Episode 7: Janji, Hal Kecil Yang Paling Penting.
Tengah malam, Sang Zhi melihat Jia Xu sedang termenung sendirian di luar. Memang Jia Xu selalu menampilkan senyumnya di hadapan Sang Zhi, tapi Sang Zhi bisa melihat kalau Jia Xu sedang tidak senang (karena masalah ayahnya dan Jiang Ying yang terus menerus mengganggunya).
Namun saat dia mencoba menanyakannya dan membujuknya untuk curhat saja padanya, Jia Xu bersikeras menyangkal. Memahami perasaannya, Sang Zhi pun tidak memaksa dan hanya duduk diam menemaninya di sampingnya.
Kehadirannya akhirnya membuat Jia Xu mulai nyaman untuk sedikit membuka tentang dirinya dan mengaku bahwa dia sebenarnya punya banyak hutang, tapi dia menolak memberitahu detilnya bagaimana. (Hmm, pasti hutang pada Jiang Ying)
Kaget mendengar Jia Xu punya banyak hutang, Sang Zhi tanpa ragu memberitahu Jia Xu untuk menunggunya dewasa. Nanti kalau dia sudah dewasa dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri, Sang Zhi janji akan membantu Jia Xu membayar hutangnya. Dia serius
Aww, Jia Xu begitu tercengang dan terharu mendengar kepedulian Sang Zhi padanya hingga dia terpesona menatap Sang Zhi selama beberapa saat sebelum kemudian mengusap-usap sayang kepala Sang Zhi.
Namun seperti biasanya, Jia Xu tak ingin merepotkan siapa pun, jadi dia memberitahu Sang Zhi bahwa hutang itu sebenarnya bukan hutang pribadinya, jadi Sang Zhi tidak perlu ikut membayarnya
"Kelak setelah Sang Zhi bisa menghasilkan uang sendiri, belikan dirimu sendiri gaun yang cantik."
Namun sikap Jia Xu ini justru membuat Sang Zhi semakin mengkhawatirkannya. Karena itulah, dia tetap bertekad untuk membantu Jia Xu, dan dia kemudian menulis keinginannya tersebut di kertas origaminya yang kemudian dia bentuk bintang kecil dan dia simpan di botol susu pemberian Jia Xu.
Karena harus mengejar pesawat pagi, jadi Jia Xu pergi dari rumah keluarga Sang sejak subuh. Mengira belum ada yang bangun, jadi dia pergi diam-diam. Namun sebenarnya Sang Zhi masih belum tidur dan baru mengetahui kepergiannya saat dia mendengar pintu dibuka lalu ditutup.
Untungnya mereka masih sempat bertemu saat Sang Zhi bergegas mencarinya lewat balkon. Tidak ada sepatah kata yang mereka ucap, Jia Xu hanya berpamitan dengan dadah-dadah dan mengisyaratkan Sang Zhi untuk mengecek HP-nya, karena dia barusan mengirim pesan pamitan ke Sang Zhi, sekaligus mengingatkan Sang Zhi untuk tekun belajar dan mengirimkan nilai hasil ujiannya padanya.
Begitu membaca pesannya, Sang Zhi pun membalas dengan mengingatkan Jia Xu akan janji mereka. Yang jadi masalah, dia tidak secara spesifik menyebutkan janji yang mana.
Jia Xu jadi mengira bahwa janji yang dia maksud adalah masalah hadiah jika dia mendapat nilai yang bagus. Padahal sebenarnya yang dimaksud Sang Zhi adalah janji bahwa Jia Xu akan memperlihatkan pacarnya kalau dia sudah punya pacar nanti.
Begitulah bagaimana mereka berpisah dan kembali menjalani hidup masing-masing. Beberapa waktu kemudian, Sang Zhi sekarang sudah naik kelas 3 dan mulai sibuk mempersiapkan ujian nasional dan menentukan universitas mana yang mau dia tuju nanti.
Salah satu universitas ternama yang ada dalam daftar rekomendasi adalah Universitas Yihe. Seketika itu pula Sang Zhi akhirnya memiliki impian yang benar-benar ingin dicapainya, masuk ke Universitas Yihe (ehem, pastinya biar bisa ketemu mas crush). Namun tidak mudah juga masuk ke sana, Sang Zhi bakalan harus belajar lebih giat lagi untuk meningkatkan nilai-nilainya.
"Jia Xu Ge, aku akhirnya menemukan impianku sendiri. Yaitu masuk Universitas Yihe," tulis Sang Zhi di kertas origaminya, yang seperti biasanya, dia bentuk bintang kecil lalu dia simpan di botol susu pemberian Jia Xu.
Sejak saat itu, Sang Zhi benar-benar bekerja keras belajar dengan tekun sehingga dia sedikit demi sedikit bisa naik peringkat, dan setiap kali peringkatnya naik, Jia Xu memenuhi janjinya dengan mengirimkannya berbagai macam hadiah.
Namun suatu malam, dia tak sengaja menguping percakapan kakaknya di telepon dengan temannya yang berkata bahwa Duan Jia Xu sudah punya pacar. HAH?
Sang Zhi yang awalnya berniat mengusili kakaknya, seketika jadi lesu dan patah hati mendengar kabar itu. Kenapa Jia Xu tidak bilang-bilang padanya, bukankah mereka sudah janji agar Jia Xu memperlihatkan pacarnya lebih dulu padanya?
Sang Zhi ingin menanyakan kebenaran kabar itu lewat chat ke Jia Xu, tapi pada akhirnya dia terlalu ragu dan urung. Dia tidak ingin mempercayainya tapi... Haruskah dia bertanya langsung pada Jia Xu?
Dia benar-benar tidak bisa tenang... Hingga akhirnya keesokan harinya dia nekat naik pesawat sendirian menuju ke Yihe. Baru tiba di bandara Yihe, kakaknya tiba-tiba menelepon sambil ngomel-ngomel memarahinya karena dia mendadak menghilang dan membuat satu rumah cemas luar biasa.
Sang Zhi jujur mengakui kalau dia sekarang berada di Yihe, tapi dia berbohong tentang alasannya, mengaku kalau dia disuruh oleh pacar online-nya untuk datang ke Yihe.
Berusaha menahan emosinya, Sang Yan menyuruh Sang Zhi untuk tetap disana, dia akan menghubungi Jia Xu untuk menjemput Sang Zhi. Awas saja kalau Sang Zhi sampai berani menemui pacar online-nya itu!
Setelah beberapa lama menunggu, yang sangat dia rindukan akhirnya tiba juga. Jia Xu tampak jelas buru-buru karena mengkhawatirkan Sang Zhi. Namun saat Sang Zhi hampir senang melihatnya, tiba-tiba dia melihat seorang wanita muncul di sisi Jia Xu. OMG! Dia benar-benar punya pacar kah? Dia kah pacarnya Jia Xu?
Sang Zhi tidak berani bertanya langsung, takut juga untuk mendengar jawabannya, dan akhirnya menyimpan sendiri pikirannya dengan meyakini bahwa wanita dewasa nan cantik ini pastilah pacarnya Jia Xu, dan Jia Xu pastilah mengingkari janjinya.
Sang Zhi sontak tertunduk sedih karenanya, apalagi Jia Xu juga mengomelinya (karena cemas). Baru setelah wanita itu menegur Jia Xu untuk tidak menakuti Sang Zhi, Jia Xu menahan emosinya. Dengan penuh perhatian dia menyelimuti Sang Zhi dengan mantelnya dan mempertanyakan tentang pacar online-nya Sang Zhi itu.
"Dia yang menyuruhmu kemari?... Apa kau sudah menemuinya?" tanya Jia Xu. Err... Anehnya, saat dia mempertanyakan pertanyaan terakhir, dia tampak takut untuk mendengar jawabannya (Tapi kenapa? Bukankah dia punya pacar dan hanya menganggap Sang Zhi sebagai adik?)
"Dia tidak menyukaiku," ucap Sang Zhi lirih, "dia merasa aku terlalu muda."
"Apa dia sudah pergi?"
Sang Zhi berbohong mengiyakannya. Jia Xu lega, keputusan orang itu memang benar. Usia Sang Zhi saat ini masih terlalu muda, tidak pantas melakukan ini.
"Tapi aku bisa tumbuh dewasa," ujar Sang Zhi dengan suara agak terisak hampir menangis.
"Kalau begitu, lakukan setelah dewasa."
"Namun saat aku dewasa, dia akan menyukai orang lain duluan."
"Tidak apa-apa, setelah Xiao Sang Zhi dewasa nanti, pasti akan bertemu orang yang lebih baik."
Air mata Sang Zhi seketika mengalir, berpikir bahwa wanita ini pastilah orang yang lebih baik. Berusaha menguasai emosinya, Sang Zhi meminta maaf karena sudah merepotkan mereka dan berjanji tidak akan pernah mengulangi perbuatannya ini.
Namun dia benar-benar sudah tidak sanggup lagi tinggal lebih lama, karena itulah dia mau pulang secepatnya. Dia tetap berusaha menjaga sopan santunnya saat wanita itu menawarkan diri untuk menemaninya ke toilet dan meyakinkan mereka bahwa dia bisa mengurus dirinya sendiri.
Namun dalam perjalan ke toilet, dia tidak sanggup lagi menahan emosinya dan akhirnya menangis diam-diam sepanjang jalan (Aww, Sang Zhi). Apalagi kemudian dia melihat Jia Xu dan wanita itu tampak ngobrol akrab yang sontak membuat air matanya semakin tak terbendung.
Saat akhirnya dia sudah tenang dan keluar dari toilet tak lama kemudian, dia mendapati Jia Xu menunggunya sendirian dan memberitahu bahwa wanita yang bersamanya tadi ada urusan, jadi pergi duluan.
Sampai detik ini pun Jia Xu tidak pernah memperkenalkan siapa wanita itu. Namun karena sekarang Sang Zhi meyakini kalau wanita pasti pacarnya Jia Xu, jadi sekarang dia mulai mengubah sikapnya dengan menarik batas di antara dirinya dengan Jia Xu, bersikap seolah mereka tidak akrab.
Jelas dia ingin memutus segala hubungan dengan Jia Xu, makanya kali ini dia menyelesaikan semuanya dengan diam-diam memasukkan uang ke dompetnya Jia Xu untuk membayar tiket pesawat yang Jia Xu belikan untuknya, juga memberikan kado dasi yang sebelumnya tidak sempat dia berikan... termasuk boneka beruang putih yang dulu Jia Xu dapatkan untuknya dari mesin capit.
Dengan itu, Sang Zhi pun ikhlas melepaskannya, namun tetap setulus hati mendoakan kebahagiaan Jia Xu. Jia Xu yang sama sekali tidak memahami arti semua ini, senang-senang saja menerima kado dan boneka beruang putih itu, dia bahkan mengantarkan kepergian Sang Zhi dengan senyum lebarnya selayaknya seorang kakak menyemangati adiknya. Sang Zhi pun jadi ikut tersenyum melihat senyumnya, namun senyum itu seketika sirna saat dia berbalik pergi.
Setibanya di bandara Nanwu, Sang Yan sudah menunggunya. Sebenarnya sudah siap mengomeli adiknya, tapi setelah melihat wajah sedihnya, Sang Yan jadi tidak tega. Apalagi Sang Zhi tiba-tiba memeluknya dan menangis sangat sedih.
Baru pertama kalinya melihat adiknya menangis sesedih ini karena patah hati, Sang Yan jelas bingung tak tahu harus bagaimana. Dia mencoba membujuknya dengan segala macam cara, tapi Sang Zhi malah menangis makin keras. Sang Yan akhirnya menyerah dan membiarkan Sang Zhi menangis sampai capek.
Dia baru mengomeli Sang Zhi saat dia sudah tenang dalam perjalanan pulang dan memaksanya berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan nekatnya ini dan tidak pacaran dini.
Sang Zhi cuma mengangguk mengiyakannya, padahal dalam hatinya... "aku tidak punya pacar daring, aku hanya ingin bertanya padanya apakah dia masih mengingat janji kami."
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam