Xing Cheng sukses menakut-nakuti si manajer hingga akhirnya si manajer mengakui kalau data yang asli masih dia pegang. Dengan gemetaran dia menyerahkan data aset luar negeri itu ke Xing Cheng sebelum kemudian pingsan.
Xing Cheng menyerahkan file itu ke Man Ning lalu menggandengnya kembali ke kantor. Dari data-data itu, mereka mendapati laporan keuangan perusahaan sangat kacau, pantas saja Kakek Zhuang jadi sakit karenanya.
Sementara semua orang sibuk berkutat mempelajari laporan keuangan itu, Man Ning satu-satunya yang memperhatikan tangan Xing Cheng terkilir gara-gara menggantung si manajer tadi.
Fang Xiang cepat menyerah, dia lebih memilih bermain angka-angka di program komputernya saja daripada mempelajari angka-angka semacam ini, dia sama sekali tidak mengerti.
Xing Cheng santai memberitahu bahwa yang perlu mereka lakukan adalah menemukan celah di perjanjian obligasi agar mereka bisa melunasi hutang bank. Dengan begitu, krisis obligasi luar negeri pun akan bisa teratasi.
Masalahnya, mereka hanya punya waktu tiga hari untuk menyelesaikan masalah ini. Jadilah Man Ning dan Xing Cheng lembur seharian ini. Jadilah mereka harus menginap di kantor sepanjang hari demi menyelesaikan krisis ini.
Malam harinya, Man Ning melihat Xing Cheng ketiduran di sofa. Teringat tangannya yang terkilir, Man Ning ingin mengobatinya. Dia berusaha melakukannya sepelan mungkin agar tidak membangunkan Xing Cheng, tapi pada akhirnya tetap membuat Xing Cheng terbangun.
Tapi Xing Cheng bersikeras menolak diobati. Ucapan Fang Xiang memang benar, Xing Cheng tidak pernah mengeluh sakit tak peduli biarpun dia sebenarnya kesakitan. Fokus utamanya sekarang hanyalah menyelesaikan masalah obligasi luar negeri itu.
Terkait masalah itu, Man Ning memang tidak mengerti dan tidak bisa membantu. Tapi seharian ini dia sudah berusaha membantu sebisanya, yaitu menata data-data agar lebih rapi, makanya sekarang Man Ning bisa tahu di halaman-halaman mana saja data-data yang penting.
Dia santai saja mendekat untuk mencari halaman-halaman tersebut, dan saat dia mendongak, dia sontak terdiam dan tercengang mendapati jarak wajah mereka yang begitu dekat dan Xing Cheng tengah menatapnya, tampak terpesona.
Baru sadar sedetik kemudian, keduanya sontak saling memalingkan muka dengan canggung. Man Ning buru-buru beranjak bangkit, tapi Xing Cheng tiba-tiba memanggilnya... dan akhirnya, dia mulai melunak dengan meminta Man Ning untuk mengobati tangannya yang terkilir.
Kebetulan tepat saat itu juga, Fang Xiang dan Yuan Shuai baru kembali dari membeli kopi dan makan malam, dan jelas kaget melihat pemandangan yang tampak romantis itu. Akhirnya mereka batal masuk dan bergegas pergi meninggalkan Man Ning dan Xing Cheng berduaan.
Mei Na hampir putus asa mencari si cowok tampan di seluruh gedung saat tiba-tiba saja Yuan Shuai mendadak muncul di hadapannya. Duh! Mei Na senang banget. Dia langsung memberanikan diri untuk kenalan, tapi Yuan Shuai malah menganggapnya sebagai ancaman. Saat Mei Na menyentuh bahunya, Yuan Shuai refleks memelintirnya.
Tepat saat itu, Fang Xiang yang melihat interaksi mereka, sontak panik ingin mencegah Yuan Shuai memelintir Mei Na, tapi dia sendiri malah tersandung dan akhirnya jatuh terjerembap, otomatis membuatnya bertatapan langsung dengan Mei Na (Ow? Apakah akan ada cinta segitiga di antara ketiga orang ini?).
Tang Lin menggerutu kesal ke kakaknya gara-gara dia diabaikan oleh Mu Fan yang sama sekali tidak memberinya jawaban sampai sekarang. Kakaknya santai, dia punya cara lain untuk mendapatkan Lanhai.
Man Ning cs berpacu dengan waktu mempelajari semua data-data itu... hingga akhirnya Man Ning punya cara untuk menyelesaikan masalah ini dan langsung memberi perintah ke berbagai departemen. Wow! Man Ning keren! Dia loh yang punya ide dan bukan Xing Cheng.
Satu kantor mendadak sibuk luar biasa... hingga akhirnya tak lama kemudian, mereka mendapat kabar baik, bank luar negeri menyetujui usulan Man Ning, yang itu artinya krisis obligasi luar negeri Lanhai berhasil teratasi dengan baik.
Ingatannya yang bagus inilah yang membuatnya hapal dengan semua data transaksi yang dia baca di semua laporan keuangan sehingga dia bisa membuat perbandingan akhir yang kemudian dia gabungkan dengan ilmu keuangan yang dia dapatkan dari sebuah seminar seorang profesor keuangan yang pernah dia hadiri sewaktu dia kuliah, makanya dia bisa punya ide penyelesaian masalah ini.
"Kau melakukannya dengan baik," puji Xing Cheng.
Man Ning tersipu malu mendengarnya. "Tidak juga kok, cuma ingin membantumu... dan perusahaan."
Man Ning ketiduran sesampainya di rumah. Xing Cheng berusaha selembut mungkin saat membantu membukakan seatbelt-nya agar tidak membangunkan Man Ning yang otomatis membuat jarak mereka jadi dekat dan Xing Cheng seketika terpesona.
Itu sontak membuatnya jadi gugup dan canggung sehingga dia buru-buru keluar meninggalkan Man Ning di mobil, dan baru saat itulah Man Ning mendadak membuka mata. Pfft! Ternyata sedari tadi dia cuma pura-pura tidur, soalnya dia juga gugup dekat-dekat dengan Xing Cheng.
Keesokan paginya, Man Ning berpapasan dengan Kakek Zhuang yang hari ini lebih bahagia setelah mendengar kabar terselesaikannya masalah obligasi luar negeri. Sekarang karena perusahaan sudah keluar dari krisis, Kakek penasaran kapan Xin Yan dan Xing Cheng akan bertunangan dan menikah. Kakek Zhuang sudah tidak sabar untuk menimang cucu. Pfft! Man Ning tersipu malu mendengarnya dan buru-buru beralih topik.
Kakek lalu mengajak Man Ning ke taman bunga peninggalan kedua orang tua Xin Yan dulu. Sayangnya sejak kematian kedua orang tua Xin Yan, taman bunga ini pun ikut mati bersama mereka dan tidak ada yang mekar satu pun.
Prihatin melihat kesedihan Kakek Zhuang, Man Ning meyakinkan Kakek untuk menyerahkan taman bunga ini padanya dan Xing Cheng. Seperti bagaimana mereka menyelesaikan masalah perusahaan, mereka juga pasti bisa mengurus taman bunga ini dan membuat bunga-bunganya bermekaran kembali.
Yang tidak diketahui Man Ning, Xing Cheng ternyata punya kenangan masa kecil bersama Xin Yan kecil dan orang tuanya di taman bunga ini. Hmm, dia siapa sih sebenarnya? Kalau dia punya hubungan dengan keluarga ini, lalu kenapa tidak ada seorang pun di keluarga Zhuang yang mengenalinya?
Lamunannya mendadak tersela saat Man Ning mendadak protes tidak terima karena dia dan kedua temannya Xing Cheng sibuk bekerja, tapi Xing Cheng malah duduk diam bagai raja di sini. Tapi Xing Cheng bahkan tidak merasa dirinya salah, malah bersikeras meyakini bahwa taman bunga ini tidak bisa tumbuh bunga.
Kesal, Man Ning nekat mencoreng muka Xing Cheng pakai tanah yang sontak membuat Fang Xiang dan Yuan Shuai melongo shock melihat keberaniannya melawan Xing Cheng.
Gregetan, Xing Cheng langsung menggotongnya kembali ke kamar, melewati semua orang, mengabaikan tatapan mereka lalu mendudukkan Man Ning di wastafel dan meng-kabedon-nya yang jelas saja membuat Man Ning gugup. Xing Cheng mau apa?
Xing Cheng menjawabnya dengan memiringkan bagian wajahnya yang terkena tanah dan memaksa Man Ning untuk membersihkannya. Itu yang dia inginkan. Man Ning pun mengusap leher dan pipinya dengan gugup dan canggung.
Tapi tiba-tiba Xing Cheng berpaling menatapnya dan pandangan mereka bertemu yang kontan membuat keduanya jadi gugup. Canggung, Xing Cheng pun buru-buru menarik diri dan pergi, meninggalkan Man Ning yang akhirnya bisa bernapas lega.
Tapi keesokan harinya, tiba-tiba perusahaan mereka mendapat masalah baru. Tang Lin dan kakaknya mendadak muncul di Lanhai dan menuduh Lanhai menjiplak desain perhiasaan perusahaan mereka. Sementara kakaknya sibuk menuduh Man Ning dan Lanhai sebagai plagiator, perhatian Tang Lin justru teralih ke Xing Cheng yang tampan dan jelas dia langsung suka sama Xing Cheng.
Bersambung ke episode 7
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam