Xin Qi ngotot menolak pulang ke rumah besarnya tapi juga mengeluhkan banyak hal di rumahnya Min Hui. Keesokan harinya, dia hampir saja ketahuan saat Dokter Zhou datang membawakan sarapan.
Namun untungnya Min Hui sigap menyembunyikan Xin Qi lalu cepat-cepat mengusir Dokter Zhou secara halus usai Dokter Zhou memberitahu bahwa dia akan mengikuti pelatihan ke luar kota selama beberapa hari.
Xin Qi cemburu, apalagi Quan Quan masih memanggil Dokter Zhou sebagai Papa Zhou, dia tidak terima putranya memanggil pria lain sebagai papa dan langsung memperingatkan Quan Quan untuk tidak lagi sembarangan memanggil siapa pun sebagai papa.
Dia bahkan tidak setuju dengan sarapan pemberian Dokter Zhou dengan alasan kalau sarapan ini tidak sehat. Namun Min Hui tidak terima dengan sikap Xin Qi yang seenaknya mau mengubah hidup mereka.
Karena itulah, saat itu juga, dia memaksa Xin Qi untuk membuat kontrak kesepakatan tinggal bersama, termasuk aturan-aturan yang wajib mereka taati. Aturan yang paling penting adalah masalah kerahasiaan, tidak ada seorang pun yang boleh tahu kalau Xin Qi tinggal bersama mereka di sini dan tidak boleh ada yang mengetahui hubungan Xin Qi dan Quan Quan.
Jika sampai ada kebocoran tentang masalah kerahasiaan ini, maka saat itu juga, Xin Qi wajib untuk segera pindah dari rumah ini. Xin Qi setuju, tapi... dia menuntut Min Hui untuk jujur memberitahu Quan Quan tentang kebenaran hubungannya ayah dan anak mereka. Ini masalah penting.
Namun bahkan sebelum Min Hui sempat mengucapkan apa pun, Quan Quan yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka, langsung menyela... "dia ayahku, kan?"
"Kau tahu?" tanya Min Hui tercengang.
"Kalian berdua bicara di hadapanku sepanjang hari, aku tidak tuli. Aku sudah lama mengerti." (Pfft! Anak pinter)
"Tapi apa kau benar-benar mengerti? Dia ayahmu, tapi tidak sama seperti Papa Zhou."
"Aku tahu. Papa Zhou bukan ayah kandungku. Dialah ayah kandungku," ujar Quan Quan sambil menunjuk Xin Qi.
Xin Qi sontak girang mendengarnya, "kau memang anak kandungku! Kecerdasannya menurun dariku! Nak, kau harus ingat, sekarang kau punya ayah. Ke depannya, tidak boleh sembarangan memanggil orang sebagai papa, mengerti, tidak? Sekarang coba panggil aku papa."
Tapi si anak pintar Quan Quan memperhatikan Mommy-nya cemberut dan langsung paham kalau Mommy-nya pasti tidak suka kalau dia memanggil Xin Qi sebagai papa. Karena itulah, dia menolak memanggil Xin Qi sebagai papa, dia akan memanggil namanya langsung saja, Xin Qi. Pfft!
Jelas saja Xin Qi langsung cemberut, tapi Min Hui senang. Tapi... Sedetik kemudian, Quan Quan mendadak jejeritan heboh memeluk papanya saking senangnya karena akhirnya dia punya papa. Pfft! Min Hui kesal merasa terkhianati oleh anaknya sendiri. Tapi Quan Quan tetap menolak memanggil Xin Qi sebagai papa di hadapan Mommy-nya, jadi dia cuma membisikkannya di telinga Xin Qi.
Terpaksalah Min Hui harus kerepotan memasak sarapan roti panggang dan telur ceplok sekarang, masalahnya dia tidak pandai memasak dan jadilah makanan mereka agak-agak gosong... yang lagi-lagi mendapat protes dari Xin Qi yang tidak terima putranya dikasih sarapan semacam ini setiap hari.
Namun saat Min Hui kesal mau merebut sarapan bagiannya, Xin Qi sontak menariknya dan menyatakan kalau dia bisa kok memakan sarapan semacam ini. Kalau putranya bisa memakannya, maka dia juga bisa.
Malam harinya, Xin Qi protes lagi gara-gara pemanas airnya Min Hui dia kira rusak. Padahal menurut Min Hui, mesinnya tidak rusak, hanya saja persediaan air panasnya sudah habis. Biasanya satu tangki air panas cukup untuknya dan Quan Quan seharian. Harap maklum, ini bukan daerah kelas atas yang punya air panas 24 jam. Kalau Xin Qi merasa ini merepotkan, sebaiknya dia pulang saja.
OGAH! Tak peduli biarpun keesokan harinya dia jadi masuk angin dan flu gara-gara harus mandi air dingin, tapi Xin Qi ngotot menolak pulang. Hardy jadi cemas dan mengusulkannya untuk ke rumah sakit saja, tapi Xin Qi menolak.
Hardy masih penasaran dengan satu hal, "apakah Min Quan Quan itu beneran anak kandung anda?"
Xin Qi sontak kesal mau menabok Hardy, tidak terima hubungan mereka diragukan. Untungnya Hardy cepat-cepat meralat omongannya dan meyakinkan bahwa 'Quanbao' sudah pasti anaknya Xin Qi, mereka bagaikan pinang dibelah dua.
Xin Qi senang, "tentu saja. Putraku pasti akan lebih tampan dariku saat dewasa nanti." Eh, sebentar! Hardy barusan memanggil anaknya sebagai apa?
"Qu-Qu-Quanbao," gugup Hardy ketakutan, "kalau anda tidak suka..."
"Selanjutnya panggil dia begitu," sela Xin Qi yang ternyata malah menyukai nama panggilan itu.
Bahkan saking senangnya, dia langsung menghadiahi Hardy dengan gaji dua kali lipat bulan ini. Woah! Hardy senang banget... "Terima kasih, Bos. Aku cinta padamu."
Keesokan harinya, Min Hui terburu-buru banget mengurus segala hal di rumah sebelum pergi karena hari ini dia ada agenda rapat dengan perusahaannya Xin Qi. Saking repotnya, sehingga dia meminta bantuan Quan Quan untuk memasukkan laptopnya ke tas. Quan Quan pun memasukkan laptop yang terletak paling dekat dengan tasnya Min Hui.
Lalu tak lama kemudian, Xin Qi juga memasukkan laptop kedua, yang bentuk dan warnanya sama persis. yang juga terletak di meja yang sama, ke dalam tasnya sendiri.
Dia ingin mengantarkan Quan Quan ke sekolah pakai sepeda motor sespan yang pernah dia gunakan untuk mengantarkan Xin Qi dulu. Namun Xin Qi malah mendadak mencegah mereka karena dia tidak setuju anaknya diantarkan ke sekolah pakai sepeda motor ini. Berbahaya! Ini berhubungan dengan keselamatan anak mereka. Jadi mending pakai mobilnya saja.
Sontak saja Mommy dan Papa-nya Quan Quan debat lagi, eyel-eyelan bahkan tarik-tarikan Quan Quan kayak tarik tambang sampai Quan Quan protes, tapi tetap saja kedua orang itu tidak ada yang mau mengalah. Hadeh! Quan Quan pusing.
Namun akhirnya... Min Hui yang mengalah dan jadilah mereka pergi naik mobilnya Xin Qi. Xin Qi bahkan sudah menyiapkan kursi khusus anak di mobilnya plus sarapan khusus untuk putra semata wayangnya.
Sarapannya benar-benar dibuat khusus untuk anak-anak dengan berbagai bentuk lucu-lucu, rasanya juga enak, makanya Quan Quan langsung suka. Min Hui cuma bisa mendengus kesal dan cemburu dengan semua ini, tapi berhubung anaknya senang, akhirnya dia diam saja dan mengalah.
Namun saat mereka memulai rapat dan sama-sama membuka laptop masing-masing, mereka baru sadar kalau laptop mereka tertukar. Pfft! Gara-gara Quan Quan asal masukin laptop.
Sontak saja keduanya sama-sama menutup laptop sebelum yang lain melihat wallpaper laptop mereka, dan tidak mungkin juga melakukan pertukaran di hadapan banyak orang, bisa ketahuan kalau mereka tinggal serumah.
Namun untungnya, biarpun tanpa melihat data-data di laptop, Min Hui tetap bisa presentasi dengan lancar tanpa cela. Wah! Keren. Papanya Quan Quan kagum padanya.
Usai rapat, Xin Qi sedang memandangi wallpaper laptopnya Min Hui sambil senyam-senyum gaje (fotonya Min Hui bersama Quan Quan) saat Min Hui mendadak muncul tanpa suara yang jelas saja mengagetkannya, cuma mau menukar laptop mereka, tapi ujung-ujungnya mereka jadi debat lagi, saling menyalahkan satu sama lain masalah laptop.
Bukan cuma Min Hui doang sih, Hardy juga suka mendadak muncul tanpa suara, soalnya lantainya karpet dan ruangannya juga terbuka. Xin Qi jadi kesal dikagetkan semua orang dan langsung memerintahkan agar semua karpet di ruangan ini diganti.
Segalanya bikin Xin Qi emosi, apalagi dia masih flu gara-gara mandi air dingin. Hardy khawatir, kalau terus begini, bisa-bisa Xin Qi bakalan mati muda, sebaiknya dia pulang saja ke rumahnya sendiri.
Xin Qi ngotot menolak, hubungannya dengan anaknya sangat baik. Hanya saja ranjangnya kecil, tidak ada air panas dan tidak ada mesin kopi juga di rumahnya Min Hui. Eeeh... Xin Qi mendadak punya ide bagus.
Saat Min Hui pulang, dia sontak emosi gara-gara mendapati Xin Qi merenovasi kamarnya Quan Quan tanpa seizinnya. Namun Quan Quan senang banget dengan kamar barunya, apalagi mainannya tambah banyak. Min Hui yang tidak senang.
Bukan cuma ini saja, Xin Qi bahkan mengganti mesin pemanas airnya dengan mesin yang lebih canggih dan juga membeli mesin kopi baru. Min Hui tidak suka dan tidak terima segala perabotan rumahnya diganti tanpa izin, jadilah kedua orang tengkar heboh lagi... sampai saat Quan Quan mendadak menyela mereka dan bertanya dengan ketakutan, "apa kalian sedang bertengkar? Mengerikan sekali."
Canggung, Mommy dan Papa sontak kompak berbohong menyangkal, berusaha meyakinkannya bahwa mereka cuma ngobrol. Si pintar Quan Quan jelas tak percaya, mana ada orang ngobrol dengan suara sekeras itu.
Selain itu, para orang tua teman-temannya di sekolah biasanya kalau ngobrol selalu bergandengan tangan. Pfft! Papa dan Mommy sontak bergandengan tangan. Namun Quan Quan tidak puas, soalnya papanya temannya di sekolah juga biasanya memeluk mommy-nya.
Mommy canggung tak ingin melakukannya, tapi Papa sontak merangkul Mommy biar Quan Quan senang. Baiklah, Quan Quan pun puas dan dengan gaya dewasanya menasehati mereka untuk tidak bertengkar lagi. (Pfft! Yang kecil lebih dewasa daripada yang dewasa)
Namun begitu Quan Quan masuk kamar, mereka sontak saling melepaskan diri dengan kesal, tidak sadar kalau Quan Quan sedang mengintip mereka dengan frustasi.
Malam ini Quan Quan tidur sama papanya, mereka bahkan pakai piyama kembaran. Usai puas bermain Iron Man bersama putranya, Xin Qi melihat bekas jahitan operasi di dada Quan Quan yang membuatnya jadi sedih memikirkan putranya harus menderita di usia semuda ini. Namun di sisi lain, juga merasa sangat amat bahagia karena memiliki seorang putra.
"Lalu kenapa Papa tidak lebih awal menjadi ayahku?" tanya Quan Quan dengan polosnya.
"Karena... waktu itu aku tidak tahu kalau kau ada di dunia ini."
Namun dia meyakinkan Quan Quan bahwa Quan Quan lebih bahagia dibandingkan dirinya dulu, karena dulu Xin Qi sama sekali tidak memiliki ayah dan ibu.
"Apakah mereka juga tidak mengenal Papa?"
"Mereka... tidak menyukaiku. Papa sangat sedih saat itu, sangat kesepian. Jadi papa berjanji padamu. Tak peduli apa pun yang terjadi, papa tidak akan membiarkanmu jadi seperti papa dulu, tumbuh sendirian. Setelah kau dewasa nanti, papa akan membawamu naik kuda, balapan mobil, memanah dan menembak. Papa akan menemani semua yang ingin kau lakukan."
"Min Hui juga ikut, kita bertiga."
"Oke. Cium dulu, lalu tidur."
Quan Quan memberikan yang dia mau lalu masuk ke dalam selimut, "Papa harus menepati janji."
"Baik, aku akan menepati janji."
Keesokan paginya saat Min Hui baru keluar kamar, dia mendapati ayah dan anak itu sedang sarapan dengan buru-buru. Quan Quan dengan polosnya keceplosan kalau mereka berdua mau pergi main seharian mumpung hari libur.
Min Hui jelas tidak senang mendengar Xin Qi mau membawa Quan Quan main tanpa izinnya, tapi pada akhirnya dia mengalah dan mengizinkan mereka pergi.
Jadilah Xin Qi bersenang-senang dan memanjakan putranya sepanjang hari dengan membelikannya banyaaaaaak sekali snack, mainan baru dan baju-baju kembaran ayah dan anak. Apa pun yang Quan Quan inginkan, Xin Qi belikan semuanya. Tidak ada kontrol sama sekali. (Hadeh! Hadeh! Kalau keterusan, bisa-bisa Quan Quan bakalan jadi anak manja)
Saat mereka pulang tak lama kemudian, Min Hui kaget melihat banyaknya barang yang mereka beli. Xin Qi malah dengan santainya berkata kalau ini belum seberapa, sebenarnya masih banyak barang yang Quan Quan inginkan tapi belum terbeli.
Tapi Min Hui jelas tidak senang dengan semua ini, dan lagi... "Quan Quan, kenapa kau pakai sepatu di dalam rumah?"
"Karena bagus," ujar Quan Quan sambil memamerkan sepatu barunya.
"Karena bagus," ujar Xin Qi dengan suara cempreng niruin Quan Quan.
Min Hui tidak suka dengan segala perubahan yang Xin Qi bawa ke dalam hidup mereka ini, "Xin Qi, kita harus bicara berdua.
Epilog:
Lima tahun yang lalu setelah Xin Qi pulih, mereka mulai pacaran dan mereka benar-benar bahagia bermain kayak bersama di sungai.
*****
Kisah couple kedua:
Cao Mu baru pulang kerja dan langsung kaget mendapati rumahnya sudah bersih dan rapi berkat Jia Jun. Jia Jun juga sudah menyiapkan sarang burung untuk Cao Mu karena ini bagus untuk wanita dan dengan senang hati menyuapi Cao Mu.
Kisah couple ketiga:
Si pasien wanita yang sebelumnya diobati oleh Dokter Zhou, masih belum menyerah untuk mengejar Dokter Zhou. Namanya You Zi Zhu. Dia tahu Dokter Zhou mengikuti seminar dan kebetulan ayahnya juga mengikuti seminar yang sama, makanya dia memaksa ikut ayahnya.
Sekalian momen ini dia manfaatkan untuk meminta WeChat-nya Dokter Zhou, dan kali ini Dokter Zhou tidak bisa menolaknya karena tidak enak sama Ayahnya Zi Zhu yang merupakan seniornya.
Bahkan keesokan harinya, Zi Zhu berencana menabrakkan dirinya ke Dokter Zhou dengan harapan mereka akan berakhir romantis kayak di drama-drama romansa. Namun gara-gara dia tidak lihat jalan dan asal tabrak saja, dia malah jadi salah menabrak orang.
Namun pada akhirnya dia berhasil juga mendapatkan perhatian Dokter Zhou saat Dokter Zhou membantunya berdiri dan mengobati tangannya yang terluka gara-gara tabrakan tadi. Sayangnya Dokter Zhou cuma menganggapnya pasien biasanya, tapi tidak masalah, Zi Zhu tetap bahagia menatap lukanya yang barusan diobati Dokter Zhou.
Dia lalu mengajak Dokter Zhou makan bersamanya. Dokter Zhou sebenarnya ingin menolak, tapi bahkan sebelum dia sempat mengucap apa pun, Zi Zhu langsung memaksa menyeretnya pergi makan bersamanya.
Bersambung ke episode 7
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam