Sinopsis (Movie Korea) Always - part 2

 


Flashback, Setelah Chul Min sudah tidak lagi bertinju, dia bekerja sebagai tukang pukulnya lintah darat. Dia menunggu targetnya di depan sebuah toko dan seorang ahjussi lewat, Chul Min langsung mendekatinya dan saat itu pula si ahjussi melarikan diri.

Saat ahjussi itu merasa terpojok, dia mencoba melawan, tapi Chul Min jauh lebih kuat darinya dan langsung menghajarnya sampai babak belur. Chul Min lalu membawa ahjussi itu ke apartemennya dan si ahjussi curhat padanya kalau keluarganya hancur karena ulahnya sendiri.


"Orang tua dari seorang baji***n sepertimu, melahirkanmu, dan menyanyikan nina bobo untukmu. Breng**k"

Dia melemparkan beberapa uang koin pada Chul Min karena hanya uang itu yang ia punya. Namun sayang baginya curhatannya itu sama sekali tak berpengaruh bagi Chul Min yang tak pernah sekalipun mendengarkan lagu nina bobo karena dia adalah yatim piatu sejak kecil. Dan saat Chul Min ingin menghajarnya lagi, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar apartemen itu.


Kembali ke masa kini, Chul Min mengunjungi ahjussi yang pernah dipukuli dulu, dia termenung melihat ahjussi itu yang sekarang terbaring lumpuh dengan bekas luka bakar disekujur tubuhnya. Seorang biarawati memanggilnya dan menyadarkannya dari lamunannya.

"Saudara Marecelino, aku kan sudah bilang kau sangat tampan kalau kau tersenyum"

Maka Chul Min pun langsung menunjukkan senyum lebar pada sang biarawati. 




"Benar seperti itu, sempurna sekali. Pertahankan ekspresi itu" biarawati itu senang melihat senyumannya

Chul Min lalu bertanya apakah nama baptisnya yang Marecelino itu boleh diubah. Biarawati itu langsung kaget mendengarnya, terutama karena dia merasa nama itu mirip nama aktor film.

"Jang Mareceliiiiino" biarawati itu mendramatisir namanya "Aku sangat bahagia saat aku mendengar nama itu akan menjadi nama baptismu"


Chul Min senang mendengar ocehan sang biarawati. Biarawati itu lalu memberinya sebuah bando rambut hasil buatan para penyandang cacat di biaranya. 

"Apa kau punya pacar untuk diberi bando itu?"

Chul Min cuma menjawabnya dengan senyum.


Malam itu Jeong Hwa pulang ke apartemennya dan setelah dia membuka pintu dia terkejut saat mendengar suara seseorang sedang berada di depan kamar apartemennya. 

Bosnya ternyata memang sudah menunggunya sedari tadi sambil minum, dia datang karena selama ini Jeong Hwa selalu menolaknya setiap kali dia mengajaknya berkencan dengan alasan ada janji, dan sekarang bosnya itu tahu kalau Jeong Hwa selama ini berbohong.

Bos itu tiba-tiba masuk ke kamar apartemennya dan menuntut Jeong Hwa untuk menjamunya sebagai tamu dan memberinya secangkir teh. Jeong Hwa sangat ketakutan tapi dia berusaha menyembunyikan rasa takutnya dan mengikutinya masuk ke dalam. 


Jeong Hwa memberinya jus jeruk botolan karena dia merasa kesulitan memakai api untuk membuat teh panas. Bosnya meminta maaf lupa kalau dia tidak bisa melihat, namun permintaan maafnya itu sama sekali tanpa ketulusan. 

"Pasti sulit bagimu tinggal di tempat ini sendirian? Kau bilang matamu terluka waktu kau kuliah. Sayang sekali. Dulu kau pasti sangat populer" tanya si bos 

"Maaf, tolong pergi sekarang. Apa istrimu tahu kau berkeliaran seperti ini?"

Si bos tersenyum licik mendengarnya. Dia melihat hadiah yang pernah ia berikan, tergeletak di lantai, sama sekali belum dibuka. Dia membuka kotak hadiahnya dan memberitahukannya kalau dia sebenarnya sudah bercerai karena memukuli istrinya. Jeong Hwa sangat terkejut mendengarnya.


Dia mengeluarkan hadiahnya, sebuah kalung dan mendekatkannya ke Jeong Hwa kagum betapa cocoknya benda itu saat di pakai Jeong Hwa. Dia berusaha memeluk Jeong Hwa tapi Jeong Hwa langsung melawannya dan melukai wajahnya, perbuatannya itu malah membuat si bos semakin marah dan langsung menampar Jeong Hwa.


Dia melempar gelas minumannya sampai pecah dan berjalan mendekati Jeong Hwa yang berusaha mundur menjauhinya. Jeong Hwa mencari peluit di tasnya dan langsung menyalakannya, namun si bos memukulnya dan merebut benda itu darinya dan menghancurkannya.


Saat si bos berhasil menangkapnya dan hampir saja memperkosanya, Chul Min datang menyelamatkannya, dia langsung menghajar si bos. Jeong Hwa ketakutan mendengar suara pukulan-pukulan itu.

Si bos berusaha menghindar dengan memberitahu Chul Min kalau dia adalah bosnya Jeong Hwa. Namun Chul Min tidak terperdaya dan kembali memukulinya dan mencekik lehernya.

Dia mungkin akan membunuhnya kalau Jeong Hwa tidak menghentikannya, maka sebagai gantinya, dia mematahkan jari-jari si bos. Dia menutup mulut si bos untuk meredam jeritannya.

"Lihat mataku baik-baik. Lain kali, aku akan membunuhmu" ancam Chul Min

Lalu dia melepaskan si bos dan membiarkannya pergi.


Setelah si bos pergi, Chul Min mengecek keadaan Jeong Hwa yang bukannya berterima kasih malah marah-marah karena apa yang barusan dilakukannya itu bisa membuat Jeong Hwa dipecat. Chul Min bingung kenapa dia masih mau bekerja di perusahaan seperti itu. Kenapa Jeong Hwa malah bersabar setelah setelah mengalami kejadian buruk tadi.

"Karena aku harus hidup"

"Kalau begitu aku akan bertanggung jawab"


"Apa aku akan mencarikanku pekerjaan baru? atau kau akan memukuli orang setiap kali ada kejadian seperti ini? Ahjussi, kau siapa sampai ingin bertanggung jawab untukku?"

Chul Min berjanji padanya kaau dia akan bertanggung jawab, namun Jeong Hwa merasa kalau Chul Min saat ini malah membuatnya merasa semakin menyedihkan.

"Tolong pergi"

Sebelum pergi, Chul Min menaruh bando rambut yang tadi diberikan biarawati untuknya di mejanya Jeong Hwa. Jeong Hwa menangis setelah Chul Min pergi.


Keesokan malamnya, Chul Min tidak melihat Jeong Hwa keluar dari kantornya. Sementara Jeong Hwa termenung sedih di rumahnya, sambil menyenteri matanya yang sama sekali tidak berkedip oleh cahaya senter.


Keesokan harinya, Chul Min mengikuti Jeong Hwa berjalan ditrotoar, saat Jeong Hwa mau menyeberang jalan, Chul Min melihat seekor anak anjing di sebuah klinik hewan dan terus mengikuti Jeong Hwa sampai dia menyeberang jalan.


Malam harinya, setelah dia selesai memarkir sebuah mobil, dia melihat Jeong Hwa menunggunya di depan pos jaga. Jeong Hwa memberitahunya kalau dia sudah menyerahkan surat pengunduran diri dari pekerjaannya.

"Aku...hatiku merasa sangat sesak. Kalau minggu depan kau ada waktu, bisakah kau membawaku ke suatu tempat?"

Chul Min terus memandanginya dan tidak menjawab pertanyaan Jeong Hwa.

"Kenapa kau tidak menjawab. Kau bilang kau akan bertanggung jawab untukku kan, kalau begitu kau bisa melakukan hal yang sangat mudah seperti ini kan?"

"Iya, aku akan membawamu ke suatu tempat"

Jeong Hwa tersenyum senang mendengarnya.


Chul Min menunggu Jeong Hwa di depan kamar apartemennya sambil membawa seekor anak anjing. Saat Jeong Hwa keluar, dia langsung menyerahkan anak anjing itu padanya, Jeong Hwa terkejut dan langsung menggendong anak anjing itu.

"Jangan tinggal sendirian lagi, tinggallah bersamanya. Saat dia besar nanti, dia akan menjadi anjing penjaga"

"Anjing Golden Retriever?" Jeong Hwa sangat senang diberi seekor anak anjing "Siapa namanya?"

"Bagaimana kalau dia dipanggil Ding Ga? Ding Ga, Ding Ga. Makan dengan baik, hidup dengan baik"


Jeong Hwa tertawa geli mendengar nama itu tapi kemudian dia menambahkan nama marga Jang kedalam nama si anak anjing menjadi Jang Ding Ga. 


Jeong Hwa membawa Ding Ga pergi bersama mereka. Chul Min mengajaknya ke suatu sungai. Dia memberitahu Jeong Hwa kalau dia dibesarkan di panti asuhan dekat sungai itu, waktu kecil dia dan anak-anak yang lain pergi ke sungai itu untuk menangkap ikan dan berenang. Tapi panti asuhan itu tenggelam karena banjir. Sungai itu adalah satu-satunya tempat dia ingin kembali, satu-satunya tempat yang bisa ia ingat.


Tiba-tiba Jeong Hwa meminta Chul Min untuk mencarikannya sebuah batu. Chul Min memberikannya sebuah batu kecil berwarna putih, sementara Jeong Hwa menemukan sebuah batu kecil berwarna hitam belang, Jeong Hwa bisa merasakan kalau batu itu sangat mirip dengan Chul Min.

"Aku akan menganggap batu ini sebagai dirimu dan akan selalu kubawa bersamaku, jadi ahjussi juga anggaplah batu yang ini sebagai aku dan bawalah selalu bersamamu"

Jeong Hwa menyerahkan batu putih pada Chul Min dan menggenggam tangan Chul Min, Chul Min tersenyum dan balas menggenggam tangan Jeong Hwa sementara Ding Ga asyik bermain sendiri di belakang mereka.


Chul Min datang dan mengejutkan si bos tempat latihan tinju dan asistennya karena dia memutuskan untuk kembali bertinju. Si bos menuntut Chul Min untuk memberinya sebuah alasan yang jauh lebih bisa ia terima daripada cuma alasan uang tentang kenapa dia ingin kembali bertinju padahal sebelumnya dia sangat ngotot tidak mau kembali bertinju.

Si asisten tidak terlalu mempermasalahkan alasan uang itu dan sngat bersemangat untuk mendukung Chul Min bertanding sampai ke Amerika.


Maka mulailah Chul Min menjalani kehidupannya dengan lebih beragam seperti bekerja, latihan tinju, olahraga, berkencan dengan Jeong Hwa dan merenovasi kamar apartemen Jeong Hwa. 


Setelah itu, dia mengajak Jeong Hwa berkeliling kamar apartemennya yang sudah direnovasi. Dia menuntun Jeong Hwa memasuki kamar tidurnya dan Jeong Hwa menyadari kalau bendul pintunya sudah tidak ada. Dia mendudukkan Jeong Hwa di kasur dan dari jendela kamarnya Jeong Hwa bisa merasakan hangatnya sinar matahari yang selama ini tidak pernah dirasakannya karena jendelanya selalu tertutup.

Chul Min memberitahunya kalau dia sudah mengganti jendelanya agar sinar mentari bisa masuk. Chul Min melihat Jeong Hwa sedang menikmati hangatnya sinar mentari. 


Jeong Hwa lalu memegang kepala Chul Min karena dia ingin membayangkan seperti apa wajah Chul Min. Perlahan Jeong Hwa meraba alisnya, matanya, hidungnya, lalu bibirnya.

"Kalau aku melakukan ini, aku merasa seakan aku bisa melihatmu. Apa kau sedang melihat mataku?"

Chul Min mengiyakannya, padahal pandangan matanya sama sekali tidak tertuju ke Jeong Hwa karena dia merasa malu dan Jeong Hwa tahu kalau dia sedang berbohong, maka Chul Min mengalihkan pandangannya kembali ke Jeong Hwa dan saat itu suasana di antara mereka mulai berubah.


Perlahan Chul Min mendekat padanya dan menciumnya, dia melepaskan ciumannya dan memandang Jeong Hwa sekali lagi sebelum akhirnya mencium Jeong Hwa kembali. 


Setelah cukup latihan, Chul Min kembali bertanding dan selalu menang dengan mudah, malah pernah ada yang dia kalahkan hanya dengan satu tinju. 

Sementara Chul Min bertanding, Jeong Hwa melewati hari-harinya dengan mencuci baju Chul Min, mencoba memakainya dan menyemprot sepatu Chul Min agar tidak bau.


Mereka menghabiskan waktu berdua dengan penuh kebahagiaan. Di rumah, mereka dan Ding Ga menonton TV bersama dan berjoget mengikuti alunan lagu yang mereka tonton di TV. Lalu mereka nonton film horor, Chul Min terkejut oleh hantunya dan Jeong Hwa terkejut oleh teriakan Chul Min. 


Keesokan paginya, Jeong Hwa mengantarkannya keluar saat Chul Min mau pergi kerja dan karena masih belum ingin berpisah dengan Jeong hwa, Chul Min lari kembali ke pelukan Jeong Hwa. Sore harinya mereka berpelukan sambil melihat langit senja di atap.


Malam harinya, mereka berpelukan di kasur. Jeong Hwa memberitahu Chul Min kalau dulu dia sangat suka dengan hujan tapi sekarang tapi sekarang dia malah takut dengan hujan. Jeong Hwa lalu menyuruh Chul Min untuk tengkurap sementara dia sendiri langsung duduk di punggung Chul Min dan mulai meraba bukunya dan membaca tentang cara memijat.

Dia lalu menekan bagian punggung Chul Min sesuai petunjuk di buku dan Chul Min langsung berteriak. Jeong Hwa mengira dia kesakitan tapi sebenarnya Chul Min malah merasa enak dengan pijatan itu, maka Jeong Hwa melanjutkan pijatannya. Chul Min melihat buku catatan yang ada kata-kata braille dan bertanya pada Jeong Hwa apa yang tertulis di dalamnya.


"Kenapa? Kau mau belajar membaca braille?"

"Tidak aku cuma bertanya"

Jeong Hwa memberitahunya kalau yang tertulis di buku catatan itu adalah sebuah kutipan yang di ambil dari buku Romeo dan Juliet. 

"Matanya berbicara, aku akan menjawabnya"

Chul Min meraba huruf-huruf braille itu dan bertanya pada Jeong Hwa kenapa dia ingin belajar memijat. Jeong Hwa mengatakan bahwa mengetahui banyak ilmu itu sangat bagus dan berguna terutama bisa ia gunakan untuk mengatasi rasa lelahnya Chul Min.

"Tapi kau tahu apa akibatnya kalau kau pulang dari bertinju dalam keadaan terluka kan? Akhir-akhir ini kau pulang dengan wajah bengkak"


Chul Min berkilah kalau dia melakukannya hanya sebagai hobi, dia lalu berbalik menghadapnya dan menawarinya suatu ide untuk menabung sedikit uang untuk memulai sebuah usaha. Jeong Hwa bisa kembali memakai keahliannya memahat dengan membuat mangkuk atau vas bunga.

"Dan aku yang akan melakukan pengirimannya"

Jeong Hwa sangat menyukai ide itu dan menunduk untuk memeluknya. Mereka mulai berciuman dan terus sampai *ehem* (bayangin sendiri aja lah : P).


Chul Min kembali bertanding dan kali ini lawannya lebih kuat dari sebelumnya. Di kursi penonton, Min Tae Sik melihatnya dengan santai sambil merangkul seorang wanita. Namun Chul Min tetap bisa mengalahkan lawannya itu. Si asisten memberitahunya kalau dia mendapat uang banyak hari ini bahkan dapat uang tambahan dari seorang penonton yang sangat puas melihat pertandingannya.


Min Tae Sik datang dan memujinya setengah hati. Dia lalu mengajak Chul Min untuk bertanding melawannya, Tae Sik memanggil si asisten dengan sebutan Hyung dan si asisten langsung menyindirnya kalau mereka bukan saudara bahkan tak punya hubungan darah, kenapa juga dia harus menjadi Hyung.


Chul Min berusaha menenangkannya dan Tae Sik membujuknya untuk ikut dengannya agar dia tidak bermain di pertandingan kecil semacam ini. Si asisten ingin marah-marah tapi Chul Min menahannya.

Setelah Tae Sik pergi, si asisten marah-marah karena Tae Sik ternyata hanya memikirkan dirinya sendiri dan pergi meninggalkan mereka setelah mereka membantunya menjadi terkenal. 


Chul Min melihat melalui cermin kalau matanya berdarah, dia meminta si asisten untuk memotong luka itu sekarang juga, tapi si asisten merasa hal itu tidak perlu dilakukan karena pasti bisa sembuh dengan sendirinya nanti.

"Aku bisa terkena masalah" 

"Kau bisa mati karena cinta. Kau boleh mencintai tapi jangan mati"

Chul Min mengangguk mengerti dan si asisten malah mengejeknya. Maka mulailah si asisten mengoperasi lukanya. 


Jeong hwa menunggunya pulang dan Chul Min memeriksa matanya dulu sebelum Jeong Hwa memeriksa lukanya. Jeong Hwa mulai meraba wajahnya dan merasa lega tidak menemukan luka. Chul Min melihatnya memakai pakaian hitam dan bertanya kemana dia mau pergi.

"Besok hari anak. Aku harus pergi bersamamu besok jadi sekarang aku sedang mencoba memakai baju apa yang cocok untuk dipakai besok"


Keesokan harinya, Jeong Hwa mengajaknya mengunjungi rumah duka tempat abu kedua orang tua Jeong Hwa bersemayam, dia memperkenalkan kedua orang tuanya pada Chul Min dan Chul Min langsung membungkuk hormat pada abu mendiang orang tua Jeong Hwa. 

"Ayah, menurut ayah dia bagaimana? Ayah bilang kan kalau aku punya pacar aku harus membawanya menemui ayah. Apa?" Jeong Hwa bicara pada ayahnya.

"Dia tinggi, tapi ibu tidak suka dengan penampilan wajahnya? Waktu pertama kali bertemu dengan ahjussi ini aku mendengar suaranya sangat hangat. Saat itu aku langsung berpikir dia pasti orang baik"

Chul Min tersenyum senang mendengarnya. Jeong Hwa lalu menceritakan bagaimana dia bisa sampai buta dan kedua orang tuanya meninggal dunia


Flashback saat Jeong Hwa dan kedua orang tuanya sedang mengendarai mobil untuk liburan keluarga tepat di hari anak, Jeong Hwa yang menyetir tetapi saat itu dia merasa mengantuk, kedua orang tuanya duduk di kursi belakang. 

Sebuah truk datang dari arah berlawanan, sementara itu Jeong Hwa melihat ada seseorang yang tubuhnya terbakar, terjatuh dari lantai atas sebuah gedung apartemen. 

Dan saat perhatiannya teralih itulah, Jeong Hwa tak melihat truk yang datang dari arah berlawanan dengannya dan menabraknya sampai membuat mobil Jeong Hwa terpental dan menabrak mobil-mobil yang lain sampai mobilnya terbalik.


Sekarang di rumah duka itu, Chul Min sangat terkejut mendengar cerita Jeong Hwa yang membuatnya teringat masa lalunya saat dia ingin menghajar si ahjussi yang punya hutang ke lintah darat tapi terhalang oleh gedoran pintu. 


Ternyata yang menggedor pintu adalah polisi karena ada seseorang yang melapor. Para polisi menuntut Chul Min untuk membuka pintunya, sementara itu Chul Min melihat ahjussi duduk di ambang jendela dan menyiram dirinya sendiri dengan minyak tanah dan membakar dirinya sendiri lalu melompat keluar jendela. 


Chul Min berusaha menyelamatkannya, tapi api itu menjalar ke tangannya dan membuatnya terpaksa melepas ahjussi itu terjatuh sampai ke bawah gedung dan tepat setelah si ahjussi terjatuh, Chul Min melihat sebuah kecelakaan mobil yang membuat sebuah mobil terpental sampai terbalik. Dan di dalam mobil itu Jeong Hwa melihat pandangan matanya mulai mengabur.


Di tempat latihan tinju Chul Min menangis, menyadari kalau dialah yang telah membuat Jeong Hwa kecelakaan dan orang tuanya meninggal. Dia teringat saat Jeong Hwa mengatakan kalau dia merasa kedua orang tuanya masih selalu melindunginya dan karena itulah Jeong hwa bisa bertemu dengan orang sebaik Chul Min.

Chul Min meninju bantal tinjunya tanpa pelindung sampai membuat tangannya lecet, dia duduk dan menangis sendirian di tempat latihan tinju yang gelap.


Dia pulang dan menemukan rumahnya berantakan, dia khawatir dan langsung memanggil Jeong Hwa, tapi cuma ada Ding Ga di rumah. Dia berlari ke sebuah rumah sakit dan menemukan Jeong Hwa sedang duduk setelah tangannya diobati. Jeong Hwa bisa merasakan kehadirannya.

Chul Min datang menemui dokter mata yang memberitahunya kalau mata Jeong hwa tidak bisa melihat karena kornea matanya cedera tapi kalau Jeong Hwa terus membiarkan matanya seperti itu, dia bisa kehilangan penglihatannya selamanya. Sementara itu Jeong hwa di rumah merasa setitik cahaya yang selama ini masih bisa dilihatnya jadi semakin mengabur

"Selain menunggu donor, apa tidak ada cara lain?" tanya Chul Min pada sang dokter

"Sebenarnya ada" kata dokter



Chul Min datang ke sebuah klub malam untuk menemui Min Tae Sik yang terkejut sendiri karena tiba-tiba Chul Min menghubunginya. 

"Tolong pinjami aku uang"

"Berapa?"

"30 juta won"

"Kapan kau membutuhkannya?"

"Secepatnya"



Tae Sik menyindirnya kalau hidup itu benar-benar menarik, hanya dengan mengedipkan mata peran seseorang bisa berubah. Sebelumnya Tae Sik cuma seorang anak kecil di hadapan Chul Min. Chul Min mengerti kalau itu adalah kata-kata penolakan. 

Tapi sebelum Chul Min pergi, Tae Sik memberinya sebuah solusi lain yang tetap menghasilkan uang banyak dalam keadaan terdesak.



Chul Min mengajak Jeong Hwa berkencan di sebuah tempat seluncuran, mereka berseluncur dan Jeong Hwa mengeluh karena baru sekarang Chul Min mengajaknya berkencan di tempat yang sangat menyenangkan seperti itu. Chul Min menariknya dan menyuruhnya untuk operasi.



"Dokter bilang kalau kornea mata bisa dibeli dari Amerika. Kau tahu tentang semua ini kan? Kenapa kau tidak pernah bilang padaku?"

"Dari mana kita bisa dapat uang sebanyak itu?"

Chul Min berbohong kalau dia punya tabungan, Jeong Hwa meyakinkannya kalau dia baik-baik saja, apalagi sejak memiliki Chul Min disisinya dia merasa cukup bahagia.



"Kalau kau tidak operasi sekarang kau tidak akan punya kesempatan lagi nanti"

"Setiap kali aku mengingat kejadian hari itu, aku merasa akulah penyebab kematian ayah dan ibu. Hatiku terasa sangat sakit. Tidak bisa melihat terasa jauh lebih mudah bagiku"

"Apa kau tak mau melihatku? Kita akan punya anak di masa depan nanti. Apa kau tak mau melihat anak kita?"



Chul Min menemui seorang bos mafia yang memperingatkannya kalau apa yang akan dilakukannya nanti akan sangat berbahaya. Tapi Chul Min meyakinkannya kalau dia akan mampu menanganinya. Si bos mafia memberinya uang muka dan sebuah HaPe. 

Si bos mafia memberitahunya kalau pertandingan yang akan dilakukannya nanti sebenarnya tidak terlalu berbeda dari pertandingan biasa. Hanya saja, mereka tidak boleh ketahuan oleh pemerintah Thailand karena mereka bisa terlibat masalah besar kalau sampai ketahuan.



"Kesepakatan ini dilakukan sendiri olehmu, Jang Chul Min. Kaulah yang sepenuhnya bertanggung jawab. Mengerti?"

Chul Min mengangguk mengerti dan karena bos mafia menginginkan jawaban maka Chul Min mengatakan kalau dia mengerti. 



Setelah itu Chul Min membuang semua barang-barangnya dari apartemen Jeong Hwa, sebelum pergi dia berpesan pada Ding Ga untuk selalu menjaga Jeong Hwa dengan baik.



Dia teringat peringatan si bos mafia kalau orang-orang itu sampai menemukan kerabat atau kekasihnya maka mereka pasti akan melukainya karena itulah dia harus melakukan persiapan. Chul Min membakar semua barang-barangnya termasuk KTP-nya.



Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments