Sinopsis Padiwarada Episode 5 - Part 1


Sebelum Saran dan Chode berangkat ke hutan, Rin menyiapkan beberapa bungkus makanan untuk bekal mereka nanti. Kepala Desa penasaran, apa sebenarnya rencana mereka untuk menangkap geng White Tiger itu?

"Berdasarkan apa yang saya dengar dari penduduk desa, mereka bilang kalau geng White Tiger membangun markas di suatu tempat di dalam hutan dekat Gunung Phut." Ujar Saran.


Saat mereka dalam perjalanan menyusuri hutan, kita mendengar lebih lanjut tentang rencana Saran. Dia menjelaskan kalau dia akan mengobservasi bagian belakang desa di mana Ayahnya Tiger Bang tinggal, penglihatan matanya cukup buruk dan tidak ada seorang pun yang tinggal bersamanya karena semua orang marah putyranya menjadi bandit.

Tap Saran yakin Tiger Bang tidak akan membiarkan ayahnya. Jadi dia mungkin memerintahkan seseorang untuk menyediakan segala kebutuhan ayahnya.

"Aku akan bersembunyi dan mengobservasi. Saat orangnya Tiger Bang datang, aku akan mengikutinya. Begitu aku menemukan markas mereka, aku akan kembali untuk menginformasikan kantor pusat dan kami akan mencari cara untuk menghancurkannya."

Saran dan Chode akhirnya tiba di dekat rumah Ayahnya Tiger Bang tak lama kemudian dan menemukan Ayah Tiger Bang sedang nganggur seorang diri di rumah. Dia benar-benar hidup seorang diri, tanpa keluarga ataupun tetangga.


Di desa, Rin dan Ibu Kepala Desa membicarakan Tiger Bang dan Nim yang dibawa lari Tiger Bang. Ibu Kepala Desa berkata bahwa Tiger Bang memang sudah jahat sejak dia kecil.

Waktu dia melamar Nim, Kepala Desa langsung marah-marah padanya dan berkata kalau Bang tidak punya kemampuan dan tidak punya hak untuk menikahi Nim. Makanya Bang marah dan meninggalkan desa lalu mengumpulkan bala bantuan untuk menculik Nim. Sejak saat itulah, Bang mengumumkan dirinya sebagai Tiger.

"Apa sekarang, Nim masih istrinya?"

Ibu Kepala Desa membenarkan. "Aku tidak bisa tidur dengan tenang karena mencemaskannya. Nim sudah tinggal bersamanya selama satu dekade sekarang ini. Aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Aku tidak akan bisa mati dengan tenang jika aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya. Nim, putriku."

Rin prihatin melihatnya. Sembari menggenggam tangan Ibu Kepala Desa, dia berusaha menenangkannya dan meyakinkan kalau Nim pasti selamat. Dia yakin kalau Nim cuma tidak berani menemui orang tuanya saja.

 

Saran terus menunggu dan menunggu, tapi tetap saja orangnya Tiger Bang belum kelihatan. Chode sudah hampir putus asa, tapi Saran tetap positif. 

Dia yakin kalau mereka tidak akan menunggu terlalu lama. Soalnya dia dengar saat Ayahnya Bang mengambil nasi tadi, sepertinya nasinya sudah hampir habis.


Saran masih belum pulang saat malam tiba. Sebelum tidur, Rin berdoa setulus hati semoga Tuhan menjaga Saran dan rekannya dengan baik di sana. 

Pada saat yang bersamaan, Saran masih terus berjaga sepanjang malam menanti anak buahnya Tiger Bang yang tak kunjung muncul.

 

Keesokan harinya, Rin belajar menganyam bersama para ibu-ibu desa. Tiba-tiba beberapa ibu-ibu lain datang dengan heboh cuma untuk melihat Istrinya Pak Sheriff yang kabarnya sangat amat cantik. Rin sampai malu mendengarnya.

"Aduh, wanita kota kulitnya putih sekali, bibirnya pink. Dia sangat cantik."

"Tidak begitu kok. Ayam terlihat cantik karena punya bulu. Orang kelihatan cantik karena makeup." Ujar Rin merendah. Tiba-tiba dia punya ide dan langsung menawarkan makeupnya untuk mereka.

Tentu saja mereka langsung setuju dengan senang hati. Jadilah Rin sibuk mendandani para ibu-ibu itu. Tapi ujung-ujungnya mereka malah mengambil alih semua kosmetiknya Rin lalu dandan sendiri-sendiri.

Saat para pria pulang tak lama kemudian, mereka malah shock mendapati para istri-istri mereka menyambut mereka dengan dandanan super menor sambil bergaya alay. Wkwkwk!

"Astaga ini desa apa? Lihatlah kalian para wanita! Kalian terlihat seperti sekumpulan monyet berdiri di situ."

Para wanita jelas kecewa mendengarnya. Tidak terima, Rin langsung maju membela para ibu-ibu. Istri-istri mereka ini kan pakai makeup biar cantik demi suami mereka sendiri dan bukan demi orang lain. Jadi seharusnya mereka memuji istri-istri mereka ini dong.


"Kau itu pengantin baru. Biar kukasih tahu kau. Wanita bisa cantik saat malam. Mereka mau pakai baju atau makeup, semua itu akan terlepas nantinya."

"Kau menghina wanita! Itu tidak benar, kan?"

Tapi para ibu-ibu itu malah lebih setuju dengan pendapat Kepala Desa yang sontak saja membuat para pria ngakak. Salah satu ibu bahkan menasehati Rin untuk melakukan hal itu pada suaminya setelah dia pulang dari kerjanya nanti, itu bisa memberinya semangat. Dan ibu-ibu yang lain kontan serempak sependapat. Rin jelas malu dan langsung bergegas kabur.


Di rumah, Ibu dan Mae Sai melihat bebrapa tukang tampak sedang sibuk merenovasi rumah tetangga sebelah. Mae Sai memberitahunya kalau rumah sebelah itu disewakan, sepertinya sudah ada penyewanya sekarang.

Mendengar itu, Ibu berniat mau membawakan makanan dan menyapa tetangga baru mereka nanti. Tapi tiba-tiba mereka kedatangan tamu tak diundang, Duang muncul bersama pembantu barunya dengan membawakan makanan untuk mereka. OMG! Ternyata dia si tetangga baru itu.

Ibu dan Mae Sai jelas shock melihatnya. Dia tidak kembali ke Phranakorn? Betul sekali. Dia sudah melaksanakan perintah Ibu untuk keluar dari rumah ini. 

Tapi berhubung dia tidak punya tempat untuk dituju dan tidak bisa kembali ke ibukota juga, jadi dia berharap Ibu bisa memahaminya.


Ibu jelas kesal padanya. Apa dengan cara melakukan ini, Duang yakin kalau Saran akan menyerah padanya? Apa Duang pikir kalau daya pikat akan bisa mengambil hati seseorang?

"Saran menyukai masakan Khun Braralee. Tapi Bu, antara masakan dan kasih sayang, mana menurut Ibu yang akan bisa memenangkan hati seseorang?"

"Kita makan tiga kali sehari, tapi kekurangan kasih sayang tidak akan membunuhmu."

"Makanan bisa dibeli di toko, tapi kasih sayang hanya bisa didapatkan dari istri. Jika istrinya tidak bisa menyediakan itu untuknya, lalu bagaimana dia bisa memenangkan hatinya? Sambal itu tidak mentah, Bu." Sinis Duang yang jelas saja membuat Ibu makin kesal padanya.

Duang lalu menelepon sepupunya yang baru pulang dari liburannya dan meminta sepupunya untuk berbohong untuknya jika ibunya meneleponnya.


Saat mereka berkumpul untuk membuat anyaman bersama, salah satu ibu bercerita pada Rin bahwa keponakan perempuannya diculik oleh geng White Tiger saat geng itu merampok rumah mereka.

Bahkan saat ayah keponakannya yang berusaha menyelamatkan putrinya, dia malah ditembak. Gara-gara kejadian itu, adiknya jadi tak punya siapapun dan jadi gila karenanya.

Rin tercengang mendengarnya. "Orang-orang jahat sekali. Apa pemerintah tidak melakukan apapun?"

"Polisi tidak berani. Bahkan kantor pemerintah daerah dan kantor polisi untuk dirampok."

"Kami hidup dalam ketakutan di sini. Kami bahkan tidak berani keluar rumah saat malam. Para pria juga tidak bisa tidur dengan tenang."

Tapi Pak Sheriff datang kemari untuk membantu kita, kan? Dia akan membawa putri-putri mereka kembali, kan? Mereka memohon setulus hati agar Pak Sheriff membantu mereka.

Saat Saran pulang tak lama kemudian, dia sontak senang melihat Rin sudah menunggunya di depan. Tapi Rin bingung kenapa Saran pulang sendirian? 

Oh, soalnya Chode memang menyuruhnya balik duluan. Dia pulang untuk mengambil beberapa keperluan.

Tapi tiba-tiba saja Rin memberi kode dan seketika itu pula para ibu-ibu langsung muncul lalu bersujud mengerubungi kaki Saran sambil ribut menangis dan memohon-mohon agar Saran menangkap geng bandit itu dan menyelamatkan putri-putri mereka. Saran sampai kewalahan menghadapi mereka semua.

"Aku yang menyuruh mereka untuk memohon langsung padamu." Aku Rin.

"Apa kau sadar apa yang kau lakukan? Apa tahu betapa ributnya permohonan mereka?"

"Siapa yang bilang ribut? Ini adalah sorak penyemangat dari mereka. Setiap kali kau lelah, kau cuma perlu memikirkan mereka. Pikirkan tujuan mulia yang ingin kau capai."

"Dasar anak nakal!"


Setelah Saran terlepas dari rengekan para ibu-ibu itu, Rin membuatkan beberapa makanan tambahan untuk mereka. Tapi Saran menegaskan untuk tidak lagi membuat orang-orang itu merengek sambil menggelandoti kakinya.

"Tapi orang-orang itu memprihatinkan sekali. Hampir semua orang terluka karena para bandit itu."

"Jadi kau kalah karena air mata mereka. Kau sangat baik pada mereka. Berhati-hatilah. Kau mungkin akan tertipu suatu hari nanti."

"Pada dasarnya, manusia memang tidak mempercayai orang asing. Aku menyerahkan semua bedak dan lipstikku untuk mereka biar aku bisa membangun kepercayaan mereka. Semua itu demi pekerjaan kita."

Saran tercengang mendengarnya. "Pekerjaan kita?"


Sejak kecil, Rin selalu diajari ibunya untuk bekerja demi orang lain. Dia tidak bisa menembak atau menangkap penjahat seperti Saran dan tidak bisa pula melakukan pekerjaan jasa seperti ayahnya, tapi dengan membantu ayahnya dan Saran sebanyak yang dia bisa, itu sama saja dia membantu negara.

"Makanya ini adalah pekerjaan kita. Aku sudah memberitahu mereka betapa hebatnya kau. Kau pasti bisa menghancurkan gengnya White Tiger."

Saran benar-benar tersentuh mendengarnya. "Kenapa kau punya keyakinan sebesar itu padaku?"

"Kau orang baik, pekerja keras dengan tekad bulat. Orang yang baik akan mengalahkan orang jahat dan tidak akan pernah kalah."

Jelas saja Saran jadi semakin terpesona pada Rin dan teringat akan percakapannya dengan ibunya waktu itu. Bahwa selain cinta, harus ada kecocokan di antara suami dan istri layaknya sendok dengan garpu atau kertas dengan pena.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments