Mereka hampir lupa sama Mr. Hunter. Tapi tepat saat mereka hendak membebaskan Mr. Hunter, si Pengawal Bertopeng tiba-tiba siuman dan sontak melepaskan tembakan ke mereka. Untungnya Gaysorn lebih dulu melihatnya sehingga dia sempat berteriak memperingatkan mereka, dan Mathus refleks menendang Bhop sehingga mereka selamat dari peluru. Untungnya Mr. Hunter juga selamat padahal peluru itu hampir mengenai dirinya.
Bhop buru-buru melawan si Pengawal Bertopeng sembari menyuruh mereka untuk lari bersembunyi. Tapi Gaysorn punya ide lain yang lebih bagus. Dia langsung masuk ke ruang nahkoda kapal dan berusaha mengalihkan arah kapal itu sekuat tenaga, sementara kedua pria sibuk melawan si Pengawal Bertopeng dan prajuritnya.
Mathus sebenarnya bukan lawan si prajurit, tapi untungnya di saat kritis, dia terbantu oleh seekor burung yang mendadak buang air sembarangan tepat di mata si prajurit. Wkwkwk! Mathus jadi punya kesempatan menendang si prajurit sampai dia terjatuh ke sungai.
Dia lalu bergegas membantu Gaysorn yang kesulitan menarik roda kemudi kapal yang sangat berat. Sementara Bhop hampir kewalahan menghadapi si Pengawal Bertopeng, salah satu prajurit sudah mulai menembakkan meriamnya, tapi untungnya kerja sama Gaysorn dan Mathus berhasil membuat arah kapal berubah sehingga pelurunya tertembak dan meledak ke sungai lagi.
Tepat saat itu juga, bulan semakin menutupi matahari dan membuat langit semakin menggelap. Melihat siapa biang keladinya, si Pengawal Bertopeng hendak naik ke ruang kemudi saat tiba-tiba Mathus muncul menghajar prajuritnya.
Jadilah sekarang Mathus yang jadi target si Pengawal Bertopeng. Masalahnya, seburuk-buruknya Bhop dalam berkelahi, Mathus lebih parah lagi. Dia sama sekali bukan lawan si Pengawal Bertopeng yang dengan mudahnya mematahkan tangannya dan melumpuhkannya hanya dengan sekali tendang.
Tepat saat dia hendak menembak Mathus, Bhop dengan cerdiknya memakaikan kacamata hitam ke mata si Pengawal Bertopeng sehingga tembakannya meleset dan hampir mengenai Mr. Hunter lagi. Wkwkwk! Kasihan Mr. Hunter.
Si Pengawal Bertopeng jadi kebingungan karena pandangannya jadi lebih gelap dan seketika itu pula Bhop langsung meninju topeng bajanya keras-keras hingga topi si Pengawal Bertopeng terbang dan topeng itu terbelah dua... memperlihatkan wajahnya yang sebenarnya bukan orang Siam, melainkan orang bule mata-mata Inggris. Pantesan!
Si mata-mata Inggris itu jadi semakin murka pada Bhop hingga dia langsung menghajar Bhop tanpa ampun hingga Bhop pingsan. Dia langsung cepat-cepat mengarahkan meriamnya kembali ke arah dinding kota, memasukkan proyektilnya, lalu mulai menyalakan pemantiknya... tepat saat angin mendadak menghembus mati apinya. Pfft!
Bingung, dia menyalakannya lagi, dan mati lagi kena hembusan angin aneh. Dia mencoba lagi, lagi... dan lagi, tapi terus saja ada angin aneh mematikan apinya. Si mata-mata lama-lama jadi kesal dan semakin kebingungan. Dari mana datangnya angin aneh itu?
Dari Paman Phu yang menggunakan mantra bulan yang super sakti mandraguna itu. Berkat mantra itu, hembusan dari mulutnya mampu terbang jauh sampai ke kapal dan mematikan api pemantik si mata-mata. Sayangnya, pada usaha terakhirnya, dia malah gagal gara-gara kesulitan membaca satu huruf dari mantra kuno itu.
Api pemantik si mata-mata jadi tidak mati dan dia pun punya kesempatan untuk menyalakan sumbu meriam. Untungnya sebelum api sempat tersulut, Gaysorn bergerak cepat menghantam pemantik api itu dengan ponselnya Mathus.
Tapi akibatnya, sekarang Gaysorn yang jadi sasaran si mata-mata, tidak ada yang bisa menyelamatkannya karena Bhop pingsan, Mathus terlalu lemah dan Mr. Hunter juga masih diikat.
Si mata-mata santai saja memasukkan peluru ke pistolnya bertepatan dengan bulan yang telah menutup total matahari. Dan sama seperti sebelumnya, pistol Luang Awutwiset-nya Mathus seketika bersinar begitu terjadi gerhana matahari total.
Tapi bahkan sebelum dia sempat melakukan sesuatu, Gaysorn sontak mengambil pistol itu dan mengarahkannya ke si mata-mata. Mathus sontak khawatir, takut Gaysorn akan terlempar ke masa depan.
Tapi hanya ini satu-satunya senjata yang bisa digunakan Gaysorn. Tapi karena dia terlalu takut menggunakannya, akhirnya si mata-mata punya kesempatan untuk menembaknya. Tapi sepertinya pistol ajaib itu melindunginya sehingga si si mata-mata gagal menembaknya.
Dan saat si mata-mata mulai buru-buru memasukkan kembali pelurunya ke dalam pistol, tiba-tiba Bhop muncul, menggenggam tangan Gaysorn yang memegang senjata ajaib itu, mengarahkannya dengan mantap ke si mata-mata, dan seketika itu pula muncul tali ajaib yang mengikat takdir mereka berdua.
"Ke mana pun pistol ini akan membawa dikau, daku akan pergi bersamamu."
Bhop langsung menarik pelatuknya dan pelurunya berhasil mengenai si mata-mata, tapi efek ledakan pistol ajaib itu sangat kencang sehingga Bhop dan Gaysorn sontak terlempar ke laut bersama-sama, dan senjata ajaib itu pun tenggelam bersama mereka.
Saat dia tenggelam inilah, Gaysorn tiba-tiba memimpikan masa lalunya, kehidupannya di masa lampau sebagai Kadesurang yang hidup di dalam tubuh Karakade, dan bertemu suaminya, Phor Date.
Mimpi inilah yang akhirnya membuatnya menyadari bahwa dirinya lah penulis buku jurnal itu, dan menyadari bahwa dia dan Bhop memang memiliki takdir cinta di setiap siklus kehidupan mereka.
Gaysorn sontak menangis tersedu-sedu, membuat Por Date mengira kalau dia menangis cuma karena buku jurnalnya sudah habis terisi dan dengan manisnya meyakinkan istrinya bahwa dia mencarikan orang untuk membuat buku baru yang sama persis.
Gaysorn sontak menangis dalam pelukannya dan Por Date memeluknya... tepat saat kita kembali ke masa kini dan Bhop menarik Gaysorn kembali ke permukaan. Sayangnya Gaysorn masih pingsan, bahkan napasnya sangat lemah yang jelas saja membuat semua orang cemas.
Mathus langsung mengajari Bhop cara melakukan CPR kompresi pada Kade, dan saat cara itu tidak berhasil, Mathus menyuruhnya untuk melakukan pernapasan buatan pada Kade. Bhop awalnya keberatan karena pastinya cara itu kurang pantas dilakukan, apalagi pada budaya zaman dulu, tapi saat Mathus berniat mau melakukannya sendiri, Bhop sontak mencegahnya dan akhirnya melakukannya sendiri.
Cara terakhir ini berhasil, Gaysorn akhirnya sadar dan sontak menangis saat melihat Bhop. Bhop pun langsung menangis penuh haru sekaligus lega.
Di tempat lain, menyadari rencana mereka gagal total, Phra Surasawad berniat melarikan diri, tapi sudah dikepung duluan oleh rombongan Pangeran dan Ayahnya Gaysorn. Pangeran jelas marah dikhianati oleh orang kepercayaannya sendiri, apalagi Phra Surasawad menggunakan namanya untuk memulai kudeta.
Phra Surasawad dengan ketakutan berbohong bahwa dia melakukan ini demi Pangeran. Tapi tepat setelah kata-kata itu terucap, tiba-tiba saja dia terkena serangan jantung dan langsung mati seketika dengan mata terbelalak.
Oh bukan, dia bukan kena serangan jantung, melainkan terkena kutukan mantra bulan yang dilancarkan Paman Phu, membuktikan dialah penjahat dan pembohong yang sebenar-benarnya.
Begitu semua orang turun dari kereta, Mr. Hunter pun langsung ditangkap. Mr. Hunter sama sekali tak melawan. Namun sebelum pergi, Mr. Hunter berpaling ke Mathus dan berkata dalam Bahasa Inggris, "terima kasih, Nak." (Oh? Dia akhirnya mempercayai Mathus)
Tapi sayang sekali, sepertinya Mathus tidak akan bisa kembali ke masanya karena pistol itu sudah hilang sekarang. tapi Mathus sudah tidak mempermasalahkannya lagi. Mungkin Tuhan atau Dewa memang menginginkan pistol itu ada di era ini untuk alasan ini, tapi karena pistolnya tidak bisa datang sendiri, makanya dia yang harus membawa pistol itu ke sini.
Tersentuh dengan kebijakan Mathus, Bhop yang biasanya risih dipeluk-peluk, sekarang tiba-tiba berinisiatif membeluk Mathus walaupun dia melakukannya dengan canggung dan memuji Mathus sebagai keturunan yang baik.
Beberapa waktu kemudian, Mr. Hunter benar-benar diusir dari Siam sesuai catatan sejarah. Dia lalu menjual kapal uapnya ke Cochinchina.
Uskup Pallegoix akhirnya menyerahkan buku jurnalnya Kade ke Gaysorn. Tapi Gaysorn sekarang sudah tidak ingin membaca buku jurnalnya Kade lagi, karena dia ingin menulis catatan sejarah versinya sendiri.
Ucapannya kontan menginspirasi Uskup Pallegoix untuk membuat catatan sejarah Siam menurut versinya sendiri juga. Bukankah ini esensi menulis sejarah? Menulis kisah yang sama, namun dari orang yang berbeda dan menudut pandangan yang berbeda pula.
Saat Mathus masuk ke kantornya Mr. Hunter yang sekarang sudah kosong, dia menemukan beberapa barang yang ditinggalkan Mr. Hunter untuknya, topi dan pistol Luang Awutwiset (Note: Biarpun pistol yang berasal dari masa depan yang dimiliki Mathus sudah hilang di sungai, tapi pistol yang asli yang dimiliki Mr. Hunter di masa sekarang, masih ada. Pistol inilah yang diwariskan ke Mathus)
Tak lama kemudian, salah satu pekerja wanita membawa beberapa buah koper sambil mengomentari topi itu sangat cocok untuknya. Tapi begitu melihat koper itu, Mathus seketika terpikir sesuatu.
Dia langsung mencoba meletakkan pistolnya ke salah satu koper dan ukurannya pas. OMG! Dia sontak shock menyadari koper ini adalah koper penyimpanan senjata yang ada di masa depan.
Seketika itu pula dia sadar bahwa topi peninggalan Mr. Hunter ini adalah topi yang sama dengan yang dia lihat di foto leluhurnya. (Hah? Aku nggak begitu yakin ini maksudnya bagaimana. Tapi kalau menurut pemahamanku (maaf kalau salah), mungkin, mungkin loh ya, Mathus adalah leluhur dirinya sendiri di masa depan. Dia kan tidak bisa kembali ke masa depan, jadi mungkin dia akan berkeluarga di masa lampau lalu anak keturunannya nantinya akan melahirkan dirinya di masa depan. Mungkin begitu)
Suatu pagi, Gaysorn terbangun oleh kelopak bunga yang terbang dan mendarat di pipinya. Saat dia melihat ke jendela, dia malah mendapati Bhop ada di bawah, baru saja memerik bunga yang sama.
Namun saat dia keluar tak lama kemudian, Bhop sudah tidak ada diusir kedua orang tuanya padahal dia datang untuk melamar Gaysorn. Gaysorn sontak panik mengejarnya, tapi tidak menemukan ada perahu satu pun di dermaga yang jelas saja membuatnya jadi semakin panik dan gelisah.
Untungnya di saat ini, akhirnya muncul sebuah perahu yang dikendarai oleh dua orang wanita, yang tak lain tak bukan adalah reinkarnasi dari P'Pin dan P'Yam. Berkat tebengan kedua wanita asing namun baik hati inilah, Gaysorn akhirnya berhasil mengejar Bhop.
Gaysorn mengaku bahwa dia sebenarnya sudah mengingat kehidupan masa lampau mereka berdua. Apa Bhop percaya apa yang dia katakan?
"Daku percaya atau tidak, itu sudah tidak penting, karena sejak bertemu dikau, daku sudah tidak pernah lagi memimpikan Khun Ying Karakade. Karena orang yang kupikirkan hanya dikau. Orang yang kucintai di kehidupan ini..." tapi Bhop terlalu malu untuk mengucap kalimat terakhirnya, tapi tidak masalah, Gaysorn mengerti kok.
Beberapa waktu kemudian, mereka berdua melakukan sesi foto. Bhop agak canggung dan takut dengan kegiatan ini, soalnya dia masih percaya takhayul yang berkata kalau kamera (jaman kuno) itu katanya bisa menarik jiwa orang masuk ke dalamnya.
Berbeda dengannya, Gaysorn justru antusias. Foto ini bisa mereka turunkan ke anak cucu mereka sebagai bukti bahwa masa mereka bersama ini benar-benar nyata. Dan tidak usah takut, kalaupun benar kamera itu bisa menarik jiwa Bhop ke dalamnya, Gaysorn akan mengikutinya. Bhop jadi tenang berkat ucapan terakhirnya itu, dan Uskup Pallegoix pun mulai mengambil foto mereka.
Karena Paman Phu pernah mimpi bertemu malaikat yang menyuruhnya untuk mengubur mantra bulan yang super sakti itu, Bhop dan Paman Phu memutuskan untuk menguburnya di tempat yang sama dengan tempat dirinya di masa lampau mengubur mantra bulan itu, di tanah Ayutthaya.
Kita kemudian dibawa kembali ke masa depan, tahun 2022, dan bertemu dengan Puttarn (reinkarnasi Kade lagi) yang tak sengaja menemukan sebuah kotak saat salah satu pegawainya mencangkul tanah. Pastinya kotak yang dia temukan adalah kotak penyimpanan mantra bulan.
~THE END~
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam