Walaupun Peng Peng istrinya, tapi Qi Sheng tampak jelas tidak menyukainya dan ketus mengusirnya.
Peng Peng sinis menyuruh Qi Sheng untuk sopan dikit kalau ngomong. "You can you up, no can no BB (Kalau bisa, lakukan. Kalau tidak, diam saja)."
Qi Sheng cuma meliriknya bingung sebelum kemudian memutuskan geser menjauh. Peng Peng masa bodoh lalu mengalihkan perhatiannya pada Pangeran Zhao di sebelahnya dan tanya berapa lama mereka harus berlutut di sini.
"Apa itu penting? Bahkan sekalipun harus berlutut selama satu tahun sampai lututku hancur dan tinggal tulang, aku akan tetap berlutut." Ujar Zhao yang tampaknya sangat mencintai istrinya itu.
Shock mendengar mereka harus berlutut selama satu tahun, Peng Peng kontan bangkit dan melesat mau masuk sambil berteriak-teriak memanggil Ibu Suri. Tapi para pengawal menghadangnya.
Di dalam, Ibu Suri tanya apakah kedua pangeran itu masih berlutut di depan. Pelayannya membenarkan, mereka sudah berlutut selama dua jam.
Ibu Suri kesal mendengarnya. "Membuat keributan besar hanya karena satu wanita. Aku benar-benar malu pada mereka."
Pelayan memberitahu bahwa Peng Peng juga mencoba masuk kemari, tapi para pengawal menghadangnya. Tapi Ibu Suri tak suka mendengar ada pengawal yang berani menghadang Peng Peng. Sepertinya Ibu Suri sayang sama Peng Peng.
Ibu Suri akhirnya memutuskan untuk keluar dan Peng Peng balik berlutut bersama kedua pangeran. Qi Sheng langsung memohon agar Ying Yue dibebaskan.
Ibu Suri jelas kesal mengingatkan Qi Sheng bahwa seharusnya bukan dia yang memohon untuk Ying Yue. Qi Sheng sedih mendengarnya. Hmm... kayaknya dia cinta Ying Yue.
Peng Peng tiba-tiba berlari ke arahnya sambil mengklaim bahwa semua ini adalah salahnya, dialah yang merencanakan segalanya.
"Ini semua taktik saya untuk cari perhatian. Saya sudah menggunakan berbagai taktik (Ji) yang bisa saya pikirkan, termasuk Gong Xin Ji (drama TV). Jadi saya meminta agar saya dihukum mati."
Ibu Suri bingung apa itu Gong Xin Ji, itu strategi militer apa? Itu tidak penting. Peng Peng ngotot kalau dia sengaja melakukan berbagai macam taktik licik untuk menyakiti Putera Mahkota. Hatinya sangat amat jahat.
Alih-alih marah dan menghukum Peng Peng, Ibu Suri malah mengomeli Qi Sheng.
"Lihatlah betapa lemah, naif dan baiknya istrimu ini. Karenamu, dia rela mengakui kalau dia mencoba membunuh suaminya sendiri."
Peng Peng langsung memeluk kaki Ibu Suri sambil mewek lebay. "Ibu Suri! Janganlah anda terpedaya oleh tampangku. Aku bukan lagi Zhang Peng Peng yang naif, baik dan enerjik. Anda tidak tahu seberapa jahatnya hatiku ini."
Dia mengklaim kalau dia sendiri yang melompat ke air. Dia bahkan mengklaim bahwa dialah yang menarik Jiang Ying Yue dan Putera Mahkota ke air bersamanya. Mereka semua hampir mati karenanya.
Karena itulah, dia memohon agar Ibu Suri menghukum mati dia. Dia sudah melanggar aturan yang benar-benar tak bisa dimaafkan. Jika Ibu Suri pilih kasih, maka ia akan diejek semua orang.
Lagi-lagi, Ibu Suri malah mengomeli Qi Sheng dan menuduh Qi Sheng lah telah membuat Peng Peng merendahkan dirinya sendiri seperti ini. Alih-alih membela istrinya, Qi Sheng malah mendukung pertanyaan Peng Peng biar dia dihukum.
Ibu Suri jelas kesal mendengarnya. Karena Qi Sheng tidak mau berubah, Ibu Suri memerintahkannya pergi Jiang Bei untuk melakukan inspeksi. Dia boleh kembali hanya setelah dia menyadari bagaimana harus bergaul dengan istrinya.
Qi Sheng mau protes, tapi Ibu Suri bilang kalau ini juga perintah Kaisar. Qi Sheng akhirnya diam dan mengalah.
Para pengawal lalu datang membawakan Jiang Ying Yue yang sudah lemas. Sontak kedua pangeran langsung berlari menghampirinya.
Ibu Suri memperingatkan Zhao untuk mengontrol istrinya itu. Jika tidak, maka takkan ada seorang yang bisa menolongnya kelak.
Zhao mengerti lalu membopong istrinya itu dan membawanya pergi. Ying Yue dan Qi Sheng sempat saling berpandangan dengan sedih.
Hmm... jelas ada hubungan khusus diantara mereka. Memperhatikan interaksi mereka itu, Ibu Suri kontan menutup matanya dengan frustasi.
Rencananya mendapatkan hukuman mati gagal, Peng Peng berinisiatif mau menjedotkan kepalanya ke tiang, tapi gagal gara-gara dicegat para pengawal.
Ibu Suri pun menyuruh mereka untuk membawa Peng Peng ke kediamannya. Jadilah Peng Peng digotong dari sana sambil terus menjerit-jerit minta dihukum mati.
Cemas dengan kehisterisan Peng Peng, Ibu Suri memerintahkan agar mereka mengirim tabib untuk memeriksa Peng Peng dan biarkan dia istirahat.
Qi Sheng pun diam-diam memerintahkan kedua pelayannya agar mereka mengurung Peng Peng di kediamannya. Dia tidak boleh keluar barang selangkahpun.
Dia lalu pergi dengan ditandu. Di tengah jalan, dia melihat Jiu Wang (Pangeran ke-9) juga sedang ditandu di depannya dan langsung menyuruh mereka untuk mengejar tandunya Jiu Wang.
Jadilah kedua rombongan itu saling balapan dan senggol-senggolan dengan sengit. Rombongannya Qi Sheng licik mencubiti dan menggelitiki pembawa tandunya Jiu Wang hingga akhirnya dia kalah dan tak sengaja menjatuhkan tandunya Jiu Wang.
Qi Sheng jelas senang rombongannya menang lalu kemudian pura-pura mengomeli mereka. Jiu Wang santai pura-pura membela pelayannya Qi Sheng, dia tidak sengaja kok.
Hubungan kedua pangeran itu tampak jelas buruk dan penuh persaingan. Qi Sheng nyinyir menyindir Jiu Wang yang selalu peduli dengan segala sesuatu dalam hidupnya, termasuk pelayannya... dan istrinya.
Ini bahkan bukan pertama kalinya Jiu Wang ikut campur dalam masalah pribadinya. Dari percakapan mereka, ternyata yang menyelamatkan Peng Peng dari air itu Jiu Wang.
Jiu Wang membela diri dan mengklaim bahwa menyelamatkan Puteri Mahkota dari air itu bukan berarti dia ikut campur dalam masalah pribadinya Qi Sheng.
Walaupun pada dasarnya itu memang masalah pribadi, tapi itu juga masalah negara. Jika dia tidak ikut campur untuk menyelamatkan Puteri Mahkota, itu namanya dia berkhianat pada negara.
"Baik itu masalah negara atau masalah pribadi, itu semua urusanku." Tegas Qi Sheng lalu pergi.
Di kediamannya, Peng Peng merana memikirkan sebuah pepatah 'tidak bisa mengemis untuk hidup, tidak bisa mengemis untuk mati'. Dia ingin mati, tapi tak bisa mati. Dia ingin keluar dari tempat ini, tapi tak bisa keluar juga.
Masuk istana itu tidak mudah. Tapi begitu masuk, bahkan matipun sulit. Kalau begitu Peng Peng memutuskan kalau dia akan menjalani hidupnya ini tanpa mengenal malu. Lu Li jelas senang mendengarnya. Tapi, ini semua makanan apa?
"Ini makanan kesukaan nona."
"Apa ada Ma Xiao (lobster pedas)?"
"Apa itu Ma Xiao?"
"Sudahlah. Pergilah."
Tapi tiba-tiba Peng Peng merasa perutnya sakit dan menyuruh Lu Li untuk membawakannya air hangat. Heran dengan perutnya, Peng Peng mengecek ke bawah tempat duduknya dan langsung jejeritan panik bukan main... mendapati dirinya lagi datang bulan.
Saat Lu Li kembali, dia malah mendapati Peng Peng sedang melakukan handstand. Lu Li panik melihatnya. Apa yang sedang dia lakukan?
"Bibiku datang. Aku sedang berusaha keras untuk mendorongnya kembali. Cepat bawakan benda itu dan bawa kemari."
Lu Li bingung apa maksudnya 'bibinya datang', dia kan tidak punya bibi. Jangan-jangan sakitnya Peng Peng kumat lagi, lebih baik dia panggilkan tabib saja.
Peng Peng cepat-cepat menjelaskan kalau dia sedang mengalami apa yang biasanya dialami wanita tiap bulan. (Kedua kata datang bulan dan bibi terdengar sama)
Tak lama kemudian, Peng Peng duduk di paviliun dan Lu Li datang tak lama kemudian membawaan semangkok obat. Peng Peng heran, kenapa dia jadi merasa semakin niang (feminin).
"Niang? Anda kan memang Niang Niang (istri pangeran)." Kata Lu Li bingung.
"Menjadi wanita itu susah ternyata. Aku hanya bisa bertahan dan terus hidup."
"Aku tidak mengerti apa yang Yang Mulia maksud. Tapi selama Yang Mulia hidup, maka tidak masalah."
Dia lalu menyuapkan obatnya ke Peng Peng, tapi begitu obat itu sampai mulutnya, Peng Peng kontan menyemburkannya dan menuntut Lu Li untuk membawakannya obat khusus pria saja.
Tapi sedetik kemudian dia berubah pikiran dan menyuruh Lu Li untuk memanggilkan para selirnya Putera Mahkota sekarang. Lu Li heran, Peng Peng kan biasanya tidak berinteraksi dengan mereka.
"Karena kami tidak dekat, makanya kami harus meningkatkan hubungan kami." Alasan Peng Peng.
Lu Li lalu datang membawakan sebuah buku catatan daftar istrinya Putera Mahkota yang berisi lengkap biodata dan lukisan para selir itu.
Yang pertama adalah Cheng Liang Di yang terkenal sangat cantik dan punya kaki s~~si. Jadilah Peng Peng punya kesempatan bagus untuk mengelus memijat kaki Liang Di. Tapi lama-lama dia malah keenakan sampai Liang Di protes dan menolak main dengannya lagi.
Yang kedua adalah Huang Liang Yuan yang terkenal sangat aduhai, terutama d~~anya. Peng Peng pun mencoba dekat dengan Liang Yuan dengan mengajaknya mandi bareng biar dia ada kesempatan menyentuh Liang Yuan. Tapi saat Liang Yuan hendak balas menyentuhnya, Peng Peng sontak ngeri dan buru-buru kabur.
Para selir itu lalu berkumpul bersama agar Peng Peng bisa tanya-tanya tentang masalah datang bulan pada mereka. Dia mencoba tanya tentang perasaan mereka tiap kali datang bulan, tapi kedua selir malah heboh saling bercerita pengalaman pertama mereka.
Padahal kan bukan itu yang ingin Peng Peng dengar. Dia cuma mau tanya, apakah setiap kali dapat itu, rasanya selalu sesakit ini?
Para selir itu mengeluh bahwa keadaan Peng Peng itu jauh lebih baik daripada mereka. Segala sesuatu yang mereka pakai di istana ini kan tergantung dari status. Apa yang Peng Peng gunakan tiap bulan, jauh lebih bagus daripada yang mereka gunakan karena Peng Peng adalah Puteri Mahkota.
Malam harinya, Lu Li memijat Peng Peng. Dia tidak menyangka kalau posisi di istana itu menentukan segala sesuatu yang mereka pakai. Tabib Song datang lagi untuk memeriksanya.
Menurutnya, Peng Peng baik-baik saja. Sakit punggungnya itu normal. Dia hanya akan meresepkan beberapa obat. Tapi Peng Peng mengeluh kalau belakangan ini dia merasa agak pusing.
Tabib Song langsung nyerocos panjang lebar tentang tanda-tanda peyakit. Tapi tiba-tiba saja sakit perutnya Peng Peng kumat dan dia langsung melesat ke toilet.
Di tengah-tengah melakukan urusan perutnya, Lu Li tiba-tiba masuk untuk mengabarkan bahwa Putera Mahkota mau pergi ke kamp militer di Jiang Utara dan para istrinya sudah pada berkumpul untuk mengantarkan kepergiannya. Peng Peng langsung kesal, Lu Li tidak lihat dia sedang ngapain apa? Keluar!
Keesokan harinya, Peng Peng ganti penampilan pakai baju cowok bersama Lu Li. Tapi saat mereka keluar, Peng Peng malah mengusir Lu Li yang jelas membuat Lu Li kaget. "Yang Mulia tidak akan mengajakku?"
"Aku tak pernah berencana mengajakmu sejak awal. Aku tidak bilang karena kau tampak sangat senang. Jangan lupa kalau aku ini pria. Kau itu punya aura wanita, kau bisa menghancurkan rencanaku."
Lu Li janji takkan merusak rencananya Peng Peng, tapi tolong ajak dia. Peng Peng menolak. Biarpun Lu Li memakai baju pria, dia tetap saja wanita. Dia lalu melarikan diri secepat kilat sampai Lu Li tidak sanggup mengejarnya.
Lu Li sampai heran. "Bagaimana bisa dia berlari secepat itu? Apa dia sudah benar-benar berubah jadi pria?"
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam