Biarpun Ping An sudah diputuskan untuk menggantikan Song Wu, tetap saja Song Wu masih harus terus berpura-pura sakit selama beberapa waktu sampai keadaan aman. Tapi yang jadi masalah, Nyonya Muda Pertama mendadak muncul menjenguk Song Wu dengan membawa beberapa tabib langganannya, bersikeras memaksa agar para tabib-tabib ini memeriksa Song Wu. Hadeh!
Yuan Ying dan Li Wei sudah berusaha melakukan berbagai cara untuk menolaknya, tapi gagal. Untungnya mereka sudah bersiap sebelumnya dengan cara menggunakan berbagai macam alat pemanas badan untuk menaikkan suhu tubuh Song Wu.
Dan untungnya Yin Zheng pulang saat itu, mengabarkan bahwa orang istana sudah mengirim orang untuk mengukur baju pengantinnya Ping An. Nyonya Muda Pertama jadi panik dan bergegas pulang, dan baru setelah itu Su Shen beraksi mengusir para tabib secara halus.
Biarpun lega untuk Song Wu, tapi Li Wei jadi sedih karena Ping An yang akhirnya harus dikorbankan untuk pernikahan politik ini. Song Wu juga prihatin, apakah Ping An akan mendapatkan kesialan?
"Selama aturan pernikahan dengan Mochuan tidak berubah, maka pasti akan ada wanita yang dikorbankan," ujar Yin Zheng.
Li Wei yang lebih bisa memahami maksud Yin Zheng, sontak penasaran apakah Yin Zheng sedang merencanakan sesuatu, apakah dia ingin membatalkan tradisi pernikahan politik dengan Mochuan itu?
Yin Zheng membenarkan, dia ingin mencobanya. Mendengar itu, Li Wei jadi merasa bersalah karena sempat marah pada Yin Zheng, mengira Yin Zheng sama saja seperti pria-pria Xinchuan lainnya. Hidup Yin Zheng sendiri tidak begitu baik, kenapa dia selalu memikirkan orang lain?
Su Shen mendadak nimbrung menjawab pertanyaan Li Wei dengan menceritakan kisah hidup Yin Zheng yang sangat menyedihkan sejak kecil, namun dia tetap tumbuh menjadi orang yang baik dan penyayang.
Su Shen benar-benar pintar bercerita dengan cara yang dramatis bin lebay banget sampai-sampai Li Wei begitu prihatin pada Yin Zheng. Tapi lama-lama Su Shen malah tambah lebay, jadi Yin Zheng langsung menyeretnya menjauh.
Demi membela dan menyelamatkan putrinya, Yin Kun membuat Tuan Besar jadi murka. Saat inilah, Yin Zheng buru-buru nimbrung, meyakinkan Tuan Besar untuk meniadakan aturan ini mengingat posisi mereka yang sekarang jauh lebih kuat dibanding Mochuan, dan meyakinkan Tuan Besar bahwa dia punya cara untuk mengatasi hal ini tanpa harus mengorbankan wanita mana pun.
Tuan Besar awalnya masih agak ragu, tapi akhirnya dia bersedia juga memberi Yin Zheng kesempatan, tapi dia hanya diberi waktu tiga hari. Jika dalam tempo tiga hari dia gagal, maka Ping An akan tetap dikirim ke Mochuan. Sedangkan Yin Kun, dia dihukum kembali ke Mochuan dan tidak boleh kembali ke Xinchuan selama 5 tahun.
Yang jadi masalah sekarang, Yin Zheng sekeluarga bingung karena sebenarnya mereka belum punya rencana terperinci tentang hal ini. Mochuan selama ini mengandalkan Xinchuan untuk menghidupi mereka, makanya mereka memerlukan pernikahan politik sebagai jaminan.
Karena itulah, Yin Zheng punya ide untuk mengatasi permasalahan Mochuan dengan cara membantu meningkatkan perekonomian Mochuan dengan cara mengedukasi masyarakat Mochuan untuk bercocok tanam dan bukan cuma berburu.
Hanya saja, selama bertahun-tahun ini masyarakat Mochuan terlalu kolot dan menolak bertani biarpun mereka tahu betul pentingnya pertanian. Pasti akan cukup sulit untuk mengubah pikiran mereka.
Li Wei punya ide. Utusan Mochuan yang akan datang ke Xinchuan besok kan Nyonya Besar-nya, bukan Tuan Besar. Mungkin akan sulit jika harus membujuk Tuan Besar Mochuan, tapi mungkin mereka akan punya kesempatan jika membujuk Nyonya Besar Mochuan.
Maka pada pertemuan dengan utusan Mochuan keesokan harinya, Yin Zheng sekeluarga saling bekerja sama membujuk para utusan Mochuan untuk membatalkan tradisi kuno ini. Sebagai gantinya, Xinchuan akan mengirim utusan ahli untuk membantu meningkatkan kehidupan masyarakat Mochuan melalui bertani.
Bahkan untuk semakin meyakinkan Nyonya Besar, Yin Zheng menawarkan diri untuk datang ke Mochuan untuk melakukan obervasi awal. Awalnya memang sulit, namun pada akhirnya usaha mereka berhasil juga, Nyonya Besar akhirnya bersedia menunda masalah pernikahan untuk sementara waktu sampai utusan mereka datang ke Mochuan.
Yin Zheng pun langsung meminta izin Tuan Besar untuk membawa Li Wei karena Li Wei berasal dari keluarga petani dan pastinya memiliki keahlian dalam bidang pertanian. Tuan Besar mengizinkan.
Yin Zheng juga mengajak Yin An untuk membantunya. Yin An awalnya hendak menolak, tapi saat sadar bahwa tempat tujuannya adalah Mochuan yang terkenal dengan para pria kekar dan gagahnya, Yin An mendadak berubah pikiran dan langsung setuju (soalnya dia butuh mendapatkan pengaruh kekuatan para pria gagah dan kuat di Mochuan untuk mendapatkan keturunan). Dia bahkan terlalu bersemangat ingin pergi sekarang juga padahal mereka baru akan berangkat besok.
Seperti biasanya, sebelum pergi, Yin An pamit dulu pada para haremnya. Pamitannya lebay bin narsis banget, mengira para haremnya pasti sangat mencemaskan kepergiannya dan akan sangat merindukannya. Beuh! Boro-boro, malah mereka semua sudah tidak sabaran biar dia cepat pergi.
Di kediaman Tuan Muda Keenam, Li Wei dengan imutnya menggelandot manja ke Yuan Ying, berusaha membujuknya untuk ikut ke Mochuan. Tapi Yuan Ying keukeuh menolak dan mengingatkan Li Wei bahwa sekarang ini adalah masa-masa paling genting.
Jika urusan dengan Mochuan berhasil, maka Tuan besar akan menganugerahkan jabatan resmi untuk Yin Zheng (yang itu artinya, Yuan Ying bisa pulang kampung). Karena itulah, Yuan Ying harus tetap di sini untuk mengurus segala urusan di sini.
Baik dia yang ada di sini maupun mereka yang ada di sana, tidak ada satu pun yang boleh melakukan kesalahan. Aww, Li Wei langsung lesu mendengarnya. Tapi baiklah, Li Wei mengerti dan berjanji tidak akan merepotkan Yuan Ying.
Tapi baru juga beberapa langkah, Li Wei mendadak balik, sudah kangen Yuan Ying soalnya. Pfft! Baiklah, Li Wei akhirnya benar-benar pergi sembari berjanji akan pulang membawakan oleh-oleh makanan khas Mochuan untuk Yuan Ying nanti.
Li Wei tahu kebiasaan orang Mochuan yang suka minum-minum (karena cuaca Mochuan yang dingin bersalju). Sudah pasti mereka sebagai tamu nantinya akan diajak minum-minum juga. Karena itulah, dia membawa persediaan sekeranjang jamur rayap yang berguna untuk meredakan mabuk. Ah! Ngomong-ngomong tentang itu, Li Wei menuntut Yin Zheng untuk berjanji untuk tidak banyak minum di Mochuan nanti.
"Kenapa?" goda Yin Zheng, "kau takut aku melakukan sesuatu atau... (muach)?"
"Aku takut kau mabuk sampai muntah lalu memeluk Tuan Muda Kelima."
Li Wei memberitahu Yin Zheng bahwa kakeknya (dari pihak ibunya) berasal dari Mochuan. Dulu kakeknya pulang kembali ke Mochuan sejak Li Wei berumur 6 tahun. Pun begitu, Li Wei tidak pernah sekalipun pergi Mochuan. Mendengar itu, Yin Zheng dengan manisnya berkata bahwa dia akan membawa Li Wei mengunjungi kakeknya nanti.
Yin Qi dan Shangguan Jing juga ikut dalam misi kali ini. Jing antusias banget membawa banyak senjatanya karena kabarnya di Mochuan ada banyak hewan liar, dia ingin berburu. Sedangkan Yin An tidur terus sepanjang jalan, parahnya lagi, hidungnya bahkan mimisan terus (gara-gara belakangan ini dia rutin meminum obat vitalitas yang diresepkan si tabib waktu itu, jadi kayaknya dia kelebihan gizi).
Sesampainya di Mochuan, mereka disambut oleh Yin Kun dan istrinya. Hidangan pertama yang disajikan adalah beberapa jajanan. Yin Qi pikir tidak akan kenyang karena cuma jajan, tapi siapa sangka, ukuran jajanan itu besar-besar sesuai porsinya orang Mochuan. Bakpao, roti, dimsum, semuanya berukuran jumbo. Satu biji saja cukup untuk berdua.
Usai makan, mereka bertemu dengan Kak Qiao, ketua suku Mochuan, orang paling berpengaruh di Mochuan, berniat mau membahas rencana pengembangan pertanian Mochuan. Tapi Kak Qiao sepertinya tidak ada niatan untuk itu, dia malah membawa beberapa gentong arak dan memaksa para pria untuk minum-minum dengannya.
Jadilah mereka malah berpesta pora dan minum-minum terus. Yin Zheng cukup cerdik membuang araknya setiap kali tidak ada yang melihat. Sayangnya, kakak-kakaknya tidak secerdik dia, jadi mereka cepat mabuk.
Dalam keadaan mabuknya, si playboy Yin An malah merayu seorang wanita Mochuan untuk jadi selir barunya dan melengkapi koleksi para gadis istilah mataharinya. Tapi wanita itu punya ide lain yang lebih bagus, bagaimana kalau Yin An saja yang jadi haremnya yang ke-30? Pfft! Buset amat cewek punya 29 suami, satu hari satu suami. Yin An sampai melongo ngeri mendengarnya.
Yin Zheng sama sekali tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk membahas misi utamanya. Frustasi, akhirnya dia menjatuhkan kepalanya ke meja, pura-pura teler biar acara tidak berguna ini cepat usai.
Tak lama kemudian, para tuan muda Xinchuan sudah teler berat sampai merepotkan orang-orang yang harus memapahnya. Li Wei juga memapah Yin Zheng, tapi setelah memastikan keadaan aman, Yin Zheng sontak mengakhiri aktingnya dan berdiri tegak.
Malam harinya, Jing menemukan Yin Qi sedang membedong dan meninabobokan pedang-pedangnya Jing seolah mereka bayi. Wkwkwk! Dia imut juga. Dia menyayangi pedang-pedang itu karena mereka adalah benda-benda kesayangannya Jing.
Keesokan harinya, lagi-lagi Kak Qiao berniat mau mengulur waktu, tapi kali ini Yin Zheng sudah menyiapkan rencana balasan. Yaitu, memaksa Kak Qiao untuk minum teh pu'er yang dibawa Li Wei dari kampung halamannya.
Kak Qiao jelas tersiksa, dia tidak suka minum teh. Dia berusaha cari-cari alasan untuk menghindar, tapi mereka tidak membiarkannya pergi dan terus menerus mengisi ulang mangkok minumnya dengan teh dan terus mengajaknya bersulang teh. Mereka bahkan tidak membiarkannya pergi ke toilet sebentar. Dia benar-benar tersiksa.
Akhirnya Kak Qiao tidak bisa menghindar lagi dan terpaksa harus mau mendengarkan presentasi Yin Zheng tentang masalah pengembangan pertanian.
Bersambung ke episode 18
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam