Sinopsis Padiwarada Episode 8 - Part 5

  


Saran terus mengejar bis itu dan sukses menghindari tembakan-tembakan para bandit. Pada saat yang bersamaan, Chode pun tengah berperang melawan Nim. Chode terus menghindar setiap kali Nim menembak, tapi tiba-tiba dia teringat pesan Saran dulu.

"Kapanpun kau harus melawan mereka, jangan pernah takut. Keyakinan yang suci dan murni akan menang melawan kekuatan jahat."

Ingatan akan pesan Saran itu kontan membuat Chode punya lebih banyak keberanian. Dengan penuh percaya diri dia berkonsentrasi menarget Nim sebelum kemudian memuntahkan peluruhnya... dan sukses menembak d~~a Nim.

Nim puan mati tergantung di pintu mobil. Pak Komandan pun dengan cepat menyusul Grit lalu menembak Grit sampai mati. Mobil itu tertabrak ke sebuah pohon dan para polisi pun langsung membuka bagasinya. Dan di sana lah mereka akhirnya menemukan sebuah tas koper berisi emas-emasnya Arun.


Para warga desa sudah menunggu di jalan saat bis itu dan Saran lewat. Kepala Desa sontak memundurkan mobil untuk menghadang bis itu hingga Pak Supir terpaksa harus banting setir sehingga membuat para bandit kelimpungan.

Saat itulah Pak Supir akhirnya punya kesempatan untuk melarikan diri. Sontak para bandit itu langsung menyerang warga desa dengan peluru-peluru mereka.

Melihat itu, Saran langsung mengeluarkan granatnya. "Sekarang saatnya membuktikan sihir hitammu. Kita lihat saja apakah kau bisa tahan api."

Saran melemparkan granat itu ke bis yang kontan meledak seketika, menghanguskan bis itu dan orang-orang di dalamnya... kecuali Kao. Wow! Dia masih hidup dan berjalan dengan baik biarpun wajah dan tubuhnya terluka parah.


Melihat jejak darah di aspal menuju ke dalam hutan, Saran pun langsung mengejar Kao seorang diri dengan hanya berbekal pistol. Menyadari Saran mengejarnya, Kao langsung mengambil daun lalu merapal mantra tak terlihat.

Asap gaib yang tebal langsung mengepul menyelubungi area sekitar Saran dan menghalau pandangannya. Panik, Saran berusaha menembak kesana-kemari, tapi gagal, tak ada apapun di sana.

Dia terus berusaha menajamkan pandangannya ke depan... tanpa menyadari Kao yang malah berada di belakangnya. Kao sontak menembak kedua kaki Saran tanpa ampun sambil ngakak puas. Apalagi Saran sudah tidak bisa melawannya karena kehabisan peluru.


"Peluru berikutnya akan menembus ke dalam jantungmu, membalaskan dendam para anggotaku!" Kao langsung menarik pelatuknya, tapi syukurlah ternyata dia juga kehabisan peluru. 

"Kekuatanku jauh lebih hebat darimu! Asal kau tahu saja, keyakinanlah yang akan membersihkan negeri ini!"

Tepat saat itu juga, terdengar suara para polisi mendekat. Kao terpaksa harus melarikan diri dan Saran sontak teriak-teriak menyuruh mereka mengejar Kao, sementara dia sendiri tidak bisa melakukan apapun karena kakinya.


Panit, Rin dan Ibu Kepala Desa menunggu dengan gelisah di desa. Seorang warga desa akhirnya datang tak lama kemudian, tapi dia membawa kabar buruk. Saran ditembak dan sekarang dia dilarikan ke rumah sakit.

Rin shock mendengarnya. Panit pun cepat-cepat mengajak Rin ke rumah sakit sekarang juga. Tapi Ibu Kepala Desa penasaran kenapa suaminya tidak ikut pulang? Dia ke mana?


"Err... dia pergi mengambil mayat."

"Mayatnya siapa?"

"Mayatnya Nim. Dia ikut merampok, makanya polisi menembaknya." Ujar pria itu. Shock, Ibu Kepala Desa pun tak kuasa menahan air matanya.

 

Di rumah, Ibu berusaha menenangkan Duang yang masih trauma berat dan memuji potongan rambut barunya. Tapi tetap saja Duang menangis dan menangis tiada henti.

Nuer tiba-tiba datang membawa kabar buruk, Saran tertembak. Tangis Ibu kontan pecah mendengar kabar itu. Kedua wanita itu kontan saling berpelukan, berusaha saling menguatkan satu sama lain.


Sementara tim dokter berusaha keras menyelamatkan nyawa Saran, Rin seorang diri menunggu di luar. Saat Ibu dan Duang datang tak lama kemudian, Rin memberitahu mereka kalau Saran masih dioperasi sekarang. Dokter bilang kalau prosesnya mungkin akan berlangsung sampai besok pagi.


Ibu Kepala Desa terus menunggu suaminya kembali sampai keesokan paginya. Yang ditunggu-tunggu akhirnya pulang tak lama kemudian. Ia mengaku kalau ia sudah membawa jenazah Nim ke biara, sekarang Nim sudah beristirahat dengan tenang.

"Pergilah ganti baju. Aku akan membawamu ke biara untuk mengucapkan selamat tinggal padanya."

Ibu Kepala Desa sontak menangis pilu mendengarnya. "Nim jadi bandit seperti suaminya, dan dia mati seperti suaminya karena kesetiaan."

"Itu adalah kesetiaan yang digunakan dengan cara yang salah. Dia mencintai orang yang salah. Sekarang hidupnya hancur bersama suaminya."


Para wanita di markas White Tiger gelisah menunggu para pria yang tak kunjung kembali. Tak lama kemudian, seekor kuda muncul dengan membawa Kao yang terluka parah. Para wanita cemas melihatnya lalu cepat-cepat membawanya masuk.


Polisi mengembalikan emas-emasnya Arun. Untunglah tidak ada satupun yang hilang, Arun pun senang. "Terima kasih karena kalian telah membahayakan nyawa kalian demi melindungi kota ini dan mengembalikan emas-emasnya padaku. Terima kasih."

Kepala Sheriff dan Chode melapor bahwa semua bandit sudah mati, kecuali Kao. Tapi dia pasti terluka parah dilihat dari jejak-jejak darahnya. Sedangkan dari pihak mereka, ada satu polisi yang gugur, dan yang lainnya luka-luka. Tapi yang terluka paling parah adalah Saran.

"Saran memang hebat. Dia mampu memperkirakan segalanya dengan benar." Puji Pak Gubernur.

"Betul, Pak. Karena Khun Saran sudah mempelajari semua informasi secara mendetil. Dia menapaki kota ini seorang diri selama berbulan-bulan dan tahu betul tentang geng bandit ini. Makanya dia tidak mungkin gagal."

"Dia benar-benar memenuhi janjinya. Dia berhasil mengembalikan semua emasnya padaku. Apa Pak Sheriff akan baik-baik saja?" Cemas Arun. Tapi tentu saja tak ada seorangpun yang bisa memberinya jawaban.


Saat Suster datang mengeceknya, Saran akhirnya mulai menunjukkan reaksi. Tak lama kemudian, Dokter pun keluar untuk mengabarkan kabar baik ini pada ketiga wanita. Saran sudah selamat dari kondisi kritis, tapi dia harus istirahat total selama beberapa waktu.

Rin sontak mengucap syukur pada Buddha. Duang menuntut untuk masuk untuk melihat Saran, tapi Dokter melarang. Dia tidak boleh dikunjungi siapapun saat ini. Lebih baik mereka pulang dan istirahat dulu. Mereka bisa berkunjung lain waktu.


Duang benar-benar jadi paranoid sekarang, dia bahkan menyuruh Jim Lim untuk mengunci semua pintu dan jendela. Dan bahkan sekalipun Jim Lim meyakinkan kalau semuanya sudah terkunci rapat, tetap saja semua itu tak bisa membuatnya merasa tenang sedikitpun.

Bahkan saat Nuer mendadak muncul dari pintu depan, Duang sontak menjerit ketakutan seolah melihat hantu. Nuer datang membawa seorang polisi dan meyakinkan Duang untuk tidak takut. Kao sekarang terluka parah, jadi dia tidak akan bisa melakukan apapun pada mereka hari ini.

Duang tak percaya. Bagaimana bisa Nuer yakin. Kao bilang kalau dia akan membunuhnya dan semua wanitanya Saran. Pokoknya mereka harus menjaganya dengan baik.

Nuer meyakinkannya untuk tidak khawatir. Kepala Sheriff mengirimkan seorang polisi untuk berjaga di pintu depan setiap saat. Mereka lalu keluar setelah itu tanpa menutup pintu yang kontan membuat Duang makin panik memerintahkan Jim Lim untuk mengunci pintunya sekarang juga.


Chode mendatangi Ibu dan Rin keesokan harinya dengan membawa seorang polisi yang akan menjaga mereka. Mereka melakukan ini karena Kao mengancam akan menyakiti semua wanitanya Saran, termasuk istri dan ibunya.

Ibu mengerti. Menyakiti para wanita milik seorang pria, pasti akan jauh lebih menyakitkan bagi pria itu.

Chode membenarkan. Duang beruntung karena Kao cuma memotong rambutnya. Tapi sekarang Kao kehilangan semua anak buahnya. Karena itulah Kepala Sheriff mengirim polisi untuk menjaga mereka.

"Orang yang jadi beban bagi dunia ini. Mereka hidup dari kesusahan orang lain. Kenapa karma tidak menjerat mereka sekaligus, Bu?" Rutuk Rin.

 

Saran akhirnya siuman tak lama kemudian. Ibu dan Rin lega melihatnya. Dokter bilang kalau Saran beruntung tidak kena saraf-saraf pentingnya. Dia pasti bisa berjalan kembali seperti biasanya jika dia merawat dirinya dengan baik.

"Terima kasih sudah kembali. Terima kasih." Ucap Rin

"Kau memberiku perintah. Bagaimana bisa aku mengabaikannya?"

"Tidak ada satupun emas yang hilang. Mereka semua mati, kecuali Tiger Kao. Kau berhasil melindungi kehormatan pemerintah. Bagus sekali."

"Sayang sekali. Tidak seharusnya Tiger Kao selamat."


Di markas White Tiger, Poo menumbuk dedaunan obat untuk Kao tapi sambil ngegosipin dia bersama para wanita lainnya. Dia jelas sudah memandang remeh kekuatan sihir hitamnya Kao yang ternyata tidak mempan dengan ledakan api.

Markas mereka sekarang kan cuma tinggal para wanita dan anak-anak, jadi bagaimana kalau mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri? Usul Poo.

Tapi wanita yang lain tidak setuju. Orang bilang kalau Kao memberi mereka obat. Mereka bisa mati kalau mereka melarikan diri.


Saat Poo mengobati lukanya, Kao yang bisa menduga kalau Poo ingin melarikan diri, memperingatkan Poo kalau dia selalu memberi obat pada makanan yang mereka makan.

Kalau ada yang ingin mencampakkannya, maka dia akan merapal mantra untuk membuat obat itu bekerja membunuh mereka. Poo santai meyakinkannya kalau mereka tidak akan mencampakkannya.

"Saran, kau sudah membunuh para anggotaku. Kau dan aku akan mati di tengah jalan!" Rutuk Kao.


Di ibu kota, kedua orang tua Duang hendak sarapan sambil baca koran... tapi malah mendapati ada foto dan berita bahwa Duang habis diserang Kao dan artikel berita itu menyatakan kalau Duang adalah istri sheriff.

Saat itulah mereka akhirnya sadar kalau Duang sudah membohongi mereka. Dia tidak pernah tinggal bersama sepupunya, tapi bersama Saran. Parahnya lagi, Naris juga sudah membaca berita itu dan langsung datang untuk menuntut penjelasan.


Kepala Sheriff mendatangi rumah Saran untuk meminta para wanita dan Arun pindah dari kota ini. Duang langsung panik, apa Kao akan datang menyerang mereka lagi?

"Tidak. Dia juga terluka parah. Tidak ada seorang pun yang selamat dari bis itu setelah dibom. Dialah satu-satunya yang kabur. Orang bilang kalau kekuatan kekalnya sangat hebat."

"Saran selamat karena mukjizat. Buddha melindunginya."

Sejak berita itu tersebar, Arun sekarang harus menutup toko emasnya dan kembali ke ibu kota. "Ayo kita kembali ke ibu kota bersama, ya, Rin?"

Tapi Rin punya ide bagus lain. Bagaimana kalau mereka juga membawa Saran untuk berobat ke ibu kota? Ibu setuju.

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

0 Comments