Walaupun tetap disiplin tinggi seperti biasanya, namun Yuan Ying sekarang juga banyak terpengaruh oleh Li Wei sehingga dia mulai lebih luwes. Bahkan saat Li Wei ingin mengajak teman-teman mereka makan-makan bersama di restoran, Yuan Ying langsung menyetujuinya.
Tapi mereka kesulitan mengundang Hao Jia gara-gara Putra Mahkota yang melarang Hao Jia berhubungan dengan Li Wei lagi. Li Wei jelas khawatir dan kesal mendengar salah satu teman baiknya malah dikekang seperti ini.
Yuan Ying punya ide bagus untuk mengatasi masalah ini, meminta bantuan Nyonya lain untuk mengirim undangan ke Hao Jia. Caranya berhasil, dengan mengirim undangan atas nama Shangguan Jing dan secara kebetulan Putra Mahkota juga sedang keluar, Hao Jia pun diizinkan keluar oleh Fang Ru.
Fang Ru sekarang memang sudah lebih lunak terhadap Hao Jia. Sejak kejadian Hao Jia dipukul waktu itu, hati Fang Ru yang biasanya panas, sekarang mulai semakin mendingin. Hao Jia sebenarnya banyak mengingatkan Fang Ru akan dirinya yang dulu.
Dulu Fang Ru juga suka keluar dan bersenang-senang, tapi kemudian Putra Mahkota memegang kesalahannya. Sejak itu, Putra Mahkota membatasinya dan melarangnya keluar.
Di restoran, para wanita minum-minum terus sambil mengutuki tradisi pernikahan politik antar wilayah in. Siapa sangka, Yuan Ying ternyata tidak terlalu kuat minum juga, dia bahkan jadi yang paling teler di antara yang lain. (Pfft! Padahal sebelumnya dia mengejek Yin Zheng, ternyata dia sama saja tidak kuat minum)
Tiba-tiba mereka mendengar seorang pendongeng yang menceritakan kisah kuno yang sebenarnya sudah sering mereka dengar. Kisah cinta yang mana tokoh utama wanitanya digambarkan sebagai wanita rapuh dan lemah tak berdaya kayak daun kering kena angin dikit aja langsung terbang.
Li Wei yang masih cukup sadar, jelas tidak terima dengan penggambaran wanita dalam kisah itu dan langsung kelur untuk mendebat si pendongeng. Dengan penuh keberanian dia ceramah di hadapan semua orang, memberitahu mereka bahwa wanita tidak selemah yang mereka pikir. Mereka juga bisa mandiri dengan usaha mereka sendiri, mereka bisa melakukan segala hal yang bisa dilakukan oleh pria.
Pastinya, di tempat yang masih menjunjung tinggi budaya patriarki, ucapannya itu langsung mendapat cercaan dari seorang pria. Tapi Li Wei sama sekali tidak takut untuk melawannya, apalagi dia mendapat dukungan penuh dari teman-teman wanitanya... hingga akhirnya pria itu bungkam tak berdaya.
Kebetulan saat dia mengucap semua itu, Yin Zheng baru muncul bersama Yin Qi untuk menjemput para istri dan selir mereka. Yin Zheng sama sekali tidak marah, malah tampak sangat bangga pada Li Wei.
Tak lama kemudian, Yin An juga datang untuk menjemput istri dan para selirnya. Berbeda dengan Yin Zheng, dia malu banget dengan kelakuan mereka, jadi dia memaksa mereka untuk pakai topi penutup wajah. Saking banyaknya haremnya, dia sampai harus menghitung mereka, takut ada yang hilang. Wkwkwk!
Hao Jia juga dijemput suaminya yang tampak marah. Li Wei jadi mengkhawatirkannya, tapi Hao Jia meyakinkan Li Wei bahwa dia tidak akan kenapa-kenapa.
Sampai rumah, para wanita itu langsung disidang oleh para suami masing-masing. Yin Zheng sontak mengomeli Li Wei dan sinis saat melihat kelakuan mabuk Yuan Ying, ternyata Tuan Putri Jinchuan begini ya kelakukannya kalau lagi mabuk.
Di kediaman Putra Mahkota, Hao Jia dihukum menyalin teks yang sangat banyak dan hanya akan diizinkan makan kalau sudah selesai. Namun Fang Ru tiba-tiba datang membawakannya mie sembari beralasan kalau itu makanan sisa.
Aww, jelas itu bukan makanan sisa, Hao Jia yakin itu. Tentu saja dia senang dengan perubahan hubungan mereka ini. Terlebih lagi, sebenarnya sejak awal di antara mereka berdua memang tidak ada masalah apa pun, mereka hanya terjepit oleh seorang pria yang bermasalah.
Sementara itu di kediaman Yin An, dia juga sedang menyidang dan mengomeli istri dan para selirnya, dia marah karena mereka main seharian padahal dia sangat merindukan mereka.
Errr... tapi gara-gara dia narsis luar biasa, ujung-ujungnya omelannya berubah narsis dengan meyakini bahwa mereka semua pasti cuma terlalu malu untuk mengakui bahwa mereka sebenarnya tahu kalau dia sangat peduli pada mereka. Pfft! Padahal tidak ada satu pun yang tahu ataupun peduli dengan perasaannya.
Selain itu, dia memberitahu Hai Tang bahwa besok Hai Tang dipanggil menghadap Nyonya Besar untuk membicarakan masalah keturunan. Heran deh dia, istri dan selir sebanyak ini, kenapa tidak ada satu pun dari mereka yang hamil? (Pfft! Istri dan selir sebanyak itu tapi tidak ada satu pun yang hamil, berarti masalahnya bukan pada istri dan selir ya Bambang!)
Dan karena masalah ini pula, Yin An tiba-tiba memerintahkan Bai Lu untuk menemaninya malam ini. Apa?! Bai Lu sontak melempar tatapan galau ke teman-temannya, dia tidak bisa malam ini. Bagaimana ini?
Akhirnya Shuang Jing yang dengan dengan terpaksa merelakan diri untuk menggantikan Bai Lu, dan berhubung Yin An tidak ingat wajah selir-selirnya sendiri, jadi dia percaya-percaya saja kalau Shuang Jing beneran Bai Lu.
Keesokan harinya saat Nyonya Besar mempertanyakan masalah ini, Hai Tang langsung nge-drama sekaligus memanfaatkan kesempatan ini untuk minta cerai saja, pura-pura mengklaim dirinya adalah istri yang tidak berguna dan tidak pantas jadi Nyonya Muda Ketiga, jadi lebih baik diceraikan saja.
Tapi Yin An mendadak muncul dengan heboh dan menolak menceraikan Hai Tang, soalnya dia cinta banget sama Hai Tang. Masalah belum punya keturunan, dia meyakini kalau istrinya mungkin tidak sehat.
Tapi Nyonya Besar curiga kalau masalahnya bukan pada istri. Karena itulah, Nyonya Besar berusaha menyuruh Yin An untuk memeriksakan dirinya ke tabib. Tapi Yin An malah salah paham, mengira perintah itu untuk istri dan para selirnya dan berjanji akan membawa mereka semua untuk diperiksa. Hadeh!
Jadilah Yin An membawa istri dan semua selirnya ke seorang tabib luar istana yang katanya tabib hebat. Tapi setelah melihat istri dan selir sebanyak itu, bahkan tabib pun tidak perlu pakai acara memeriksa satu per satu untuk mencurigai siapa yang paling bermasalah. Jelas bukan para wanitanya.
Yang jadi masalah, Yin An terlalu narsis sehingga dia sama sekali tidak nyambung siapa yang dimaksud si tabib. Hadeh! Tabib sampai frustasi dengan kebodohannya. Tidak perlu periksa, tabib langsung saja meresepkan obat khusus untuk Yin An. Istri dan para selirnya tidak perlu obat.
Yin An jadi galau seharian gara-gara masalah ini. Maka kemudian dia mengajak Yin Zheng dan Yin Qi makan bersama sambil bertanya-tanya kenapa istri-istri mereka juga belum ada yang hamil. Apakah mungkin memang mereka, para pria, yang bermasalah?
Wah! Jelas tidak dong! Yin Qi dan Yin Zheng sontak menolak dugaannya, situasi dan kondisi mereka berdua terkait masalah ini jelas beda dari Yin An, mereka berdua jelas tidak ada masalah apa pun (Yin Zheng dan Yin Qi cuma belum pernah menyentuh istri-istri mereka).
Yin An jadi bingung, terus siapa yang bermasalah? Yin Zheng dan Yin Qi sontak kompak menatap Yin An penuh arti, tapi Yin An langsung heboh luar biasa menolak mempercayai dirinya yang bermasalah.
Tapi mereka tidak sempat melanjutkan percakapan ini lebih jauh karena tiba-tiba mereka tersela oleh kedatangan pelayan yang mengabarkan bahwa mereka bertiga dipanggil ke istana sekarang juga.
Ternyata mereka semua dipanggil ke istana untuk membicarakan pernikahan politik dengan Mochuan. Jadi ceritanya, menurut tradisi dan perjanjian antar kedua wilayah, setiap 60 tahun sekali, Xinchuan harus mengirimkan wanita kelas atas untuk dinikahkan ke Mochuan demi menjaga dan memastikan kelangsungan hubungan kedua wilayah.
Tujuan pertemuan kali ini adalah mendiskusikan wanita mana untuk dikirimkan ke sana, Tuan Besar bingung karena wanita muda istana jumlahnya sangat sedikit, antara adiknya Putra Mahkota atau adiknya Yin Qi.
Putra Mahkota seenaknya mengusulkan untuk mengorbankan adik perempuannya Yin Qi. Sontak saja Yin Qi langsung heboh menolak dan berusaha mati-matian menyelamatkan adiknya yang masih remaja belasan tahun itu.
Nyonya Besar juga tidak mau mengorbankan putrinya, jadi Putra Mahkota sekali lagi seenaknya ganti mengusulkan agar salah satu selirnya Yin An saja yang dikorbankan. Jelas Yin An menolak, bedanya dengan Yin Qi, dia lebih tenang dan cerdik.
Dia tidak menolak secara terang-terangan, seolah dia menyetujui usulan itu, tapi sebenarnya dia pintar cari-cari alasan dengan mengklaim bahwa semua selirnya berasal dari kalangan rendahan yang tidak pantas untuk dikirim ke Mochuan.
Dari usulan pelayannya, Nyonya Besar mendadak punya kandidat lain untuk dikirim ke Mochuan yang bukan dari kalangan rendahan tapi juga bukan anggota keluarga kerajaan... putri angkatnya Nyonya He, Song Wu.
Tanpa mengetahui apa yang akan terjadi dengan dirinya, Song Wu jelas senang bukan main karena dirinya mendadak diberi gelar Tuan Putri Ke Ning. Baru saat kemudian dia menghadap Tuan dan Nyonya Besar, dia mengetahui alasan pengangkatan gelar dirinya.
Berhubung dia tidak memiliki keluarga kandung, pastinya dia tidak memiliki seorang pun yang bisa melindunginya sehingga dia cuma bisa menahan air mata sambil tersenyum miris mendengar perintah itu.
Song Wu akhirnya pulang sambil menangis sesenggukan sampai-sampai Yin Zheng dan Su Shen bingung dia ngomong apa. Untungnya Li Wei memahami ucapannya dan langsung menerjemahkannya untuk mereka... termasuk bagian umpatannya. Tapi bagian yang ini sudah terucap dengan jelas, jadi sebenarnya tidak perlu diterjemahkan, tapi Li Wei terus saja menerjemahkan bagian umpatannya.
Yin Zheng bingung harus bagaimana untuk menyelamatkan Song Wu. Li Wei punya ide, dia kan punya pengalaman kabur dari pernikahan. Ehem, Yin Zheng mengingatkan, Li Wei memang punya pengalaman kabur dari pernikahan, tapi dia gagal. Pfft! Tapi baiklah, Yin Zheng bersedia memakai idenya Li Wei.
Li Wei benar-benar prihatin pada Song Wu, Tuan Besar dan Nyonya Besar sengaja memanfaatkan anak orang lain biar tidak perlu mengorbankan putri mereka sendiri.
Yin Zheng berusaha menjelaskan bahwa Xinchuan dan Mochuan memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, Mochuan menjaga perbatasan negara, sedangkan Xinchuan membantu menghidupi Mochuan yang tandus karena daerah mereka yang sangat dingin.
Karena itulah, dibutuhkan pernikahan politik kepentingan bersama. Tapi tetap saja Li Wei tidak setuju dan jadi kesal karenanya. Kenapa juga harus mengorbankan wanita sebagai tumbal hanya demi kepentingan bersama?
Keesokan harinya, semua orang mulai menjalankan rencana Li Wei, yaitu membuat Song Wu keracunan makanan sup kura-kura campur bayam seperti yang pernah dialami Yin Qi waktu itu. Tapi tidak usah khawatir, Li Wei juga sudah menyiapkan air kangkung sebagai penawarnya.
Tapi masalahnya, biarpun sudah berakting sedramatis mungkin, bahkan pakai acara memuntahkan air merah yang mirip darah, tetap saja tabib istana tidak merasa kalau Song Wu sakit parah dan memutuskan kalau Song Wu tetap bisa menikah ke Mochuan karena nadinya Song Wu berdetak sangat kuat dan sehat dibanding wanita lain. Pfft!
Maka Yin Zheng, Yuan Ying dan Li Wei langsung menggunakan gabungan kekuatan mereka untuk mengintimidasi si tabib istana dan mengancamnya untuk menulis diagnosa bahwa Song Wu sakit parah sehingga tidak bisa menikah ke Mochuan. Tabib akhirnya luluh dan bersedia menuruti kemauan mereka.
Yin Zheng lega. Li Wei pun senang, tapi saat Yin Zheng menatap Li Wei, tiba-tiba saja Li Wei memalingkan muka dengan ekspresi ngambek dan langsung mundur menjauh saat Yin Zheng lewat di hadapannya. Pfft! Yin Zheng kan jadi bingung.
Saat Yin Zheng keluar mengantarkan tabib istana, Song Wu yang memperhatikan mereka, sontak penasaran apakah Li Wei sedang bertengkar sama 'Kakak Tertua'? (Hah? Kakak Tertua?) Kayaknya Song Wu sudah menyerah akan Yin Zheng sepenuhnya sekarang, makanya sekarang dia mengganti panggilannya terhadap Yin Zheng, menegaskan bahwa hubungan mereka murni hanya kakak-adik.
Yuan Ying menyarankan Li Wei untuk membicarakan masalah mereka dengan baik-baik. Wajar saja pria dan wanita beda pendapat, yang penting mereka harus berdiskusi dengan baik untuk menyelesaikan perbedaan pendapat mereka tersebut.
Hmm, benar juga. Eh, sebentar! Li Wei bingung sama mereka berdua. Yang satu selalu memanggil Yin Zheng sebagai Zheng gege, yang satu lagi istri resminya Yin Zheng, tapi mereka berdua malah menyemangatinya untuk berbaikan dengan Yin Zheng. Aneh sekali.
Gara-gara ini, maka satu-satunya kandidat untuk dikirim menikah ke Mochuan hanya Tuan Putri Shu Yu, putri kandungnya Nyonya Besar. Tapi Nyonya Besar jelas tidak mau mengirim putrinya ke sana dan langsung heboh protes ke Tuan Besar.
Memang sih, Tuan dan Nyonya Besar juga curiga dengan penyakit dadakannya Song Wu ini. Tapi karena Song Wu adalah putri angkatnya Nyonya He dan Tuan Besar menyayangi Nyonya He, pastinya dia lebih memilih membela Song Wu demi kebaikan Nyonya He.
Tuan Besar juga sebenarnya tidak rela jika putri kandungnya dikirim menikah ke Mochuan, tapi mau bagaimana lagi, ini demi kepentingan negara. Nyonya Besar mendadak punya kandidat lain, Putri Ping An - putrinya Yin Kun (Tuan Muda Pertama).
Kebetulan Yin Kun memang bertugas di Mochuan, jadi sekalian saja kirim Ping An ke sana agar mereka sekeluarga bisa bersatu kembali. Tuan Besar langsung setuju.
Sama seperti yang lain, Ping An juga sebenarnya tidak mau, tapi dia memutuskan untuk pasrah saja. Namun malam itu juga, tiba-tiba sang ayah, Yin Kun, akhirnya pulang. Jelas dia juga tidak mau putrinya menikah ke Mochuan, makanya dia bergegas pulang untuk menyelamatkan putrinya dari pernikahan politik ini.
Bersambung ke episode 17
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam