Masih di tahun 2008, usai acara makan bersama, semua orang sudah pergi duluan, kecuali Gui Xiao yang tetap tinggal untuk membantu membereskan meja makan. Namun tiba-tiba terdengar teriakan marah Ayahnya Yan Chen, lalu Yan Chen dengan ketakutan mengunci pintu dan menarik Gui Xiao bersembunyi di balik pintu bersamanya. (Aww, kasihan dia)
Dalam usahanya mengusir ayahnya, Yan Chen mengklaim bahwa ada pacarnya di sini, berharap ayahnya yang pemabuk itu akan mundur dan tidak akan memukulnya di hadapan orang lain, tapi Ayah malah tambah ngamuk.
Gui Xiao sampai kaget mendengarnya. Untungnya mereka terselamatkan berkat pegawai bengkel dan pamannya Yan Chen yang cepat-cepat menarik Ayah menjauh dan menyuruh Yan Chen untuk tidur di bengkel saja.
Sudah aman, Yan Chen menjelaskan bahwa ayahnya memang suka membuat masalah setiap kali mabuk, lalu buru-buru menambahkan bahwa ucapannya tadi hanya karena spontan saja agar dia terhindar dari pukulan.
Karena suasana agak canggung, Yan Chen pun keluar dengan alasan mau mengecek keadaan di luar. Namun sampai beberapa lama, dia malah belum kembali juga.
Bingung dan penasaran, Gui Xiao langsung keluar mencarinya dan mendapatinya duduk meringkuk dengan sedih tapi berusaha untuk tidak menangis.
Gui Xiao khawatir dan langsung menawarkan diri untuk mengantarkannya ke rumah sakit... pakai sepeda kecilnya. Pfft! Sepedanya rapuh banget lagi, kena angin langsung roboh. Tapi itu lumayan berhasil menghibur hati Yan Chen.
Dia akhirnya mengantarkan Gui Xiao pulang, pakai salah satu mobil di bengkel, biarpun belum lulus SMA, tapi karena sudah cukup umur, jadi dia sudah punya SIM.
Mereka cuma diam sepanjang jalan sampai akhirnya tiba di rumah Gui Xiao yang berada di area perumahan mewah. Baru saat inilah Gui Xiao buka suara dan bertanya apakah Yan Chen akan mengulang kelas (karena dia melewatkan ujian nasional).
Bukannya langsung menjawab, Yan Chen malah tanya apakah Gui Xiao ingin dia mengulang kelas, dan begitu Gui Xiao mengiyakan, Yan Chen langsung setuju untuk mengulang kelas. Pfft!
Jawabannya sontak membuat Gui Xiao sumringah saking senangnya, lalu masuk rumah dengan hati bahagia. Eeeh, sebentar! Gui Xiao baru sadar, dia tidak pernah memberitahu Yan Chen alamat rumahnya, lalu dari mana Yan Chen bisa mengetahui rumahnya? Sayangnya saat dia mau bertanya, Yan Chen sudah pergi.
Begitulah, akhirnya Yan Chen pun mengulang semester, mulai musim semi 2008, dan kelasnya tepat di sebelah kelasnya Gui Xiao. Pada musim panas tahun 2009, Gui Xiao mendengar kabar dari adik sepupunya Yan Chen bahwa sekarang Yan Chen bertekad untuk melanjutkan studi di luar kota setelah lulus nanti untuk menghindari ayahnya. Apalagi saat Yan Chen pertama kali mengulang kelas waktu itu, ayahnya selalu mencari masalah dengannya.
Suatu hari, mereka tak sengaja berpapasan di depan tangga dan refleks saling tersenyum pada satu sama lain. Namun dengan cepat mereka terinterupsi oleh kedatangan dua temannya Yan Chen yang memintanya untuk ikut tanding lari estafet menggantikan seseorang yang cedera.
Terlalu dadakan sebenarnya, Yan Chen tidak bawa sepatu dan baju olahraga. Temannya ingin meminjaminya baju olahraga, tapi entah kenapa Yan Chen menolaknya, bersikeras memakai seragamnya yang serba panjang.
Yan Chen setuju, dan Gui Xiao pun ikut menonton pertandingan itu untuk menyemangati Yan Chen, dan berkat semangatnya, Yan Chen pun berhasil memenangkan pertandingan. Setelahnya, mereka secara bersamaan berjalan ke arah yang sama, dan begitu dekat, Yan Chen diam-diam membisikkan ucapan terima kasih atas semangatnya.
Setelah itu, Yan Chen mencuci muka di toilet, dan saat inilah, baru kelihatan bahwa alasan Yan Chen selalu memakai baju serba panjang ternyata untuk menyembunyikan memar-memar di tubuhnya akibat pukulan ayahnya.
Sejak saat itu, mereka mulai saling flirting secara halus. Saat Gui Xiao mentraktirnya jajan sebagai hadiah atas kemenangannya, Yan Chen membalasnya dengan sekantong jajanan.
Gui Xiao juga sering lewat depan kelasnya Yan Chen. Suatu hari saat dia lewat depan kelasnya Yan Chen, tiba-tiba saja sepotong kapur terlempar ke depan sepatunya. Errr... sepertinya sengaja dilempar sama Yan Chen, tapi dia bersikap sok cool pura-pura tidak melihat Gui Xiao dan membiarkan Gui Xiao berlama-lama memandangi wajah tampannya.
Suatu hari, Gui Xiao terjatuh saat lari hingga membuat pipinya lecet, dia kan jadi sedih, takut wajahnya rusak dan malu juga dilihat Yan Chen. Yan Chen agak geli melihatnya mewek, tapi dengan manisnya dia meyakinkan Gui Xiao bahwa wajahnya rusak itu tidak penting, yang penting dia sudah suntik tetanus biar tidak infeksi.
Bahkan sekalipun rumah mereka beda arah, hari ini dia sengaja mengantarkan Gui Xiao pulang, sekaligus menjaganya di jalan biar dia tidak jatuh lagi dan merusak sisi wajahnya lagi.
Tepat saat mereka hampir tiba di rumahnya Gui Xiao, tak sengaja mereka berpapasan dengan Hai Jian Feng, adiknya Hai Dong, yang kebetulan rumahnya searah dengan Gui Xiao dan jelas saja dia penasaran melihat mereka jalan bareng.
Gui Xiao dengan canggung berbohong bahwa mereka tidak pulang bersama, cuma kebetulan berpapasan tadi. Yan Chen pun beralasan mau ke rumah bibi untuk numpang makan.
Semester ini pula, Gui Xiao lulus bersamaan dengan Yan Chen. Namun saat dia mencari Yan Chen, dia tidak ada di kelas. Namun yang tak disangkanya, hari ini dia tiba-tiba mendapatkan pengakuan cinta, bukan dari Yan Chen, melainkan dari Hai Jian Feng. Tapi tentu saja dia tolak.
Meng Xiao Shan putus sama dari Hai Dong gara-gara seorang gadis paling cantik seangkatannya Gui Xiao, namanya Zhao Ming Shan, yang suka menggoda sembarang cowok.
Namun suatu hari, Gui Xiao dan Yan Chen tak sengaja menyaksikan Hai Dong yang berusaha keras untuk membujuk Xiao Shan berbaikan dengannya, mereka bahkan bermesraan di tengah jalan, di hadapan kedua orang yang melihat mereka.
Suatu malam, Gui Xiao tiba-tiba dihubungi adik sepupunya Yan Chen yang mengundangnya untuk datang ke rumah sakit. Neneknya sedang dirawat di rumah sakit, dia dan Yan Chen yang menjaga nenek dan dia disuruh Yan Chen untuk mengundang Gui Xiao datang kemari. Yan Chen bilang bahwa kalau dia yang nyuruh datang, Gui Xiao pasti akan datang.
Tentu saja Gui Xiao langsung setuju dengan senang hati lalu berdandan cantik untuk Yan Chen. Setibanya di sana, adik sepupunya Yan Chen malah sudah tidak ada, kebetulan bibi keduanya Yan Chen sudah datang sehingga Yan Chen pun bisa pergi dengan senyum bahagia.
Gui Xiao terus membuntutinya sampai mereka tiba di luar. Namun Yan Chen tiba-tiba berbalik menghadap Gui Xiao dan terus terang bertanya... "apa kau menyukaiku?"
Duh! Gui Xiao kan jadi malu, "mana ada yang bertanya seperti kau ini."
Mendengar itu, Yan Chen tiba-tiba berbalik memunggunginya sambil mengulurkan tangan di punggung dan mengundang Gui Xiao untuk datang padanya, "berikan tanganmu padaku."
Gui Xiao dengan malu-malu memberikan tangannya ke Yan Chen, dan begitulah, akhirnya mereka pun jadian. Yan Chen memberitahu bahwa dia tidak akan bisa sering pulang karena dia harus pergi ke akademi kepolisian di luar kota. Tapi dia berjanji akan menelepon Gui Xiao setiap kali ada waktu, dan menjenguk Gui Xiao kalau libur.
Keesokan harinya, Yan Chen sudah menunggu Gui Xiao di depan rumahnya. Begitu bertemu, mereka langsung berpegangan tangan dengan bahagia. Tapi tiba-tiba saja terdengar teriakan tetangga memanggil anaknya, Gui Xiao kaget dan refleks melepaskan pegangan tangannya dengan malu. Dia ingin mereka menyepakati sesuatu lebih dulu terkait hubungan mereka.
"Kalau sudah pacaran, tidak boleh putus. Lu Chen, kalau kau berani putus denganku, aku akan menangis sampai mati. Tidak boleh main-main. Janji, bersumpah. Bertengkar seperti apapun boleh, tapi tidak boleh putus."
Lu Chen tentu saja langsung setuju dan semakin jatuh cinta padanya. Dia lalu membawa Gui Xiao kencan bersepeda bersama. Gui Xiao penasaran kenapa di sekolah dulu Yan Chen suka melempar kapur padannya, Yan Chen sudah lama diam-diam menyukainya, ya?
"Kau selalu berkeliaran di depanku, bukankah menunggumu untuk menghiraukanmu?" Goda Yan Chen blak-blakan. Pfft! Gui Xiao kan jadi malu.
Eh tapi beneran deh, Gui Xiao penasaran apakah Yan Chen jatuh cinta pada pandangan pertama padanya? Kenapa waktu itu Yan Chen menemaninya main bilyar?
Yan Chen ngotot menyangkal. Tapi waktu Gu Xiao ngambek, dia langsung membelikan minuman teh botol yang sama dengan yang diminum Gu Xiao saat mereka pertama kali bertemu dulu. (Nggak jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi ingat segala sesuatu tentang Gu Xiao?)
Sayangnya kebersamaan mereka tidak bisa berlangsung lama karena Yan Chen sebentar lagi akan pergi memulai latihan di luar kota dan Gui Xiao juga akan memulai studinya di universitas kota lain.
Gui Xiao sedih, seandainya Yan Chen menyatakan cinta lebih awal, setidaknya Gu Xiao akan bisa mengupayakan agar mereka bisa berada di kota yang sama.
"Aku akan meneleponmu setiap hari," janji Yan Chen.
"Sepakat, ya." tuntut Gu Xiao dan Yan Chen menjawabnya dengan mengelus sisi kepala Gu Xiao. (Ah! Sepertinya mengelus sisi kepala Gu Xiao memang hobinya Yan Chen, makanya di masa depan, waktu mereka dikeroyok kelompok pencuri mobil, Yan Chen refleks mau mengelus kepala Gu Xiao)
Namun sejak awal LDR, tampak jelas Gui Xiao agak insecure dengan hubungan jarak jauh mereka. Apalagi Yan Chen sama sekali tidak bisa dihubungi setiap kali menjalankan pelatihan tertutup.
Berbeda dengan mereka yang masih berusaha mempertahankan hubungan, hubungan Meng Xiao Shan dan Hai Dong justru kandas, dan kali ini hubungan mereka benar-benar putus, dan alasannya, lagi-lagi, gara-gara Zhao Min Shan.
Malah sekarang Meng Xiao Shan sudah punya pacar baru, lebih tua cukup jauh darinya, pemilik tempat bilyar, tempat mereka bermain tahun lalu, namanya Qin Feng. Bukan hanya pemilik tempat bilyar, dia juga pemilik warnet.
Setelah putus dari Hai Dong, Meng Xiao Shan sangat sedih hingga menghabiskan waktu sepanjang hari dan setiap hari main di warnet... hingga suatu hari, Qin Feng mendatanginya dan berkata, "tidak pantas seperti ini hanya demi seorang bocah, lebih baik pacaran saja denganku."
Karena waktu itu Xiao Shan lagi emosional, jadi dia asal saja mengiyakannya. Tapi setelah beberapa lama jalan, akhirnya mulai timbul rasa suka. Xiao Shan sungguh berharap Gui Xiao dan Yan Chen akan terus bertahan sampai akhir.
Suatu malam, Yan Chen menelepon dan mengabarkan bahwa dia sudah tiba kembali di bengkel dan mengundangnya datang. Gui Xiao mengklaim kalau dia dilarang keluar malam, tapi tak lama kemudian, dia ngasih surprise kedatangannya yang kontan saja membuat Yan Chen bahagia.
Yan Chen sendiri masih harus memperbaiki mobil, jadilah malam itu Yan Chen habiskan untuk memperbaiki mobil dan Gui Xiao menemaninya di sebelahnya sambil memandangi dan mengagumi wajah tampannya yang masih tetap tampan biarpun coreng koreng.
Karena sekarang musim libur, jadi Gui Xiao rutin mendatangi Yan Chen di bengkel setiap hari. Sementara Yan Chen masih sibuk, Gui Xiao menunggu di kamar sambil nonton film.
Tak lama kemudian, Yan Chen akhirnya selesai mandi dan bisa menemani Gui Xiao nonton. Tapi, belum semenit nonton, mereka mendadak jadi canggung gara-gara adegan ciuman. Pfft! Berusaha mencairkan suasana canggung ini, Gui Xiao mengaku bahwa ada cowok di kampus yang mengejarnya dan mengganggunya setiap hari.
Yan Chen tidak mengatakan apa-apa dan terus fokus menatap adegan yang bikin salting itu. Canggung, Gui Xiao ingin mematikannya saja. Namun saat meraih remote, tangan mereka tak sengaja bersentuhan yang otomatis membuat keduanya semakin gugup.
Gui Xiao ingin menghindar, tapi Yan Chen tiba-tiba memberanikan diri mendorongnya ke ranjang dan hampir menempelkan bibir mereka... "lain kali kalau ada orang yang mengejarnya lagi, bilang padanya kalau kau sudah punya pacar," ujar Yan Chen sebelum akhirnya mencium Gui Xiao.
Bersambung ke episode 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam