Sinopsis Padiwarada Episode 8 - Part 4

 

Seketika itu pula, Nim dan yang lain muncul sambil melepaskan tembakan ke udara untuk menakuti semua orang. Mereka lalu menembaki etalase toko emasnya Arun dan merampok semuanya.

"Lihatlah semuanya! Tak peduli seberapa besar bala bantuan kalian, takkan ada seorang pun yang bisa melindungi kalian! Karena itulah, suruh Saran untuk kembali ke Phranakorn!"


Selesai mendapatkan semuanya, geng bandit itu pun pergi. Kabar itu dengan cepat sampai ke Chode. Dia langsung memanggil semua sheriff untuk keluar... tanpa menyadari Kao sebenarnya ada di sana. Jadilah kantor itu kosong dan hanya dijaga beberapa pegawai wanita. Rencananya sukses, Kao pun mulai beraksi.

 

Pak Komandan mendapat kabar itu tak lama kemudian dan langsung panik melaporkannya pada semua orang yang baru selesai makan.

Semua orang kaget mendengarnya, mereka merampok di siang bolong? Bukankah biasanya mereka merampok di hari minggu? Sekarang baru hari rabu.

Saran sigap mengeluarkan petanya dan mulai menyusun strategi. Dia menduga ada 3 jalan bagi para bandit itu untuk kembali ke markas mereka. Mereka harus memblokir ketiga jalan ini demi mendapatkan emas-emas itu kembali.

Pak Komandan dan Kepala Sheriff langsung berpencar membawa pasukan masing-masing ke dua lokasi yang berbeda. Pak Gubernur juga berkata kalau ia akan mengirim lebih banyak pasukan untuk membantu mereka.


Kalau begitu, Saran akan menangani lokasi ketiga. Tapi dia rasa mereka tidak punya cukup pasukan. Ah, tiba-tiba dia punya ide bagus lalu meminta Rin membantunya.

Rin setuju tanpa ragu. Saran pun menyuruh Rin untuk memanggil Kepala Desa Klai. Suruh beliau dan warga desa untuk menemuinya di lokasi ketiga. Rin mengerti lalu meminta Panit untuk mengantarkannya ke desa.

"Ibu tetaplah di sini dan jangan khawatir."

"Berhati-hatilah, Nak."

Rin pun pergi duluan. Istri Gubernur heran melihatnya, Rin bisa membantu pekerjaan Saran? Ibu mengiyakan, Rin akrab dengan warga desa. Dia sering ikut Saran menginap di desa. Dia sama sekali tidak pernah enggan melakukannya.


Saat Rin hendak masuk mobilnya Panit, Saran tiba-tiba muncul lalu menarik Rin ke dalam pelukannya dengan erat dan meminta Rin untuk memberkatinya.

"Tidak akan. Aku hanya akan memberimu perintah. Aku akan pulang dan istirahat di rumah. Karena itulah, aku memerintahkanmu untuk pulang dan menemuiku di rumah."

Senang mendapatkan berkatnya, Saran sontak memeluknya erat-erat. Panit meyakinkan Saran untuk tidak cemas. Dia berjanji akan menjaga Rin untuk Saran. Saran akhirnya bisa tenang melepaskan Rin.


Jim Lim lagi molor di meja kerjanya Saran sementara majikannya sedang mondar-mandir gelisah gara-gara Saran yang belum kembali juga sampai sekarang. Tepat saat itu juga, Kao mendadak menerobos masuk.

Tanpa tahu dia siapa, Duang langsung kesal mengkonfrontasi Kao. Dia siapa?! Jim Lim terbangun gara-gara itu. Tapi saking ngantuknya, dia jadi mengira Kao itu Saran dan santai saja mengejek penampilan lusuhnya.

"Di mana sheriff?!" Tuntut Kao

Duang tambah sombong mencaci nada bicara Kao dan menyuruhnya untuk menulis pesan keluhan di meja depan saja. Pergi! Kao heran, dia siapa berdiri di kantornya sheriff seperti ini?

"Masa kau tidak tahu dari pakaianku? Pergi sekarang! Enyah sana!"

Kao jadi kalau dia istrinya Saran dan dia datang dari ibu kota. Dia secantik ini, Saran pasti sangat mencintainya. Duang dengan sombongnya membenarkan semua dugaannya karena dia adalah istri Saran satu-satunya. Istri yang sangaaaaaaat dicintainya.


"Bagus." Kao tiba-tiba mengeluarkan pistol dan memegangi Duang yang jelas membuat Duang ketakutan setengah mati.

Jim Lim akhirnya benar-benar bangun saat itu dan sontak jejeritan heboh sampai ngompol. LOL! Kao sampai kesal membentaknya untuk diam.


Kao tiba-tiba mengganti pistolnya dengan sebilah pisau. Awalnya dia berpikir untuk meninggalkan pisau itu sebagai kenangan untuk Pak Sheriff. Tapi sekarang dia punya ide lebih bagus.

"Aku ingin meninggalkan tanda pembalasan dendam pada istrinya tercinta. Apa kau tahu? Dia membunuh Bang, adikku. Ibu dan istrinya sebaiknya waspada. Aku bisa membunuh mereka setiap saat."

Kao menatap Duang dengan penuh dendam lalu mengayunkan pisaunya ke Duang yang kontan membuat Duang dan Jim Lim menjerit horor.


Pada saat yang bersamaan, Rin dan Panit tiba di rumah Kepala Desa dan memberitahunya bahwa ada masalah gawat di kota.


Ternyata White Tiger cuma memotong  rambutnya Duang. Tapi tak pelak kejadian itu membuatnya trauma berat. Dia bahkan tak sanggup bicara apa-apa saat seorang polisi menginterogasinya.

Malah Jim Lim yang mewakili majikannya menjawab tentang apa yang dilakukan Kao pada Duang tadi sambil terus mewek. Kao memotong rambut Duang hanya dengan sekali tebas, pisaunya tajam banget... untung saja Kao tidak menginginkan tubuh Duang.

"Lalu dia melarikan diri ke mana, Nyonya?"

"Eh, bego! Aku hampir mati, kenapa kau menginterogasiku?! Kalian semua tadi ke mana?! Aku hampir mati, tahu!"

"Penyerang anda seperti apa? Apa dia bilang kalau dia White Tiger?"

"Aaargh! Dasar bego! Kau masih tanya?! Pergi panggil Saran dan bilang padanya... aku hampir mati di sini! Pergi panggil Saran! Cepetan!"


Parahnya lagi, bukannya Saran yang datang, malah wartawan yang heboh memotretinya tanpa sedikitpun mempedulikan kehisterisannya.


Saran sendiri sedang sibuk memantau jalan, tapi malah terganggu oleh beberapa wanita yang jejeritan heboh bak sekumpulan fansgirl ketemu idolanya.

"Seseorang datang ke desa dan memberitahu kami untuk melihat Pak Sheriff yang membunuh Tiger Bang. Dia ganteng banget! Biarkan kami menyentuhnya!"

Para wanita itu langsung melesat ke Saran, tapi untung saja Nuer sigap melindungi tuannya dan memaksa mereka mundur serentak.

"Kalau anda menatap para gadis itu dengan tatapan membunuh, satu grup itu akan mati." Goda Nuer.

Masih belum mau menyerah, para gadis itu penasaran apakah benar Saran punya sihir hitam? Tapi yang pasti dia punya kekuatan yang penuh pesona. Tiba-tiba muncul seorang wanita lain yang juga penasaran mencari-cari si sheriff ganteng dan sontak melesat menyerbu Saran.

Untung saja Nuer sekali lagi bertindak cepat mencegah mereka mendekat. Seorang pria desa memakai sepeda motor juga muncul saat itu. Dia dengar kalau para gadis datang kemari untuk melihat Pak Sheriff yang tampan. Dia juga mau lihat, makanya dia datang kemari.


Dengan memakai penyamaran, Nim dan Grit berjalan melewati area inspeksinya Chode. Berusaha tidak bersikap mencurigakan, Nim dengan lebaynya pura-pura mau bekerja sama saat Chode meminta mereka untuk membuka bagasi.

Tapi alih-alih langsung membukanya, dia pura-pura merayu ketampanan Chode sampai membuat Chode canggung dan tak nyaman, tapi tidak curiga sedikitpun padanya.

Nim sengaja berlama-lama dengan pura-pura bagasinya macet sambil terus nyerocos merayu Chode. Grit lalu pura-pura cemburu dan marah-marah.

Jadilah mereka akting ribut sampai para polisi lupa dengan tugas mereka, malah sibuk menonton pertengkaran itu. Para bandit itu sebenarnya lupa menyamarkan nama-nama mereka, tapi tetap saja rencana mereka berhasil dan para polisi itu dengan mudahnya melepaskan kedua bandit itu pergi hanya supaya mereka tidak ribut terus.


Tapi begitu mereka pergi, Chode baru ingat dengan nama-nama kedua orang itu tadi. Nim... putrinya Pak Kepala Desa Klai, dan yang pria adalah Tiger Grit.

Para polisi pun sontak bergegas mengejar kedua orang itu. Chode berusaha menembaki mereka tapi meleset terus.

Kesal, Nim langsung mengeluarkan pistolnya lalu merapal mantra untuk memberi kekuatan magis pada pistolnya sebelum kemudian memuntahkan peluru pada Chode. Tapi untung saja Chode berhasil menghindar tepat waktu.

 

Kepala Desa dan gengnya tiba di area inspeksinya Saran. Kepala Desa punya firasat kuat kalau mereka pasti akan melewati rute ini. Berhubung sudah ada polisi berjaga di sini, Saran meminta mereka untuk berjaga di depan sehingga mereka bisa membantu polisi jika terjadi sesuatu nantinya.

Tak lama kemudian, sebuah bis melewati area inspeksinya Saran. Para polisi pun langsung memeriksa ke dalam. Tepat saat para polisi masih sibuk memeriksa bagian depan bis, seorang anak dengan polosnya lari ke orang-orang yang duduk di kursi belakang... ke tempat sekumpulan pria yang ternyata geng White Tiger.

Anak itu bahkan usil menyingkap baju pria itu dan melihat ada pistol. Mungkin takut, anak itu diam saja lalu bergegas kembali ke ibunya.


Karena tak menemukan sesuatu yang mencurigakan, para polisi pun keluar begitu saja. Bis pun diizinkan lewat. Tapi saat itulah si anak tadi tiba-tiba berteriak bahwa ada pistol di belakang.

Sontak suasana jadi kacau. Para bandit langsung mengacungkan pistol-pistol mereka dan para penumpang pun berhamburan keluar.

Para bandit itu langsung melepaskan tembakan pada para polisi lalu mengancam si supir bis untuk menjalankan bisnya. Saran dengan penuh keberanian berusaha mengejar mereka lalu menggondol sepeda motor si pria desa tadi untuk mengejar para bandit itu.

Bukannya ketakutan, para fans-nya Saran malah heboh jejeritan mengagumi Saran. "Keren banget!!!" (LOL!)


Ibu tiba di rumah saat Mae Sai dan Sherm lagi bersih-bersih. Mae Sai dengar kalau White Tiger merampok di kota, apa itu benar? Ibu membenarkannya. Ia pulang diantarkan Istri Gubernur agar bisa menunggu dan mendengarkan berita di rumah.

"White Tiger sangat menakutkan. Mereka sungguh kejam." Rutuk Mae Sai. Sherm mendengarkan percakapan mereka sambil melamun, tapi ujung-ujungnya malah tak sengaja menyenggol pigura fotonya Saran sampai pecah yang kontan membuat Ibu punya firasat buruk.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

0 Comments