itu tidak baik. Kalau bajunya ketat, berarti bajunya yang salah. (Pfft!)
Benar juga. Li Wei mendadak semangat makan lagi, apalagi menu hari ini adalah makanan khas Jichuan yang dimasak Koki Liu atas perintah Yin Zheng (so sweet Yin Zheng). Tapi tiba-tiba Yu Ping datang mengabarkan Hai Tang pingsan. OMG!
Li Wei bergegas pergi ke sana untuk menyuapi Hai Tang bubur. Ternyata Hai Tang pingsan karena kelaparan. Bukan karena dia diet dan melaparkan dirinya sendiri, melainkan karena dia dan para gadis matahari dilarang makan sama suami mereka yang menuntut pinggang mereka harus seukuran kertas. Beuh!
Jelas saja Li Wei dan Shangguan Jing sontak protes heboh mengutuki tuntutan untuk kurus bagi wanita itu. Sungguh tidak masuk akal. Wanita mempertahankan bentuk badan adalah demi kesehatan dan kesenangan diri sendiri, bukan demi menyenangkan pria.
Li Wei kesal banget sehingga begitu pulang, dia langsung melakukan aksi protes menggunting roknya, berniat memperbesarnya, tak peduli biarpun dia melanggar aturan, pokoknya dia mau pakai baju longgar.
Suaminya tiba-tiba datang, namun bukannya memprotesnya, Yin Zheng justru mendukungnya bahkan membantunya menggunting rok itu. Dia tampaknya cukup ahli dalam masalah beginian, Li Wei sampai heran, kenapa seorang Tuan Muda malah serba bisa seperti ini.
Su Shen sontak nimbrung menjawabnya. Yin Zheng tumbuh tanpa ibunya di sisinya, makanya dia harus melakukan segalanya seorang diri. Makanya kemampuannya mengurus dirinya sendiri sangat hebat.
Yin Zheng menegurnya untuk diam, tapi sebenarnya diam-diam dia ngasih jempol untuk Su Shen dan mengisyaratkan Su Shen untuk terus bicara. Oke! Su Shen sontak semangat mewek memberitahu Li Wei tentang kisah sedih hidup Yin Zheng yang sejak kecil selalu diabaikan orang tuanya sendiri.
Dia bahkan harus menghemat makanannya sendiri demi memberi makan para bawahannya karena Tuan Besar membatasi pengeluaran anak-anak selir. Gara-gara itulah Yin Zheng jadi sakit lambung.
Aww, sungguh kisah yang sedih, Su Shen langsung nangis. Sebenarnya dia sudah terlalu lebay sih, tapi Su Shen terus semangat memberitahu Li Wei bahwa Yin Zheng tidak pernah dendam pada siapa pun biarpun dia diperlakukan tidak adil sejak kecil.
Tapi saat Li Wei tanya apakah Yin Zheng pilih-pilih makanan itu juga demi memberi makan para bawahannya, Su Shen menyangkal dan berkata bahwa Yin Zheng memang orangnya suka pilih-pilih makanan. Wkwkwk!
Yin Zheng sontak kesal memelototinya dan mengancamnya untuk diam. Ketakutan, Su Shen pun langsung mengajak kedua pelayan untuk pergi meninggalkan mereka berduaan.
Saat melihat Yin Zheng yang tengah kesulitan memasukkan benang merah ke lubang jarum, Li Wei tiba-tiba teringat nasehat Hao Jia. Nasehat itulah yang akhirnya membuat Li Wei mantap memanggilnya "Yin Zheng."
Jelas saja Yin Zheng kaget mendengar Li Wei memanggil namanya langsung. Li Wei dengan malu-malu menarik benang merah yang Yin Zheng pegang sehingga sekarang mereka saling memegang kedua ujung benang itu.
"Bukankah kau ingin aku menjadi istrimu. Aku memanggilmu Yin Zheng, apa kau berani merespon?" tanya Li Wei.
"Kau sungguh bersedia?"
"Iya. Tapi ada perbedaan di antara Jichuan dan Xinchuan. Kau mengerti, kan?"
"Hanya kau seorang. Tidak ada orang lain," janji Yin Zheng.
"Kalau begitu, aku bersedia."
Yin Zheng sontak menarik Li Wei ke dalam pelukannya. Li Wei memberitahu Yin Zheng bahwa jika setelah Yin Zheng pulang kerja besok, Yin Zheng melihatnya menunggunya, maka itu artinya, dia ingin tinggal dan menjalani hidup bersama Yin Zheng.
Duo pelayan dan Su Shen diam-diam mengintip dari luar. Su Shen begitu terharu karena tuannya yang selalu diperlakukan tidak adil dan diabaikan keluarganya sendiri, akhirnya mendapatkan wanita yang dicintainya. Saking terharunya, Su Shen hampir saja mewek, untuknya duo pelayan dengan cepat menutup mulutnya dan mendorongnya menjauh.
Keesokan paginya, Su Shen membantu Yin Zheng memakai seragam kerjanya. Guru Dai juga datang untuk membantu memakaikan topinya. Guru Dai benar-benar bangga, akhirnya Yin Zheng bergabung ke pemerintahan.
Dan tak lupa dia mengingatkan Yin Zheng untuk tidak bertindak licik dan tidak tergoda oleh kekuasaan. Dia harus fokus memikirkan kebaikan rakyat dan negara. Hanya dengan bersikap dan membuat keputusan yang bijak, dia akan bisa sukses.
Li Wei hampir saja melewatkan Yin Zheng gara-gara bangun kesiangan. Untungnya dia masih sempat berteriak memanggil Yin Zheng yang saat itu sudah di depan gerbang dan menyemangatinya.
Sebenarnya biarpun dia sudah berteriak sekencang-kencangnya, tapi tetap saja suaranya terlalu kecil. Su Shen sama sekali tidak bisa mendengarnya. Yin Zheng juga, tapi karena mereka satu hati, jadi Yin Zheng bisa menebak dengan tepat apa yang Li Wei teriakkan, Li Wei pasti bilang bahwa dia yang terbaik. Pfft! Memang itu yang diteriakkan Li Wei padanya. Su Shen sampai heran, bagaimana bisa Yin Zheng mendengarnya dari jarak sejauh itu?
Yin Song dan Yin Jun dengan sengaja tidak memberi kesempatan pada Yin Zheng untuk mengutarakan pendapat pada rapat pemerintahan. Intinya Yin Song tidak suka siapa pun lebih unggul darinya, terutama di hadapan Tuan Besar.
Pokoknya harus dia doang yang paling bersinar (Pfft! Sebenarnya nih orang merasa inferior tapi dia tidak sadar. Dia jelas tidak punya kemampuan, cuma karena dia lahir dari Nyonya Besar saja, makanya dia merasa istimewa, tapi sebenarnya tanpa sadar dia merasa terancam oleh prestasi adik-adiknya yang jelas lebih unggul darinya)
Kesialan Yin Zheng ternyata belum berhenti sampai di sini, setelah rapat pemerintahan usai, Yin Zheng tiba-tiba dipanggil Tuan Besar dan Nyonya Besar, Nyonya He juga ada di sana, memberitahunya bahwa dia mendapat hadiah pernikahan dengan Tuan Putri Jinchuan.
Bersambung ke episode 12
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam