Sinopsis New Life Begins Episode 29

Yin Zheng berhasil menyergap dan menangkap Chen Xi. Murkanya Yin Zheng benar-benar menakutkan. Wajahnya begitu dingin dan kejam saat menyiksa Chen Xi tanpa ampun karena Chen Xi terus melawan ketika diinterogasi tentang keterlibatannya dengan Yin Song.

Yin Song sedang menulis kaligrafi saat dia mendapat kabar tentang Yin Zheng yang berhasil menangkap Chen Xi, dan jelas saja itu membuatnya khawatir dan ketakutan.

Setelah beberapa lama menyiksa Chen Xi, Yin Zheng akhirnya pergi duluan dengan membawa bukti yang sudah berhasil dia dapatkan dari Chen Xi. Namun saat para anak buahnya Yin Zheng hendak membawa Chen Xi ke penjara, mereka tiba-tiba saja diserang kelompok lain, jelas mereka anak buahnya Yin Song.

Tapi jelas mereka datang bukan untuk menyelamatkan Chen Xi, melainkan untuk membunuhnya. Tapi untungnya, errr... atau sayangnya, Chen Xi berhasil melarikan diri.

Tanpa mengetahui kekacauan yang tengah terjadi dan kaburnya Chen Xi, Yin Zheng pulang dengan membawa bukti keterlibatan Yin Song dan mendapati Li Wei sedang menunggunya dengan cemas. Begitu melihatnya, Li Wei sontak memeluknya erat sebelum kemudian mengecek dia terluka atau tidak.

Namun biarpun sudah berhasil menemukan bukti, Yin Zheng tetap tidak senang. Dia tahu kalau Yin Song pasti akan dihukum mati jika bukti ini diserahkan ke Tuan Besar. Apa yang dilakukan Yin Song ini membuat Yin Zheng khawatir dengan dirinya sendiri.

Yin Zheng khawatir jika nantinya dia memiliki kekuasaan lebih besar, dia akan berubah menjadi seperti Yin Song. Li Wei dengan manisnya meyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi karena sifat dasarnya Yin Zheng tidak jahat.

Namun jika suatu hari nanti Yin Zheng benar-benar melakukan kesalahan, Li Wei janji tidak akan meninggalkannya, dia akan memukul dan memarahi Yin Zheng sampai Yin Zheng sadar.

Keesokan harinya, Yin Zheng mendatangi Tuan Besar untuk menyerahkan bukti itu. Yin An berusaha menghentikannya karena dia terlalu takut melawan Putra Mahkota, takut masalah ini bisa membahayakan Yin Zheng sendiri. 

Tapi tekad Yin Zheng sudah sangat bulat mengingatkan ayahnya bahwa dia sebagai pemimpin negara, jadi Tuan Besar harus adil menegakkan hukum bagi siapa pun, termasuk Tuan Muda yang melakukan kesalahan.

Ucapannya itu akhirnya membuat Tuan Besar mau juga menerima bukti itu dan jelas saja dia shock. Rasanya benar-benar berat, karena ini artinya, berdasarkan hukum negara, Tuan Besar harus menghukum berat Yin Song atas kejahatannya ini. 

Yin Zheng memberi solusi lain agar Yin Song terhindar dari hukuman mati, mengasingkan Yin Song ke perbatasan jika Yin Song mau mengakui kesalahannya.


Tentu saja tidak mudah bagi Tuan Besar. Yin Song adalah anak sahnya, dari istri resminya. Tuan Besar sendiri adalah anak selir, makanya perjalanannya untuk mencapai posisi ini sangat tidak mudah. Sedangkan hidup Yin Song lebih mudah karena statusnya yang anak sah dan Putra Mahkota. 

Karena pengalaman hidupnya inilah, sejak awal Tuan Besar bertekad untuk mendidik Yin Song dengan tangannya sendiri. Mendidiknya dengan disiplin dengan harapan hidup Yin Song akan selalu lancar. Tapi siapa sangka kalau pada akhirnya akan jadi seperti ini.

Keesokan harinya, Tuan Besar mengundang Yin Song ke sekolah Tuan Muda. Tuan Besar mengajaknya bicara seolah mereka cuma sedang mengenang masa kecil Yin Song semasa belajar di sini dulu, belajar dengan penuh kedisiplinan. 

Dulu Tuan Besar tetap menghukumnya jika Yin Song melakukan kesalahan, namun tetap menyayangi Yin Song sepenuh hati dengan tidak membiarkannya dihukum di hadapan publik. Tuan Besar memiliki harapan yang sangat besar terhadap Yin Song, karena itulah dia sangat disiplin pada Yin Song.

Dari sini jelas maksud Tuan Besar adalah memberi isyarat secara tak langsung pada Yin Song untuk mengakui kesalahannya. Sayangnya, Yin Song memutuskan tetap bungkam seolah tak berdosa, secara otomatis kehilangan kesempatan untuk mengakui kesalahannya dan membuat Tuan Besar sangat kecewa padanya.

Terpaksalah Tuan Besar dengan berat hati harus menitahkan penangkapan Yin Song dan penurunan tahtanya. Dia memerintahkan Yin Song untuk langsung diasingkan ke tempat terpencil, tapi Yin Song tidak terima dan sontak protes habis-habisan.

Dia bahkan mengkritik cara didik Tuan Besar yang menurutnya salah dan tidak bisa menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya. Sejak kecil dia dididik dengan keras dan dijanjikan untuk menjadi calon pemimpin negara. 

Maka jika dia melakukan kesalahan, seharusnya Tuan Besar sebagai ayah-lah yang harus bertanggung jawab. Dia bahkan menuduh Tuan Besar pilih kasih terhadap Yin Zheng, menuduh Tuan Besar menggunakan Yin Zheng untuk menyingkirkannya. Makanya dia terpaksa melakukan semua ini.

Dia menuduh Tuan Besar-lah yang memaksanya melakukan ini. Intinya, semua ini adalah kesalahan Tuan Besar. Tuan Besar sampai hampir pingsan mendengar semua cecaran Yin Song sampai para pengawal harus menyeret Yin Song keluar dari sana.

Tak lama kemudian, Yin Zheng mendatangi kediaman Yin Song dan mendapati Yin Song sedang membakar buku-bukunya. Dia masih meyakini kalau Yin Zheng menargetnya untuk menyingkirkannya dari istana karena Yin Zheng mengincar jabatan tinggi.

Yin Zheng mengakui kalau dia memang menginginkan jabatan tinggi karena hanya dengan begitu dia bisa menjalankan kebijakan tertentu. Dia tahu kalau dia bisa lebih baik, jadi kenapa juga dia harus menurut pada kelompok jahat. Namun masalah turun tahtanya Yin Song jelas bukan salahnya Yin Zheng. Semua ini adalah akibat dari kesalahan Yin Song sendiri.


Yin Song sinis mendengarnya. Sejak dia masih kecil, Tuan Besar dan Nyonya Besar selalu menjanjikan dunia dan seluruh isinya untuknya. Namun sejak dia naik tahta sebagai Putra Mahkota, Tuan Besar seperti membangun penjara tanpa celah untuknya, menekannya, mengawasinya dengan sangat ketat dan langsung menghukumnya dengan berat jika dia berbuat salah sedikit saja.

Jangan Yin Zheng pikir bahwa hanya Yin Zheng dan para anak selir lain yang menderita. Dia sendiri sangat menderita walaupun dia anak sah. Sejak dia lahir, dia selalu ditekan oleh tanggung jawab untuk menjadi calon pemimpin negara. Dia dipaksa untuk mempelajari segala hal yang sebenarnya tidak dia inginkan.

Tak peduli seberapa keras dia berusaha, ayah mereka tidak pernah puas padanya. Pada akhirnya semua itu membuatnya menjadi ketakutan jika saudara-saudaranya melampauinya dan lebih diapresiasi oleh ayah mereka. Tidak seharusnya ayah mereka berkata bahwa semua ini adalah miliknya jika pada akhirnya hanya untuk menyingkirkannya.

"Kuberitahu kau. Di dalam istana ini, asalkan kau mendapatkan kesenangan sesaat, maka akan ada kesedihan yang tiada habisnya. Kau, pada akhirnya akan bernasib sama denganku."

"Orang yang berada di tempat tinggi, sudah seharusnya punya persiapan untuk jatuh."

Tepat setelah Yin Zheng keluar, tiba-tiba muncul seorang kasim istana yang membawa guci arak dan berkata bahwa itu adalah arak pemberian Tuan Besar. Tapi Yin Song tentu saja tahu kalau itu bukan arak biasa, itu arak beracun. (OMG! Tuan Besar beneran mau dia mati?)

Dengan berat hati Yin Song mengangkat segeas arak ke mulutnya... tepat saat sebuah belati melayang dan menampik gelas arak racun itu, otomatis menyelamatkan Yin Song dari kematian dan Yin Zheng meneriakinya untuk berhati-hati, lalu tepat saat itu juga si kasim yang ternyata Chen Xi yang menyamar, tiba-tiba menyerang dan menusuk dada Yin Song. Untungnya Yin Zheng dengan cepat menyelamatkannya dan melumpuhkan Chen Xi.

Tangan Yin Zheng jadi sedikit terluka karena itu, dan sekarang Li Wei membantu mengobatinya sambil mengomelinya. Biarpun Yin Zheng beralasan kalau dia menyelamatkan Yin Song hanya karena tidak ingin disalahkan jika Yin Song mati, tapi Li Wei tahu betul kalau hati Yin Zheng sebenarnya melunak. 

Tepat saat itu juga, Koki Liu datang membawakan empat menu baru yang resepnya dibuat oleh Li Wei. Seperti biasanya, Yin Zheng dijadikan bahan percobaan untuk menu-menu baru itu, tapi rasanya enak juga.

Tiba-tiba Su Shen mengabarkan kedatangan Tuan Besar. Li Wei dan para pelayan pun bergegas pergi. Tuan Besar sudah mendengar dari Yin Song bahwa instingnya Yin Zheng mengatakan bahwa arak beracun itu bukan darinya.

Karena Yin Zheng menyadari bahwa di peraturan hukum negara, Tuan Besar membuat sebuah ketentuan untuk melindungi Putra Mahkota. Ini jelas menunjukkan bahwa terlepas dari status Tuan Besar, dia tetaplah seorang ayah yang ingin melindungi anaknya. Jadi tidak mungkin Tuan Besar tega memerintahkan Yin Song untuk mati.

Tersentuh oleh pemahaman Yin Zheng tentangnya sekaligus sebagai ungkapan terima kasih atas kebaikan Yin Zheng menyelamatkan saudaranya, Tuan Besar menghadiahinya sebuah medali giok hijau. Tuan Besar berjanji bahwa jika kelak Yin Zheng memiliki permintaan apa pun, asalkan tidak melanggar hukum, dia pasti akan menyetujuinya.

Karena kasus ini sudah selesai dan sudah pasti bisnis restoran mereka akan segera diizinkan untuk dibuka kembali, Yuan Ying cs rapat di restoran mendiskusikan perencanaan pembukaan restoran mereka.

Yuan Ying sudah membuat rencana kerja baru, dan Li Wei juga sudah membuat beberapa menu baru. Laporan kerja Li Wei sekarang sudah banyak berkembang, lebih sistematix dan terencana dengan detil, persis seperti gurunya, Yuan Ying. Para wanita dan Yuan Ying langsung menyetujui menu-menu barunya Li Wei.


Kediaman Yin Qi sudah dikosongkan oleh orang-orang istana dalam. Yin Qi sedih, tapi Ning tetap bersikap positif, bahkan mengajak Yin Qi untuk melihat-lihat rumah lain untuk mereka sewa. Dia sama sekali tidak masalah biarpun mereka harus hidup sederhana mulai sekarang.

Tapi Yin Qi malah tiba-tiba saja menyarankan agar mereka bercerai saja. Sebenarnya dia tidak ingin, dia bahkan sengaja menyembunyikan air matanya saat dia mengucap kata-kata buruk itu, mungkin karena dia tidak ingin menyeret Jing untuk hidup susah bersamanya.

Bersambung ke episode 30

Post a Comment

0 Comments