Sinopsis Road Home Episode 3

Keesokan paginya, Gui Xiao masih nyenyak tidur saat Ya Ya membangunkannya. Awalnya dia masih ingin tidur lebih lama, tapi kemudian Ya Ya memberitahu bahwa Yan Chen datang, Gui Xiao langsung melek seketika dan keluar dengan antusias.

Tapi yang ada di depan pintu ternyata malah Xiao Nan, dia hampir saja kecewa, tapi Xiao Nan memberitahu bahwa Yan Chen menunggu di luar. Mereka datang untuk mengantarkan Ya Ya dan kedua rekannya yang katanya hari ini harus pergi ke luar negeri. Gui Xiao sendiri baru akan pergi ke Beijing bersama Xiao Nan besok.


Tak lama kemudian, Xiao Nan dengan gentleman-nya membukakan pintu mobilnya Yan Chen untuk Gui Xiao. Dia sendiri mau ikut semobil dengan mereka, tapi ayahnya dengan cepat menariknya ke mobil mereka sendiri, jadilah Gui Xiao semobil berduaan dengan Yan Chen.

"Kemarin kau tidur jam berapa?" tanya Gui Xiao memulai percakapan.

"Tidak tidur. Saat ada misi, wajar jika tidak tidur selama beberapa hari. Sudah terbiasa."

"Tidak mudah bagi negara untuk mendidik kalian. Hargailah kesehatanmu. Dengan begini, baru bisa bekerja selama beberapa tahun lagi."

Di perjalanan, Yan Chen menunjukkan garis perbatasan negara pada Gui Xiao. Gui Xiao penasaran apakah tempat itu adalah tempat yang fotonya pernah Yan Chen kirimkan padanya dulu. Yan Chen berkata tidak, Gui Xiao jadi kecewa. 

Menyadari kekecewaannya, Yan Chen berkata bahwa jika lain kali Gui Xiao ada kesempatan untukkembali ke Qining, dia akan menyuruh anak buahnya untuk membawa Gui Xiao melihat tempat yang ada di foto.

"Entah kapan akan ada lain kali."

"Pemandangan di sini bagus. Gunung, air, sungai, banyak yang indah untuk dilihat."

"Kau sudah tinggal di sini selama belasan tahun, pasti merasa kalau ini sudah seperti kampung halamanmu, kan?"

Tak lama kemudian, mereka tiba di stasiun kereta (di perbatasan negara) dan berpisah dengan Ya Ya dan kedua rekannya. Xiao Nan mendadak kepo kenapa Gui Xiao paling beda dari yang lain, Ya Ya cs datang untuk urusan kerja, terus apa alasan Gui Xiao datang kemari padahal dia tidak ada kerjaan di sini? Demi ketemu sama Paman Lu yah?

Gui Xiao canggung menyangkal, dan Yan Chen tampak jelas kecewa dengan jawabannya. Ming Yu tidak bisa berlama-lama menemani mereka karena ada panggilan tugas darurat, jadi dia menitipkan putranya pada mereka.

Xiao Nan tiba-tiba beralih topik meminta Gui Xiao untuk membantunya berkemas, dia beralasan bahwa wanita biasanya lebih teliti dalam masalah beginian, takutnya ada barang yang ketinggalan. 

Gui Xiao setuju, maka mereka pun pergi tempat tinggalnya Xiao Nan yang ternyata cuma sebuah kamar sempit. Xiao Nan biasanya tinggal sendirian di sini. Ming Yu sengaja tidak mengajak anaknya tinggal di asrama karena jam tugas mereka yang kadang tidak pasti, takutnya mengganggu istirahat dan takut Xiao Nan berpikir macam-macam jika melihat ayahnya pergi menjalankan misi.

Gui Xiao rasa Xiao Nan cukup pintar, dia tahu apa pekerjaan ayahnya, pastinya dia tetap khawatir. Lagipula, zaman sekarang banyak sekali film-film tentang terorisme, setiap kali menonton film-film semacam itu, dia pasti penasaran dan bertanya pada mereka kan?

"Biasanya jawaban kami adalah cerita film itu omong kosong. Tidak begitu berbahaya."

Gui Xiao tercengang, jadi maksudnya, cerita-cerita film itu benar. Pekerjaan mereka penuh resiko dan berbahaya. Yan Chen menolak menjawabnya secara terus terang, dan hanya berkata bahwa setiap bidang memiliki resiko masing-masing.

Dia lalu cepat-cepat beralih topik ke tujuan utama mereka, mengemasi barang-barangnya Xiao Nan. Tapi ternyata baju-bajunya sangat sedikit. Gui Xiao jadi penasaran kenapa Ming Yu tidak membelikan anaknya banyak baju, dan kenapa tidak menyewa rumah yang lebih besar saja.

Jawaban untuk pertanyaan ini agak sensitif, jadi Yan Chen sengaja menutup pintu lebih dulu. Jadi begini, sejak mereka bercerai, Ming Yu merasa bersalah pada mantan istrinya karena dia merasa dia menghambat mantan istrinya, apalagi dia juga mendapatkan hak asuh anak. 

Karena itulah, dia memberikan uang cukup banyak pada mantan istrinya. Harus mengurus orang tua dan juga membesarkan putra seorang diri, makanya Ming Yu tidak berani menghabiskan uang dengan sembarangan. 

Baju sudah dibereskan, berhubung Yan Chen lebih mengerti masalah buku-bukunya Xiao Nan, jadi dia meminta Yan Chen untuk mengurusnya sendiri. Dia mau keluar duluan, tapi dia sontak membeku gugup saat berhimpitan dengan Yan Chen. 

Suasana di antara mereka seketika berubah lebih intens... saat tiba-tiba saja Xiao Nan membuka pintu, mengagetkan Gui Xiao sampai kepalanya terantuk besi ranjang. Yan Chen jadi khawatir. Gui Xiao mau keluar saja, tidak enak dilihat Xiao Nan, tapi Yan Chen malah mengusir Xiao Nan. Pfft!

Keesokan harinya, hanya Yan Chen yang mengantarkan Xiao Nan ke bandara. Gui Xiao juga sebenarnya sedih harus berpisah dengannya lagi, karena itulah, dia sengaja pura-pura mengecek tasnya, hanya supaya dia bisa melirik Yan Chen sebelum boarding.

Setibanya di Beijing, Xiao Nan dengan agak sedih memberitahu Gui Xiao bahwa ayahnya tidak mengantarkannya pergi karena sibuk dengan misinya. Malah, sebenarnya Xiao Nan jarang bertemu ayahnya, apalagi kalau ayahnya ada misi rahasia.

Xiao Nan tidak pernah sendirian sih, biasanya dia dijaga anggota keluarga tim secara bergiliran. Hanya saja, setiap malam dia selalu menangis, mengira ayahnya tidak menginginkannya lagi.

Prihatin, Gui Xiao berusaha menghiburnya dengan mengaku bahwa dia masih sering menangis waktu SMA, tapi itu gara-gara orang tuanya bercerai waktu itu.

"Kau sangat manja," ujar Xiao Nan ceplas-ceplos.

"Eeeh! Kenapa bilang begitu? Aku sudah berbaik hati menghiburmu."

"Ayahku bilang tidak boleh berbohong, terutama padamu. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Baiklah. Aku tidak akan buat perhitungan denganmu."

Mengalihkan topik, Gui Xiao punya ide untuk membawa Xiao Nan keliling tempat-tempat wisata besok. Tapi Xiao Nan malah menolak, jelas karena dia tidak enak untuk menghabiskan uang ke tempat-tempat wisata yang tidak penting, dan lebih tidak enak lagi kalau dia harus memakai uangnya Gui Xiao.

Dia juga banyak tahu tempat-tempat di Beijing, yang ternyata banyak dia ketahui dari cerita-ceritanya Yan Chen. Dia juga pernah mendengar bahwa Yan Chen pernah mengunjungi seorang teman di sebuah rumah sakit, apakah teman yang dimaksud Yan Chen adalah Gui Xiao? Mungkin iya, Gui Xiao tidak ingat.


Untuk sementara waktu, Xiao Nan akan tinggal di apartemennya Gui Xiao yang cukup besar dan mewah. Gui Xiao terlalu capek untuk bongkar barang, jadi dia menyuruh Xiao Nan untuk langsung mandi, ganti baju dan tidur saja. 

Errr, masalahnya, Xiao Nan tidak punya piyama sama sekali, jadi dia meminta Gui Xiao untuk membantunya beli piyama. Dia tidak punya banyak uang, jadi dia hanya bisa memberi selembar uang 100 Yuan (sekitar 200 ribu).

Dia benar-benar anak yang dididik dengan baik oleh ayahnya. Dia sopan, tahu diri dan penuh pengertian. Keesokan harinya saat Gui Xiao pulang kerja, dia malah mendapati semua lampu rumah tidak dinyalakan hanya karena Xiao Nan merasa lampu rumah ini terlalu banyak, boros listrik.

 

Tapi yang tak disangka Xiao Nan, Gui Xiao malah membawa pulang baaaaanyak sekali tas belanjaan dan semuanya adalah baju-baju untuknya. Woah! Jelas ini jumlahnya jauh lebih besar daripada uang yang dia berikan. Gui Xiao mengklaim kalau semua ini diskon 90%, tapi Xiao Nan jelas tak percaya. Dia bahkan ingin memberinya uang lebih, tapi Gui Xiao menolak.

Yan Chen pulang ke Beijing lebih cepat karena ibunya sakit, jadi begitu tiba di Beijing, dia harus segera ke rumah sakit untuk mengurus segala prosedur administrasi. Gui Xiao mengirim chat, memberitahu bahwa dia sekarang sedang berdiskusi dengan adik sepupunya yang akan membantu mengurus kepindahan sekolahnya Xiao Nan.

Sebenarnya mereka masih butuh melengkapi dokumen kartu keluarga dan akta lahir, tapi berhubung Ming Yu masih terlalu sibuk untuk mengambilnya dari mantan istrinya, jadi mereka belum bisa melengkapi persyaratan. Tapi tidak masalah juga, karena untungnya, adik sepupunya Gui Xiao punya pengaruh di sekolah.

Dalam perjalanan pulang usai makan malam, Xiao Nan bercerita tentang kerasnya pekerjaan polisi SWAT yang dia dengar dari ayahnya. Terutama Yan Chen, dia benar-benar pekerja keras dalam setiap misi.

Mengejar penjahat selama dua hari dua malam di sepanjang gunung bersalju, menyelamatkan sekelompok orang di puncak gunung, berjalan kaki puluhan kilometer, bahkan dengan menggendong seorang rekannya yang pingsan karena kekurangan oksigen.

Wah! Sungguh polisi SWAT yang penuh dedikasi, Gui Xiao bangga mendengar kehebatannya. Xiao Nan penasaran bagaimana awalnya mereka bertemu dulu.


"Kami teman sekolah."

"Jadi beneran teman sekolah? Kukira itu cuma alasan."

"Awalnya dia bernama Lu Chen, tapi kemudian dia mengubah namanya dengan menambahkan kata Yan. Apa kau tahu?"

Oooh, sekarang Xiao Nan mengerti kenapa waktu perkelahian di tempat parkir waktu itu, Gui Xiao berteriak memanggilnya Lu Chen. Gui Xiao bercerita bahwa awalnya mereka tidak pernah bertemu biarpun satu sekolah, tapi dia sering mendengar bahwa ada seorang siswa bernama Lu Chen di kelas 3 yang sangat tampan.

Jadi bagaimana awal mula mereka bertemu?... Mari kita flashback ke tahun 2008.

Waktu itu, Gui Xiao baru selesai latihan lari di lapangan saat seorang temannya datang dengan membawa kakak sepupunya yang ternyata adalah Yan Chen. Si adik sepupu memperkenalkannya sebagai Lu Chen, tapi kemudian Yan Chen mengoreksi bahwa namanya adalah Lu Yan Chen. Gui Xiao tampak jelas jatuh cinta pada pandangan pertama padanya, dan mungkin Yan Chen juga sama, hanya saja tidak begitu kentara.

Mereka sebenarnya terhubung melalui sepupu-sepupu mereka yang kebetulan pacaran. Suatu hari, Gui Xiao mendatangi sebuah tempat bilyar yang dibooking oleh Meng Xiao Shan (kakak sepupunya Gui Xiao) untuk merayakan ultah dan kelulusan Meng Xiao Shan. 

Dia mendapati Yan Chen juga ada di sana, duduk diam menatap jendela di pojok ruangan. Yan Chen terus diam selama Hai Dong (pacarnya Meng Xiao Shan sekaligus sepupunya Yan Chen) bermain bilyar.

Namun saat Gui Xiao menyatakan mau main juga, dia mendadak beranjak bangkit dan menyatakan mau tanding sama Gui Xiao. Yaaa, biarpun dia menyatakan bahwa dia akan bermain dengan tangan kiri, pada akhirnya dia tetap bisa mengalahkan Gui Xiao dengan mudah.

Dia bahkan cuma memberi Gui Xiao main satu kali di awal saja, dan dia tampak menikmati menggoda Gui Xiao dengan cara ini. Gui Xiao jadi kesal karenanya walaupun dia tidak berterus terang menunjukkan kekesalannya.

Setelah itu, dia mendengar kabar bahwa keluarganya Yan Chen ada masalah besar sehingga Yan Chen melewatkan hari pertama ujian nasional. Dan sejak hari itu, dia tidak pernah bertemu lagi dengannya.

Namun suatu hari, dia pernah tak sengaja bertemu Yan Chen di jalan, menyelamatkannya saat dia hampir gagal mengerem sepedanya di depan kios makanan. Dia dengan lembut menuntun sepedanya Xiao Nan, menunggunya mendapatkan makanannya sembari terus menatapnya dengan intens sehingga membuat Gui Xiao jadi tersipu malu.


Namun kemudian dia mendengar cerita dari adik sepupunya Yan Chen bahwa ternyata Yan Chen melewatkan hari pertama ujian nasional gara-gara dia mendaftar ke sekolah kepolisian tanpa sepengetahuan ayahnya.

Ayahnya tidak senang dan mereka bertengkar hebat hingga Yan Chen dikurung dibengkel selama 2 hari 3 malam. Untungnya dia kemudian diselamatkan bibi kedua. Kenapa Ayahnya Yan Chen tidak senang?

Jadi begini, Ayah dan Ibunya Yan Chen dulu pernah bercerai karena Ayahnya Yan Chen yang abusive. Lalu kemudian Ibu menikah lagi dengan seorang polisi yang sangat baik dan menganggap Yan Chen seperti anaknya sendiri.

Sayangnya, polisi itu kemudian sakit dan meninggal dunia. Karena Ibunya Yan Chen tidak punya penghasilan dan tidak sanggup membesarkan dua anak seorang diri, akhirnya dia kembali menikahi suami lamanya.

Ayahnya Yan Chen cemburu pada polisi itu, makanya dia menggila dan ngamuk hebat begitu mengetahui Yan Chen mendaftar jadi polisi.

Suatu hari, Gui Xiao diundang ke ultahnya Hai Dong yang mereka rayakan di kamarnya Yan Chen yang berada di bengkel. Gui Xiao semangat untuk datang, bukan demi Hai Dong pastinya, melainkan demi bertemu Yan Chen.

Yan Chen-lah yang menyambutnya begitu dia datang, malah mungkin, sepertinya dia memang sudah menunggu kedatangan Gui Xiao. 

Dia bahkan tampak jelas tertarik saat mendengar Meng Xiao Shan membangga-banggakan Gui Xiao karena Gui Xiao adalah murid teladan, pintar, dan pastinya, kesayangan guru-guru.

Gui Xiao pun sama, dia juga tampak sangat tertarik dengan Yan Chen. Apalagi saat mendengar Hai Dong berkata bahwa ini adalah kamarnya Yan Chen dan bahwa semua makanan ini dimasak oleh Yan Chen. Begitu mencicipi rasanya, Gui Xiao langsung kagum.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments