Kisah ini dimulai pada tahun 2018 di Beijing,
Gui Xiao sedang lewat saat seorang pemuda di, errr... kayaknya di bengkel, tak sengaja menyiram jalan di depannya. Temannya mengenali bengkel ini sebagai milik Lu Yan Chen, nama yang sontak membuat Gui Xiao membeku dengan wajah sedih.
Hmm, apakah dia punya masa lalu dengan Lu Yan Chen? Tapi saat temannya menanyakan apakah dia akrab sama Lu Yan Chen, Gui Xiao dengan canggung berkata bahwa hubungan mereka cuma lumayan akrab.
Tapi Gui Xiao dengar kalau Lu Yan Chen sekarang sedang bertugas di perbatasan? Apakah sekarang dia sudah kembali dan bekerja di sini? Si pemuda bengkel mengiyakan bahwa Lu Yan Chen memang sudah pulang dan sekarang berada di pom bensin terdekat.
Informasi itu sontak membuat Gui Xiao langsung pergi ke pom bensin terdekat dan melihat Lu Yan Chen sedang berbelanja di mini market. Hmm, jelas hubungan masa lalu mereka lebih dari sekedar 'lumayan akrab', tampak jelas ada kerinduan yang mendalam di mata Gui Xiao saat melihat Yan Chen. Begitupun dengan Lu Yan Chen saat akhirnya mereka saling berhadapan.
"Kau... Apa masih ingat siapa aku?" sapa Gui Xiao canggung.
"Ingat. Berubah jadi abu pun aku akan tetap mengingatmu," jawab Lu Yan Chen.
Ah, hubungan masa lalu mereka sepertinya cukup dalam. Tapi dari nada bicaranya yang dingin, sepertinya dia bukan hanya menyimpan kerinduan, melainkan juga kemarahan terhadap Gui Xiao. Dilihat dari cara mereka menyebut Yan Chen sebagai Kapten Lu, sepertinya dia orang militer.
Bahkan saat rekan kerjanya menanyakan apakah Gui Xiao adalah mantan pacarnya, Lu Yan Chen menyangkal. Padahal jelas dari ingatan masa lalu mereka, saat mereka masih SMA, mereka pernah pacaran.
Flashback.
Suatu hari saat tengah menemani Yan Chen bekerja di bengkel, Gui Xiao dengan imutnya berkomentar bahwa mereka berdua sangat berjodoh dilihat dari nama belakang mereka. Dua mana belakang mereka kalau digabung, jadi Chen Xiao, yang artinya sinar matahari di pagi hari.
Hubungan mereka benar-benar lovey dovey. Yan Chen bukan jenis cowok yang menunjukkan kasih sayangnya dengan kata-kata romantis, tapi dia menunjukkannya melalui sikapnya yang penuh perhatian.
Flashback end.
Entah apa yang sebenarnya terjadi terhadap hubungan mereka sehingga mereka jadi seperti ini sekarang, tapi tampak jelas mereka masih saling menyimpan perasaan pada satu sama lain.
Usai pertemuan itu, Gui Xiao menelepon adik sepupunya Yan Chen untuk menanyakan nomor teleponnya Yan Chen. Sepupunya Yan Chen memberikan apa yang Gui Xiao inginkan, tapi juga sekaligus mengomeli Gui Xiao.
Dari omelan si sepupu, sepertinya dulu Gui Xiao yang dulu memutuskan hubungan mereka. Gui Xiao sangat kejam padahal dulu Yan Chen sudah berusaha memohon-mohon agar mereka berbaikan, tapi Gui Xiao malah bersikeras putus.
Gui Xiao jadi galau sepanjang hari sehingga biarpun dia sudah memiliki nomor teleponnya Yan Chen, pada akhirnya dia tetap tidak meneleponnya.
Dia bahkan tidak sadar bahwa Yan Chen sebenarnya ada di depan rumahnya, diam-diam mengawasinya dari kejauhan, melihatnya memetik anggur yang belum matang karena dia justru lebih suka anggur yang rasanya asam.
Pada akhirnya, Gui Xiao menelepon Yan Chen juga... tapi, itu baru dia lakukan dua tahun kemudian, itu pun karena terpaksa dan dia menggunakan ponsel temannya karena ponselnya sendiri tidak ada sinyal.
Kebetulan Yan Chen sedang ada di luar saat Gui Xiao menelepon dan dia sontak membeku begitu mendengar suaranya. Gui Xiao dengan agak canggung menjelaskan bahwa dia sedang berada Kota Qining, kota yang tengah dilanda badai salju.
Dia sedang dinas di sini, masalahnya, mobil temannya hilang dicuri, makanya dia butuh bantuan Yan Chen. Tidak perlu banyak basa-basi, Yan Chen langsung saja menanyakan keberadaan Gui Xiao lalu bergegas pergi pom bensin tempat Gui Xiao sedang berada bersama teman-temannya sekarang.
Hmm, apakah dinasnya ke Kota Qining ini kebetulan? Entahlah, yang pasti, Gui Xiao tahu betul kalau Yan Chen bertugas di Kota Qining. Dari sinilah diketahui bahwa Lu Yan Chen ternyata adalah Kapten SWAT.
Dia benar-benar gugup saat menunggu Yan Chen. Dia bahkan tak memedulikan dinginnya cuaca, bersikeras menunggu di luar.
Awalnya dia agak pesimis karena Yan Chen belum datang-datang juga sampai beberapa lama. Tapi saat dia hampir menyerah, Yan Chen akhirnya muncul juga. Mereka pun bertatapan cukup lama dengan penuh kerinduan seperti pertemuan mereka dua tahun yang lalu, sampai Yan Chen yang bersuara duluan dan menyuruhnya naik mobil.
Gui Xiao pun memanggil teman-temannya. Namun Yan Chen benar-benar sedingin padang salju yang terhampar di sepanjang jalan. Gui Xiao-lah yang harus berinisiatif memecahkan keheningan di antara mereka dengan menjelaskan kronologi hilangnya mobil itu.
Awalnya mereka hendak melapor ke polisi, tapi kemudian Gui Xiao teringat pada Yan Chen, makanya dia menelepon untuk meminta bantuannya Yan Chen. Dia menginstruksikan Yan Chen untuk mencoba mencari mobil hilang itu di hutan terdekat karena menurut pengalaman bos pom bensin, mobil-mobil curian biasanya disembunyikan di hutan oleh para komplotan pencuri itu.
Yan Chen tak menjawabnya, terus membisu sepanjang jalan, tapi dia tahu hutan mana yang dimaksud dan langsung menuju ke sana. Benar saja, hutan itu memang tempat penyimpanan mobil-mobil curian.
Namun terlepas dari sikap dinginnya, Yan Chen tetap perhatian pada Gui Xiao. Saat Gui Xiao keluar dari mobil dan hampir terjatuh gara-gara salah menapak di tumpukan salju tebal dan menggigil kedinginan, Yan Chen seketika khawatir.
Tapi dengan cepat dia mengalihkan perhatiannya untuk mencari mobil mereka. Gui Xiao dengan canggung berterima kasih atas bantuannya dan mencoba berbasa basi menanyakan berapa lama Yan Chen bertugas di sini.
"Sembilan tahun," jawab Yan Chen, singkat, padat, jelas.
"Masih belum naik pangkat?"
"Sudah naik pangkat."
"Apa tidak kembali? Sudah naik pangkat, apakah bisa mengajukan untuk dipindahkan kembali?" tanya Gui Xiao.
Hmm, jelas dia sangat berharap akan kembali ke Beijing. Namun Yan Chen dengan dinginnya berkata bahwa dia akan tetap tinggal di sini dan tidak akan kembali. Jawaban yang sontak membuat Gui Xiao tertunduk sedih.
Tapi Yan Chen penasaran untuk apa Gui Xiao datang kemari. Gui Xiao berkata bahwa temannya (pemilik mobil yang dicuri) sedang dinas di sini, jadi dia sekalian ikut untuk liburan. Liburan? Di tempat yang tengah dilanda badai salju? Hmm, kayaknya itu cuma alasan biar dia bisa datang kemari dan bertemu Yan Chen.
Polisi datang saat itu dan Yan Chen pun langsung menyerahkan urusan ini ke mereka lalu pergi meninggalkan Gui Xiao.
Saat berada di kantor polisi, temannya tanya-tanya tentang Yan Chen pada pak polisi, dan dari sinilah Gui Xiao mengetahui lebih banyak informasi tentang Yan Chen yang ternyata anggota SWAT garis depan antiteroris dan penjinak bom yang sangat handal. Dia bisa membongkar bom hanya dalam waktu 30 tanpa meneteskan keringat sedikit pun.
Yan Chen mendatangi rumah seorang bapak. Bersama seorang rekannya, dia memperbaiki atap rumah si bapak sebelum kemudian memberi si bapak seamplop uang. Hmm, tapi dari percapakannya dengan rekan kerjanya, sepertinya Yan Chen hendak pindah dari kota ini. (Lalu kenapa dia berbohong pada Gui Xiao? BIar tidak perlu bertemu lagi?)
Keesokan harinya, Temannya Gui Xiao, Cai Ya Ya, ingin mentraktir Yan Chen sebagai ungkapan terima kasih, tapi Gui Xiao malah menolak menghubunginya lagi. Tapi tidak masalah, Gui Xiao kan kemarin memakai ponselnya, jadi Ya Ya langsung saja menelepon Yan Chen sendiri dan mengajaknya makan malam bersama nanti malam. Yan Chen langsung setuju. Gui Xiao jadi canggung dan gugup harus bertemu dengannya lagi.
Tapi di sisi lain, dia antusias juga, bahkan berdandan sebagus mungkin untuk pertemuan nanti. Tapi setibanya di ruang privat restoran, yang menunggu mereka malah seorang anak SD yang memperkenalkan dirinya sebagai keluarganya Lu Yan Chen dan memberitahu bahwa papanya sedang menelepon. Hah? Dia anaknya Yan Chen?
Gui Xiao begitu patah hati mendengarnya hingga dia langsung pamit ke kamar mandi. Tapi tentu saja dia tidak benar-benar ingin ke kamar mandi dan cuma termenung menatap pintu di lorong sambil berpikir sedih bahwa Yan Chen pastilah sudah menikah dan punya anak sebesar itu. Bagaimanapun, mereka sudah berpisah lebih dari 10 tahun yang lalu.
Dia jadi berpikir bahwa ucapan Yan Chen kemarin, bahwa dia tidak akan pindah dari kota ini, pastilah karena keluarganya ada di sini. Sepertinya sekarang dia benar-benar harus melupakan Yan Chen.
"Sedang apa?" sapa Lu Yan Chen yang baru keluar dari toilet pria.
Dia memberitahu kalau toilet wanita ada di bawah. Mata Gui Xiao sembab begitu melihatnya, tapi dia buru-buru berbalik pergi.
"Balik!" perintah Yan Chen tiba-tiba, "aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu."
"Aku bilang balik, dengar, tidak?"
"Tidak dengar," ketus Gui Xiao, tapi sambil balik menghadapnya.
"Kalau tidak dengar, lalu kenapa berbalik?"
Rekan kerjanya Yan Chen baru keluar saat itu dan langsung menengahi mereka, dia meminta Gui Xiao untuk tidak mengambil hati keketusan Kapten Lu mereka ini, ah bukan, maksudnya, mantan kapten.
Dia memberitahu Gui Xiao bahwa Yan Chen sudah menyerahkan surat pengunduran diri, sekarang lagi nganggur, makanya sikapnya aneh begini. Gui Xiao jelas kaget mendengarnya, kemarin kan Yan Chen bilang akan menetap di sini?
Yan Chen menolak menjelaskan apa pun, malah rekannya yang cerewet memberitahu Gui Xiao bahwa Yan Chen saat ini sedang bimbang harus kembali ke Beijing atau tidak. Gui Xiao berkomentar bahwa pindah ke Beijing pasti akan sangat merepotkan dengan membawa anak dan istri dan dengan lapang dada menawarkan bantuannya kalau Yan Chen butuh bantuan.
Yan Chen dan rekannya seketika paham siapa anak yang dimaksud Gui Xiao. Si rekan pun buru-buru menjelaskan bahwa anak SD itu adalah anaknya sendiri dan bukan anaknya Yan Chen. Anaknya itu memang agak usil suka memanggil para bujangan di markas mereka sebagai ayahnya, makanya banyak gadis-gadis yang minggat. Pfft! Dia memperkenalkan namanya adalah Qin Ming Yu dan anaknya itu bernama Qin Xiao Nan.
Gui Xiao seketika bisa tersenyum kembali saking leganya dan langsung berbalik kembali ke ruang privat, lupa kalau dia seharusnya mau pergi ke toilet wanita. Pfft! Yan Chen yang biasanya sedingin freezer pun langsung tersenyum, senang menyadari Gui Xiao masih peduli padanya.
Saat Ya Ya tanya apakah Yan Chen ada pantangan makanan tertentu, Gui Xiao yang refleks menjawab tidak ada pantangan. Ya Ya jadi penasaran apa hubungan mereka yang sebenarnya, tapi Yan Chen menjawab bahwa mereka cuma teman sekolah yang tidak terlalu akrab.
Suasana jadi canggung karena kedua 'mantan teman sekolah' itu tidak ada yang mau saling mengobrol. Ming Yu-lah yang akhirnya harus bertindak mencairkan suasana dengan berbasa-basi dan mengajak semua orang bersulang.
Saat mereka hendak pulang tak lama kemudian, tiba-tiba sekelompok preman muncul mengeroyok mereka, untungnya Yan Chen sigap menarik Gui Xiao, menggunakan jaketnya untuk menutupi mata Gui Xiao dan mengamankannya, sebelum kemudian melawan para preman itu.
Awalnya dia melawan mereka sendirian, Gui Xiao begitu mengkhawatirkan Yan Chen hingga dia refleks meneriakkan nama Yan Chen dengan nama panggilan akrab 'Lu Chen'. Untungnya kemudian Ming Yu datang membantu dan mereka pun berhasil mengalahkan para preman itu dengan cepat.
Yan Chen juga sangat mengkhawatirkan Gui Xiao, dia bahkan refleks ingin menyentuh rambutnya, tapi dengan cepat dia sadar dan langsung menarik kembali tangannya.
"Apa kau takut?" tanya Yan Chen khawatir.
"Tidak. Takut apa?"
"Aku menutupinya dengan jaket karena khawatir menakutimu. Tidak disangka kalau sama sekali tidak paham, malah melepaskannya dan melihat seluruh kejadian."
Para preman itu ternyata adalah komplotan pencuri mobil yang kebetulan sedang makan di sini, mereka mengenali mobilnya Ya Ya, makanya para preman itu menyerang mereka untuk balas dendam.
Tak lama kemudian, semua orang keluar dari kantor polisi usai memberikan keterangan. Demi menjaga keamanan semua orang, Ming Yu yang membawa mobilnya Ya Ya dan mengantarkan para rekan kerja prianya Ya Ya kembali ke penginapan.
Sedangkan Yan Chen mengantarkan mengantarkan Gui Xiao dan Ya Ya. Xiao Nan memaksa ikut semobil dengan Yan Chen. Bahkan si kecil Xiao Nan pun bisa melihat bahwa hubungan Yan Chen dan Gui Xiao tidak sederhana, dia bahkan meminta Gui Xiao untuk tidak marah lagi pada Yan Chen, dia memang selalu berwajah dingin pada semua orang.
"Aku tidak marah. Sudah lama terbiasa," ujar Gui Xiao, dan Yan Chen mendengarnya.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam