Li Wei bergegas ke pinggir danau tempat Yin Zheng mengerang kesakitan dan berusaha menyeretnya untuk mencari tabib istana. Tapi Yin Zheng ngeyel menolak, malah menyuruhnya untuk melihat lampu-lampu danau. Hah?
Bingung, Li Wei baru memperhatikan ada banyak lilin-lilin cantik di danau. Seketika itu pula dia sadar kalau dia cuma ditipu, apalagi saat dia menyadari Su Shen bergegas pergi meninggalkan mereka berduaan.
Yin Zheng pun akhirnya mengakhiri aktingnya dan berusaha meminta maaf atas perbuatannya tadi siang, tapi dia terlalu gengsi untuk mengaku kalau dia cemburu. Tapi atas desakan Li Wei, Yin Zheng akhirnya jujur mengakui bahwa dia, Tuan Muda Keenam Xinchuan, memang cemburu.
Li Wei pun memberitahu bahwa masakan yang waktu itu dan tadi siang, sebenarnya dimasak sendiri olehnya dan bukannya Xiao Yang. Dia hanya berguru pada Xiao Yang karena dia ingin memasakkan makanan enak untuk Yin Zheng, tapi sikap dan ucapan Yin Zheng malah bikin orang kesal. Lain kali ada apa-apa, sebaiknya Yin Zheng bicara jujur saja.
Baiklah, Yin Zheng akhirnya mengaku bahwa dia hanya takut karena Li Wei dan Xiao Yang berasal dari kampung halaman yang sama, mereka punya banyak topik pembicaraan. Jika mereka bersatu maka mungkin mereka akan pulang ke Jichuan bersama.
Li Wei dengan imutnya meyakinkan Yin Zheng bahwa dia hanya ingin pulang bersama Yin Zheng. Dia dan Xiao Yang hanya teman sekampung biasa. Selain itu, Xiao Yang adalah teman dekatnya Yin Han. Jadi sebagai kakak dan kakak ipar, bukankah seharusnya mereka menyambut Xiao Yang dengan baik?
"Kenapa kau tidak bilang sejak awal?"
"Mana kutahu kalau Tuan Muda Keenam yang tampan dan hebat, ternyata bisa cemburu juga," Li Wei lalu meng3cup bibirnya dan mengaku, "aku suka padamu. Hanya suka padamu. Aku sangat-sangat-sangat suka padamu."
Yin Zheng malah cuma senyum tanpa melakukan apa. Jelas saja Li Wei langsung menantangnya, "kenapa? Tidak minum arak, jadi tidak bisa?"
"Siapa bilang aku tidak bisa?" Yin Zheng akhirnya balas menc1umnya dengan mesra. Dia mengaku bahwa dia ingin menobatkan Li We sebagai istri resminya. Li Wei tentu saja setuju dan Yin Zheng pun langsung menciumnya lagi.
Berkat bantuan para pejabat yang sudah disuapnya dan kerja samanya dengan Yin An, Yin Jun berhasil mendapatkan apresiasi dari Tuan Besar atas pengerjaan proyek mata uang baru.
Tentu saja Yin Zheng dan Guru Dai bisa melihat dengan jelas ambisi Yin Jun yang ingin merebut tahta. Dulu Yin Jun diam saja di belakang Putra Mahkota, menjadi pendukungnya dari belakang. Tapi sekarang setelah jatuhnya Yin Song dari posisi Putra Mahkota, Yin Jun jadi mulai agresif untuk membuat banyak pejabat berada di pihaknya. Guru Dai khawatir dan memperingatkan Yin Zheng untuk tidak sampai kalah dari Yin Jun.
Tapi pendirian dan prioritas Yin Zheng tetap teguh, daripada menyia-nyiakan tenaga dan uang hanya untuk menyuap sana-sini, lebih penting baginya untuk fokus pada tugas utamanya dan tetap berjalan di jalur yang benar. Tapi dia meyakinkan Guru Dai untuk tidak khawatir, yang menang pasti akan menang.
Yin Qi pamitan pada Shangguan Jing. Tapi tiba-tiba Yin Qi kepleset, Jing refleks berusaha menyelamatkannya tapi pada akhirnya mereka berdua sama-sama terjatuh terguling-guling menuruni bukit.
Untungnya mereka masih hidup. Yin Qi sangat mengkhawatirkan luka-lukanya Jing padahal dia sendiri terluka. Dia benar-benar merasa sangat bersalah pada Jing karena terus merepotkan Jing. Karena itulah, dia janji tidak akan mengikuti Jing lagi.
Namun yang tak disangkanya, Jing tiba-tiba mengaku bahwa dia takut. "Tadi saat kau terguling dari gunung, aku merasa takut. Aku takut kau mati atau terluka parah, bagaimana denganku?"
Lagipula, Yin Qi kan tidak bisa apa-apa. Kalau Yin Qi pergi sendirian meninggalkannya, bagaimana Yin Qi akan hidup nantinya? Jadi Jing menyarankan agar Yin Qi ikut dengannya saja. Senang, Yin Qi sontak memeluknya erat.
Tapi tiba-tiba Jing merasakan sesuatu yang menusuk, ternyata Yin Qi masih menyimpan permen pemberian Jing yang Jing diberikan di penjara waktu itu. Yin Qi dengan manisnya menyuapi Jing sebelum kemudian memeluknya lagi dengan penuh kebahagiaan.
Yin Jun benar-benar agresif berniat mengambil alih semua pekerjaan berbagai departemen agar kelihatannya seolah hanya dia seorang yang bekerja dengan baik dan serba bisa, bahkan berusaha menyarankan Tuan Besar untuk menarik pajak dari para pedagang pasar Xinchuan.
Dia hampir saja tidak memberi Yin Zheng kesempatan bicara, tapi Yin Zheng jelas tak kalah gesit darinya dan langsung memotong ucapannya, secara tak langsung menolak usulan Yin Jun dengan menyarankan perhitungan penarikan pajak baru yang tidak akan terlalu membebani rakyat kecil.
Yin Jun kesal banget, tapi pura-pura mengklaim seolah dia sebenarnya punya ide yang sama dengan Yin Zheng. Gara-gara itu, Tuan Besar memutuskan agar mereka berdua bekerja sama menangani proyek ini. Mereka terpaksa menyetujuinya walaupun sebenarnya sama-sama tidak ingin.
Setibanya di rumah, Yin Zheng mendapati adik bungsunya datang. Dia mau menginap di sini selama beberapa hari karena ibu mereka sedang pergi mengunjungi sanak saudara. Yin Zheng pun menyuruh Su Shen menyiapkan kamar untuk Yin Zai, tapi Yin Zai menolak tidur sendirian, dia mau tidur sama kakak dan kakak ipar. Pfft! Yin Zheng kan jadi canggung. Tapi yang tak disangkanya, Li Wei malah setuju mereka bertiga tidur bersama.
Jadilah mereka bertiga tidur bersama seperti pasutri tidur bersama anak mereka. Tapi si anak susah sekali disuruh tidur, bersikeras tidak bisa tidur kalau belum dibacakan cerita pengantar tidur. Li Wei setuju, anak kecil memang harus mendengarkan dongeng sebelum tidur.
"Waktu aku kecil, tidak pernah ada yang bercerita untukku," gerutu Yin Zheng.
"Kalau begitu, kelak suruh kakak ipar bercerita untuk kakak."
"Itu masalah kelak, sekarang kau ingin mendengar cerita apa?"
Yin Zai ingin mendengar kisah pertemuan pertama mereka berdua. Baiklah, Yin Zheng pun memulai ceritanya sejak Li Wei mencuri makanan dari dapurnya.
Yang tidak mereka sangka, mengurus anak kecil ternyata sangat merepotkan. Apalagi Yin Zai punya banyak kemiripan dengan Yin Zheng, termasuk masalah pilih-pilih makanan. Bahkan Yin Zheng yang biasanya juga suka pilih-pilih makanan juga sampai frustasi gara-gara Yin Zai menolak semua menu sarapan yang mereka sediakan.
"Sekarang sudah tahu betapa susahnya melayani orang yang pilih-pilih makanan, kan?" sindir Li Wei yang sontak mendapat lirikan tajam dari Yin Zheng. Hehe.
Bukan cuma pilih-pilih makanan, Yin Zai juga pintar menyindir orang, sindirannya mak jleb banget lagi, dan sasaran sindirannya tak lain tak buka adalah kakak kandungnya sendiri. Err... sebenarnya nggak nyindir juga sih, namanya anak kecil, cuma suka penasaran. Hanya saja nih anak ceplas-ceplos, jadinya terdengar kayak sindiran, gitu.
Dia penasaran karena dia dengar belakangan ini Kakak Keempat sangat dekat dengan para menteri, sedangkan Yin Zheng malah nganggur banget sampai punya banyak waktu untuk menemaninya main. Ibu bilang kalau Kakak Keenam sangat pintar, kok sekarang tidak bisa menjawab pertanyaannya? Apakah sebenarnya Kakak Keenam tidak tahu apa-apa? Pfft!
Frustasi, Yin Zheng dan Li Wei memutuskan untuk mengantarkan Yin Zai bersekolah saja, dengan harapan kelakuan Yin Zai akan membaik, itu kan tujuan bersekolah.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam