Recap The Forbidden Flower Episode 1

He Ran mendatangi sebuah salon yang konsepnya agak unik, remang-remang gimanaaaa gitu. Tapi sebenarnya itu salon biasa, tidak ada yang aneh-aneh. Dia datang hanya untuk mencuci rambut panjangnya yang indah.

Namun tiba-tiba dia mendengar suara seorang pria yang menanyakan suhu airnya, suara yang s3ks1 namun penuh perhatian yang sontak membuat He Ran tertarik. Dia langsung membuka matanya untuk melihat si pemilik suara s3ks1 itu, suara yang dimiliki oleh seorang pria tampan nan menggoda, dialah yang bekerja mencuci rambutnya He Ran. (Sudah lebih dari 20 tahun sejak Meteor Garden, tapi Dao Ming Tse mukanya masih sama, model rambutnya juga nggak berubah. Awet muda sekali dia)

Dia mencuci rambut He Ran dengan penuh perhatian dan lembut, membuat He Ran jadi gugup dibuatnya, apalagi setiap kali dia menyentuh telinganya He Ran. Akhirnya He Ran mengajak si pria tampan ngobrol mengomentari konsep unik salon ini.

Si pria tampan tidak banyak bicara, tapi dia mengaku bahwa setiap pekerja di salon ini  diberi nomornya masing-masing, dan nomornya dia Nomor 33. He Ran blak-blakan memuji suaranya yang enak didengar, si pria tampan meresponnya dengan senyuman saja setelah itu dia langsung pergi begitu saja. Tapi He Ran benar-benar tertarik padanya dan tentu saja dia mengingat nomornya.

Bahkan sejak hari itu, He Ran sering sekali memimpikan si pria tampan (mimpi nakal). Pertemuan mereka yang begitu singkat, tapi membuat He Ran sangat terobsesi kepadanya. He Ran mengakui bahwa suara lembut pria itu sungguh menghibur hatinya dan memberinya harapan yang telah sakit bertahun-tahun (Hah? Dia sakit?)

Akhirnya beberapa hari kemudian, He Ran memutuskan kembali ke salon itu dan secara khusus meminta Pegawai Nomor 33. Tapi yang tak disangkanya, pekerja Nomor 33 kali ini malah seorang wanita. Loh? Apakah pria tampan sudah berhenti bekerja? Tapi anehnya, para pegawai di sana kompak meyakinkannya bahwa Pegawai Nomor 33 dari dulu yah pegawai wanita ini. Hah?

He Ran jelas bingung dibuatnya. Tapi untungnya saat dia hampir menyerah, seorang pegawia lain langsung memahami siapa yang dia cari... Xiao Han. Waktu He Ran datang terakhir kali waktu itu, kebetulan Pegawai Nomor 33 yang asli sedang cuti karena ada masalah keluarga, jadi dia meminta Xiao Han untuk menggantikannya sehari di sini. Xiao Han sendiri bukan pegawai salon ini, dia punya salon sendiri di Desa Xiaozhou.

Saat itu juga, He Ran nekat pergi ke desa tersebut, sebuah desa yang indah di tepi pantai. Dia berusaha menanyai para penduduk setempat, tapi tidak ada yang mengetahui salonnya Xiao Han. Di tengah jalan, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mempromosikan salonnya orang tuanya, memintanya untuk mencuci rambut di sini. Kasihan, He Ran akhirnya memutuskan untuk cuci rambut di situ.

Di tempat lain, kita bertemu dengan Xiao Han yang sepertinya bukan hanya bekerja di salon, mungkin dia pekerja serabutan dan sekarang dia sedang tampak sibuk membuat rumah kucing sendiri. Sinar mentari membuat sosok tampannya terlihat semakin indah.

Dilihat dari tempat tinggalnya, jelas dia seseorang yang hidup sederhana. Mungkin umurnya sekitar 40-an tahun dilihat dari segala hal jadul tentangnya, tapi sepertinya dia menikmati hidupnya yang bebas lepas. 

Saat tengah beristirahat sambil menimang kucingnya, tiba-tiba He Ran muncul di hadapannya, tapi jelas dia tidak ingat pada He Ran. He Ran mengaku bahwa dia mau mencuci rambut, namun Xiao Han bisa tahu dari harum rambutnya kalau He Ran sebenarnya baru saja cuci rambut. He Ran tak peduli, pokoknya dia mau cuci rambut lagi.

Baiklah, Xiao Han pun membawanya masuk ke salonnya yang errr... sangat jadul dan sepi. Hmm, sepertinya dia tidak punya pelanggan, bahkan kursinya saja sudah sangat lapuk. Tapi Xiao Han tetap melakukan pekerjaannya seperti sebelumnya, mencuci rambut dengan penuh perhatian dan lembut. 

Setiap sentuhan jarinya membuat He Ran jadi sangat gugup, errr... atau mungkin lebih tepatnya, nafsu? Wkwkwk! Tiba-tiba si kucing muncul bergelung di kaki Xiao Han sambil mengeong-ngeong. He Ran penasaran ada apa dengan kucingnya. 

"Jatuh cinta," ujar Xiao Han.

"Hah?"

"Kubilang, kucingnya sedang jatuh cinta."

He Ran termenung mendengar dua kata itu, jatuh cinta, sepertinya, itulah yang dia rasakan terhadap Xiao Han.

Tak lama kemudian, rambutnya He Ran sudah selesai dicuci dan dikeringkan, tapi Xiao Han menyadari He Ran masih menatapnya, apakah He Ran mau potong rambut sekalian? Errr, tapi dilihat dari keadaan salon ini, He Ran ragu kalau Xiao Han bisa memotong rambut dengan baik, kalaupun dia bisa tapi belum tentu hasilnya bisa bagus, memotong rambut kan butuh keahlian khusus. 

Tapi biar ada alasan lebih lama di sini, He Ran akhirnya memutuskan untuk potong poni saja. Tepat saat itu juga, muncul seseorang wanita cantik yang turun dari lantai atas lalu mengajak Xiao Han makan siang bersamanya. Xiao Han menyetujuinya dengan sikap cuek. Hmm, siapakah dia? Pacarnya Xiao Han kah?

Xiao Han benar-benar cuek terhadap segala hal, dia bahkan tak peduli mau dibayar berapa pun. Tapi setelah potong poni, He Ran sudah tidak punya alasan untuk tinggal lebih lama. Akhirnya He Ran diam-diam meninggalkan HP-nya di sini agar dia punya alasan untuk kembali kemari lagi.

Saat He Ran pulang, kita bisa situasi hidupnya dan keluarganya dan memaklumi kenapa dia bisa tertarik pada seorang lelaki seperti Xiao Han. Dia berasal dari keluarga kaya raya yang ibunya sangat over protective terhadapnya. 

Sebenarnya wajar sih jika si ibu cemas dan selalu ingin melindunginya mengingat He Ran anak tunggal dan punya penyakit, hanya saja, dia terlalu berlebihan mengekang He Ran. Jadi ya wajar saja kalau He Ran suka car-cari kesempatan untuk keluar rumah.

Ibunya sendiri sebenarnya sibuk kerja dan sering tidak pulang, tapi dia selalu rutin menelepon Bibi pembantu untuk mengecek keadaan He Ran dan sontak sangat cemas setiap He Ran tidak bisa dihubungi. Intinya, segala hal dalam hidupnya diatur dengan sedetil-detilnya oleh Ibunya. He Ran benar-benar tidak punya kontrol terhadap hidupnya sendiri.

Dilihat dari caranya yang terkesan memperlakukan He Ran seolah dia masih anak kecil, dan He Ran juga tampak jelas tidak berdaya melawan ibunya, apakah mungkin He Ran ini sebenarnya masih di bawah umur? Dan ke mana pula ayahnya?

Bisa dimaklumi jika He Ran merasa terkekang dan kesepian karena situasinya ini, jadi pantas saja dia tertarik pada Xiao Han yang hidup dengan bebas. Mungkin pula, He Ran tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah, makanya dia jadi tertarik pada pria yang lebih tua errr... atau lebih tepatnya, lebih dewasa.

Bertekad untuk keluar rumah dengan cara apa pun, He Ran yang mengetahui kalau Bibi pembantu pacaran sama Paman di rumah sebelah, langsung membuat rencana untuk membuat mempertemukan Bibi dan Paman, rencananya berhasil dengan baik, Paman sebelah mengundang Bibi makan bersama di rumahnya.


Mengira He Ran lagi tidur siang, Bibi pun meninggalkannya untuk pergi ke rumah sebelah. Padahal begitu dia keluar, He Ran diam-diam keluar rumah dan langsung naik taksi menuju desanya Xiao Han.

Biasanya kalau di rumah, He Ran selalu memakai gaun panjang dan tertutup, mungkin paksaan ibunya yang mengharuskannya jadi gadis yang manis dan patuh. Tapi begitu keluar rumah, dia langsung ganti baju memakai gaun yang lebih terbuka.

 
Sayangnya setibanya di desa, ternyata di sana sedang hujan. Jadilah He Ran harus berlari menembus hujan ke salonnya Xiao Han, dia bahkan sampai terjatuh gara-gara jalan yang licin hingga tangannya lecet.

Xiao Han benar-benar orang yang perhatian. Begitu He Ran muncul dalam keadaan basah kuyup, dia langsung memberinya handuk dan payung. Bahkan saat melihat tangannya Xiao Han lecet gara-gara terjatuh di jalan yang licin, dia langsung berinisiatif mengantarkan He Ran.

Tapi apakah dia tertarik pada He Ran atau tidak, entahlah, dia agak sulit dibaca. Saat He Ran mencoba mencari tahu apakah wanita yang kemarin itu pacarnya atau bukan, jawaban Xiao Han malah ambigu.

Tapi kemudian di tengah jalan, tiba-tiba Xiao Han disapa seorang temannya yang langsung menggodanya... "wah! Siapa nih? Sudah lama kau tidak pacaran, apakah hari ini akhirnya kau menemukan jodohmu? Gadis dari mana ini, kenalin ke aku dong." goda pria itu. (Hmm, Xiao Han sudah lama tidak pacaran, jadi apakah wanita yang kemarin bukan pacarnya?)

Xiao Han jelas risih gara-gara godaannya itu. He Ran berinisiatif memperkenalkan dirinya sendiri dan menjelaskan bahwa dia datang untuk mengambil ponselnya yang ketinggalan. Pria itu langsung semangat balas memperkenalkan nama panggilannya adalah 'Si Gemuk', tokonya ini adalah restoran milik istrinya dan langsung berusaha mengundang mereka berdua masuk.

Tapi Xiao Han yang semakin tak nyaman dengan situasi ini, cepat-cepat mengusir He Ran secara halus dengan memberikan payungnya dan menyuruh He Ran jalan sendiri dari sini, dia bahkan menolak payungnya dikembalikan.

Sampai depan rumah, He Ran berpacu dengan waktu untuk masuk rumah tanpa ketahuan sebelum Bibi pulang. Untungnya dia berhasil melakukannya tepat waktu dan aman sentosa.

Tapi tak lama kemudian, Ibunya mendadak muncul mengejutkannya, dan tampak jelas dia tidak suka dengan baju yang dipakai He Ran ini. Dia tidak menyatakannya secara langsung di hadapan He Ran, tapi dengan sengaja dia memesan baju lain yang dia pikir lebih sesuai untuk He Ran lalu diam-diam memerintahkan Bibi untuk membuang bajunya He Ran. Sedih dan sakit hati, He Ran diam-diam memungut kembali bajunya dari tong sampah.

Keesokan harinya adalah hari ulang tahunnya He Ran, ibunya antusias mempersiapkan kue ultah dan pesta kecil untuknya, padahal He Ran sama sekali tidak bersemangat, dia terus mengurung diri di studio lukis kecilnya sembari memandangi payung hitamnya Xiao Han.

Namun yang tak disangkanya, tiba-tiba saja dia melihat Xiao Han ada di taman rumahnya, sedang bekerja jadi tukang kebun, lalu di saat istirahat, dia mengukir sebuah patung kucing kecil.

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments