Sinopsis New Life Begins Episode 18

Kerja sama para tuan muda akhirnya berhasil juga membujuk Kak Qiao untuk menyetujui permintaan mereka untuk memengaruhi rakyat Mochuan agar mau bertani. Yin Zheng, Yin An, dan Yin Kun mampu bicara dan berakting dengan lancar dan cerdik, cuma Yin Qi seorang yang tampak jelas gugup sampai bicaranya terbata-bata, mungkin karena dia yang paling jujur dan naif.

Yin Qi jadi lesu dan sedih gara-gara kelemahan dirinya ini. Dia sadar betul kalau dia tidak pandai dalam masalah beginian, tidak pula dalam masalah perpolitikan. Mungkin dia hanya bisa begini seumur hidupnya.

"Begini saja, apakah tidak bagus?" tanya Shangguan Jing.

Menurut Jing, jika Yin Qi tidak terbiasa dengan hal-hal semacam itu, maka sebaiknya dia tidak usah memaksakan diri. Lagipula, bertahan hidup kan bukan cuma dengan satu cara. Tidak masalah jika Yin Qi tidak suka bertele-tele seperti orang lain. Jangan khawatir, jika ada orang yang menyusahkan Yin Qi karena masalah ini, Jing pasti akan melindungi Yin Qi.

Aww, Yin Qi begitu tersentuh mendengar ucapan Jing itu. Dia jadi terpikirkan sebuah peribahasa yang berbunyi 'Karena kau sangat menyayangiku, aku bertindak sesuka hati lalu menyombongkan kemampuanku'.

Jing meralat yang benar tuh 'Sombong karena dimanjakan'. Errr... tapi Jing sebenarnya juga salah sih. Pfft! Yin Qi jadi bingung, bukankah seharusnya yang benar adalah 'sombong karena mengandalkan kasih sayang'? Ah tapi sudahlah, anggap saja Jing yang benar. Mulai hari ini, Yin Qi akan sombong karena dimanjakan (oleh Jing).

Di tempat lain, Yin An seorang diri mengunjungi sebuah toko obat Mochuan yang suasananya remang-remang dan agak seram. Bahkan tabibnya saja mendadak muncul tanpa suara kayak hantu sampai Yin An hampir jantungan dibuatnya.

Tidak perlu pakai acara memeriksa nadi. Hanya dari gerak-geriknya Yin An, si tabib bisa menyimpulkan kalau Yin An ada masalah di bagian 'sana' dan mengklaim kalau dia punya obatnya. Errr... dia tabib yang sehebat itu?

Oh tidak saudara-saudara. Dia sebenarnya seorang penipu dan berhubung Yin An bukan orang lokal, jadi si tabib lebih mudah menipunya. Si tabib memaksa meresepkan obat untuk 300 kali minum. Beuh! Jelas kebanyakan, tapi si tabib mengklaim bahwa jika Yin An ingin menyembuhkan penyakitnya dari akarnya, asalkan dia tidak mati karena obat ini, maka dia harus terus menerus minum obat ini. Yin An dengan bodohnya terperdaya dengan mudah, bahkan bersedia membayar mahal.

Li Wei mengajari Yin Zheng dan Yin Kun cara membajak tanah sawah yang hendak ditanami nantinya. Karena cuacanya yang dingin, tanahnya jadi cukup keras, kualitasnya cukup buruk dan diperparah tidak pernah ditanami apa pun selama ratusan tahun, sehingga mencangkul tanahnya butuh tenaga ekstra.

Dia juga membuat desain alat bajak yang bisa dibilang cukup modern biar lebih mudah membajak sekaligus menanam benih. Yin Zheng sendiri sudah membuat rencana pertanian khusus untuk Mochuan. 

Gabungan kedua rencana mereka itu akhirnya sukses membujuk Tuan Besar Mochuan untuk menyetujui ide pengembangan pertanian ini dan membatalkan tradisi pernikahan politik. Akhirnya misi mereka sukses.

Misi terakhir sebelum pulang ke Xinchuan, Yin Zheng benar-benar memenuhi janjinya untuk membawa Li Wei menemui kakeknya. Karena Kakek pernah mendengar kalau cucu menantunya adalah cowok yang badannya lemah, Kakek jadi salah paham mengira kalau cucu menantunya adalah Yin Qi, soalnya dia yang terlihat paling lemah. Pfft!

Para tuan muda hampir saja senang mengira mereka tidak perlu lagi minum-minum. Eeeeh, Kakek malah mendadak membawakan beberapa gentong arak dan bersikeras memaksa mereka untuk minum-minum. Hadeh! Minum lagi.

Jadilah para pria main game suit bersama Kakek. Siapa yang kalah, maka dia harus minum. Yin Qi dan Yin An terus menerus kalah dan cepat teler karenanya. Sedangkan Yin Zheng, dia sangat cerdas hingga terus menerus berhasil mengalahkan Kakek.

Li Wei jadi penasaran sejak kapan Yin Zheng belajar memainkan game ini sampai dia bisa sehebat ini. Yin Zheng membisikinya bahwa sebenarnya sedari tadi dia memperhatikan Kakek terus menerus mengeluarkan dua jari yang sama terus menerus.

Bisikannya cukup kencang sehingga Kakek mendengarnya. Fakta itu langsung digunakan Kakek untuk mengalahkan Yin Zheng di ronde berikutnya. Terpaksalah Yin Zheng harus minum kali ini, dan dia benar-benar meminumnya karena tidak bisa membuangnya secara diam-diam seperti waktu itu, dia tidak bisa menipu Kakek.

Tapi Li Wei tidak bisa dibohongi, dia tahu betul kalau Yin Zheng pasti sengaja berbisik cukup keras biar didengar Kakek dan membiarkan Kakek menang. Kakek puas melihat cucu menantunya akhirnya minum, dan Yin Zheng langsung teler seperti dulu.

Sementara para pria mabuk itu sedang tidur, Li Wei menghabiskan waktu ngobrol berdua dengan Kakek. Pastinya sebagai tetua, Kakek tidak bisa tidak mengkhawatirkan Li Wei di Xinchuan.

Namun Kakek juga cukup puas dengan menantunya. Kakek bisa melihat kalau cucu menantunya itu sangat peduli pada Li Wei. Karena itulah, Kakek menasehati Li Wei agar mereka berdua harus saling mendukung agar bisa hidup bersama dengan baik.

Kakek juga punya hadiah untuk Li Wei, gelang giok mas kawin mendiang neneknya Li Wei. Hanya ini benda terakhir peninggalan Nenek, makanya Kakek sangat menyayangi gelang ini.

Tapi sekarang, Kakek sudah semakin tua, jadi dia memutuskan untuk memberikannya untuk Li Wei saja. Selain itu, jika terjadi sesuatu pada Li Wei, maka Li Wei bisa menggunakan gelang ini untuk dijual. Li Wei sontak berlinang air mata penuh haru mendengarnya.

Saat Li Wei masuk kamar tak lama kemudian, lagi-lagi dia mendapati Yin Zheng yang masih mabuk, terbangun tengah malam, ingin membasuh mukanya tapi tidak sadar kalau yang dia pakai adalah lap meja.

Untungnya Li Wei cepat menghentikannya. Dia sudah menyiapkan sup pereda mabuk untuk Yin Zheng, tapi Yin Zheng malah menggunakannya untuk kumur-kumur.

Tapi saat Li Wei membantu membasuh wajahnya, Yin Zheng seketika membuka mata dan fokus menatapnya sehingga Yin Zheng bisa melihat kalau Li Wei habis menangis. Jelas saja Yin Zheng jadi khawatir, kenapa Li Wei menangis?

"Hanya sedikit merindukan rumah."

"Kelak kalau kau mau pulang, aku akan mengantarmu pulang," ujar Yin Zheng.

Aww, so sweet. Li Wei terharu mendengarnya. Tapi sedetik kemudian dia mendadak mengomeli Yin Zheng karena minum-minum sampai mabuk. Yin Zheng tidak tahu kan apa yang dia perbuat saat sedang mabuk?

"Aku tahu," ujar Yin Zheng... lalu tiba-tiba saja dia menarik Li Wei dan menciumnya lagi. Tapi kali ini, Li Wei sigap menggunakan jempolnya untuk menghalangi kedua bibir mereka bertemu. Dia sontak mendorong muka Yin Zheng sambil marah-marah mengomelinya.

Yin Zheng sudah terlalu teler untuk mendengar omelannya, tapi saat Li Wei hendak pergi, tiba-tiba dia mendengar Yin Zheng menggumamkan janjinya sekali lagi, "kelak, kalau kau ingin pulang, aku akan mengantarmu."

Mereka akhirnya pulang ke Xinchuan dan langsung mendapat apresiasi dari Tuan Besar. Sesuai harapan, Tuan Besar benar-benar memberi jabatan resmi untuk Yin Zheng. Berkat keberhasilannya dalam dua kali misi diplomasi dengan wilayah Danchuan dan Mochuan, dia pun ditugaskan di Departemen Urusan Sembilan Wilayah.

Yin Zheng begitu tercengang sampai dia cuma bisa bengong dan harus ditegur dulu untuk mengucap terima kasih pada Tuan Besar. Yin Qi pastinya jadi kakak yang paling senang dan bangga untuknya.

Tapi Putra Mahkota dan Yin Jun jelas tidak senang. Jelas mereka semakin merasa terancam oleh sepak terjang dan berbagai keberhasilan Yin Zheng. Perkembangan Yin Zheng bisa dibilang, sangat cepat. Yin Zheng bahkan belum setengah tahun mengikuti rapat pemerintahan, dan sekarang dia sudah berhasil mendapatkan jabatan resmi. Mereka harus lebih berhati-hati terhadapnya.

Yin Zheng tiba-tiba dipanggil menghadap ibunya. Tapi Nyonya He memanggilnya bukan untuk ngobrol, melainkan menginginkannya untuk menikahi Song Wu. Hah? Nyonya He tahu kalau Song Wu selama ini naksir sama Yin Zheng, karena itulah Nyonya He ingin Yin Zheng menikahinya saja sekalian.

Yin Zheng sontak mendengus sinis mendengarnya. Ibu kandungnya sendiri lebih bisa memahami Song Wu, yang notabene anak angkat, dibanding anak kandungnya sendiri. Dia menegaskan bahwa sejak awal dia hanya menganggap Song Wu sebagai adik, tidak kurang tidak lebih.

Penolakannya sontak membuat Nyonya He jadi canggung hingga dia buru-buru mendadak ganti topik, ingin mengajak Yin Zheng ngobrol, tapi Yin Zheng sudah terlanjur kesal dan langsung bergegas pamit.

Setibanya di rumah, Yuan Ying sudah menunggunya, sudah tidak sabaran ingin tahu apakah tadi Tuan Besar sudah menganugerahkan jabatan resmi untuk Yin Zheng. Dan saat Yin Zheng mengaku bahwa dia sekarang ditugaskan di Departemen Urusan Sembilan Wilayah alih-alih Departemen Administrasi yang diketuai oleh Putra Mahkota, Yuan Ying langsung paham kenapa Tuan Besar memberikan jabatan itu ke Yin Zheng, mungkin karena Tuan Besar takut Yin Zheng mengalahkan Putra Mahkota. 

Tak peduli sehebat apa pun kemampuan Yin Zheng, Tuan Besar pastinya tidak ingin anak-anaknya yang lain lebih menonjol dibandingkan Putra Mahkota. Tapi biarpun tidak sesuai ekspektasi awal mereka, tidak masalah. Fakta kalau Tuan Besar menanggapi usulan Yin Zheng tentang pergantian mata uang baru, jelas menunjukkan kalau Tuan Besar mengakui Yin Zheng.

Li Wei baru datang saat itu dan langsung penasaran mereka lagi ngobrolin apa. Yin Zheng awalnya tidak mau mengatakan detilnya, mungkin karena mengira Li Wei tidak akan mengerti. Tapi Yuan Ying menyarankannya untuk lebih terbuka pada Li Wei. 

Jika ingin mempertahankan hubungan jangka panjang, maka mereka harus saling mendiskusikan segala hal pada satu sama lain. Dia benar. Yin Zheng akhirnya memberitahu Li Wei tentang jabatan barunya dan menjawab semua pertanyaan Li Wei tentang jabatannya itu.

Malam harinya, Li Wei menemukan Song Wu sedang kesal gara-gara masih dipaksa menikah oleh Nyonya He. Masalahnya, dia tidak menyukai semua pria yang direkomendasikan Nyonya He. Song Wu hanya ingin menikah dengan seseorang yang dia cintai satu-satunya dan mencintainya seorang. Terkait harta ataupun status, semua itu bukan masalah. 

Karena masalah pernikahan ini pula, Song Wu akhirnya baru sadar bahwa sebenarnya perasaannya terhadap Yin Zheng hanya sekedar kagum, dia tidak benar-benar ingin menikah dengan Yin Zheng, tidak pula sangat mencintai Yin Zheng seperti Li Wei.

"Siapa juga yang sangat mencintainya?" sangkal Li Wei gengsi.

"Tapi dia sangat menyukaimu. Seleranya ini bukan sesuatu yang layak dikagumi. Aku hanya sedikit tidak terima. Jelas-jelas aku yang terbaik, ternyata dia lebih menyukaimu yang tidak cantik."

Wah! Li Wei tidak terima. Ayahnya saja bilang kalau dialah wanita tercantik di Jichuan. Tapi... Li Wei mendadak punya ide untuk membantu permasalahan Song Wu ini.

Keesokan harinya, Li Wei membawa Song Wu menemui Nyonya He untuk membicarakan masalah ini. Untungnya Nyonya He bersedia mengalah dan memutuskan membiarkan Song Wu untuk menikah dengan siapa pun yang Song Wu sukai asalkan Song Wu bahagia.

Tapi dengan statusnya Song Wu yang sekarang adalah Tuan Putri Ke Ning, pastinya dia tidak bisa asal mencari jodoh di jalanan kan? Itu tidak etis. Lalu harus bagaimana?... Jangan khawatir, Li Wei punya ide. Yaitu, kencan buta.

Jadilah Song Wu harus kencan buta satu per satu dengan berbagai macam pria. Tapi tidak ada satu pun yang benar. Yang pertama sombongnya minta ampun. Yang kedua canggung banget. Yang ketiga narsis puooollll. 

Yang keempat lebih parah lagi, Yin Yue (Tuan Muda Ke-10). Sama seperti kakak kandungnya (Putra Mahkota), dia juga sombong banget. Dia langsung menyombongkan siapa ibunya, mengira Song Wu tidak tahu kalau ibunya adalah Nyonya Besar. Padahal siapa juga yang tinggal di istana ini yang tidak tahu siapa Yin Yue dan ibunya.

Dia terus menerus membicarakan tentang 'kata ibuku begini dan kata ibuku begitu' sehingga Song Wu jadi penasaran apakah kriteria Yin Yue mencari istri itu harus sesuai dengan kriteria ibunya? Yin Yue langsung mengiyakannya. (Pfft! Anak mama banget)

Song Wu bertanya lagi, semisal mereka menikah, terus dia ada konflik dengan ibunya Yin Yue, apa yang akan Yin Yue lakukan? Jawaban Yin Yue jelas, dia lebih memihak ibunya. Dia bahkan menegaskan bahwa ibunya tidak mungkin salah, bahkan sekalipun ibunya yang salah, tapi dia akan tetap membela ibunya. Pokoknya Song Wu kudu patuh sepenuhnya. Beuh!

Baiklah. Song Wu sudah cukup mendengarnya dan langsung bergegas pamit. Dia tidak pantas untuk Yin Yue, jadi, selamat tinggal!

Dia berpapasan dengan Li Wei dalam perjalanan balik dan langsung menanyakan di mana biara terdekat. Hah? Li Wei bingung, buat apa?

"Mau jadi biksuni!!!"

Bersambung ke episode 19

Post a Comment

0 Comments