Sinopsis Shining For One Thing Episode 9 - Part 1

Bei Xing jadi cemas lagi melihat tali rambut kelinci pink yang ada di pergelangan tangan Wan Sen. Dia langsung tanya dari mana Wan Sen mendapatkan benda itu. Wan Sen dengan malu-malu dan secara ambigu mengaku bahwa ini adalah pemberian seseorang yang sangat penting baginya. Tiba-tiba Wan Sen mendapat telepon entah dari siapa yang sontak membuatnya harus pulang sekarang.

Ternyata dia dipanggil pulang oleh ayahnya yang mendadak pulang, berniat menjenguk Wan Sen di tahun baru ini. Ayah pulang duluan karena Ibu masih ada urusan yang harus diselesaikan.


Mungkin karena selama ini Wan Sen selalu tinggal sendirian, jadi dia agak canggung dengan ayahnya sendiri. Kedua orang tuanya agak cemas karena Wan Sen biasanya sangat pendiam dan tidak punya teman, makanya Ayah penasaran apakah Wan Sen punya teman baru sekarang. Wan Sen tidak menjawabnya secara detil dan hanya meyakinkan Ayah untuk tidak khawatir.


Bei Xing tidak bisa tidur memikirkan ikat rambut kelinci pink itu, kenapa benda itu masih ada pada Wan Sen padahal Mai Zi sudah dipenjara? Apa mungkin bukan Mai Zi pembunuhnya? Jika benda itu aslinya adalah milik Wan Sen... apakah mungkin Wan Sen mati bunuh diri? Apa mungkin ada hubungannya dengan orang yang memberikan ikat rambut itu pada Wan Sen, yang Wan Sen bilang orang paling penting dalam hidupnya itu?


Berniat mencari tahu lebih banyak, Bei Xing pun mendatangi rumah Wan Sen keesokan paginya. Dengan penuh semangat dia menggedor pintu rumah Wan Sen, tapi yang membukanya malah seorang bapak. 

Bei Xing jadi mengira kalau dia salah rumah dan hampir saja mau pergi, tapi ayahnya Wan Sen dengan cepat menghentikannya dan dengan antusias mengundangnya masuk dan mengajaknya makan bersama. Ayah benar-benar senang mengetahui anaknya memiliki seorang teman, teman gadis cantik lagi.

Ayah bahkan dengan senang hati membongkar aib putranya sendiri yang waktu kecil penampilannya seperti gadis karena ibunya dulu suka sekali mendandaninya seperti anak perempuan sampai orang-orang mengira kalau Wan Sen tuh cewek.

Bei Xing jadi penasaran, apakah ibunya Wan Sen dulu juga sering membelikan ikat rambut atau bando atau semacamnya? Ayah membenarkan, ibunya sering membelikannya benda-benda semacam itu, segala macam warna ada.

Ah! Bei Xing jadi berpikir bahwa ikat rambut kelinci pink itu pasti pemberian ibunya, dan orang yang Wan Sen bilang sangat penting dalam hidupnya itu pasti ibunya.

Ayah tidak bisa lama-lama sekarang karena ada urusan dan langsung keluar meninggalkan mereka berduaan. Bei Xing penasaran di mana ibunya Wan Sen? Wan Sen mengaku bahwa ibunya belum bisa kembali karena masih ada pekerjaan di Afrika.

Bei Xing jadi berpikir bahwa Wan sen pastilah sangat kesepian tinggal sendirian di rumah sebesar ini. Mengingat Wan Sen selalu membawa-bawa ikat rambut pemberian ibunya ke mana-mana, apakah mungkin... Wan Sen kekurangan kasih sayang ibu?

Pfft! Wan Sen hampir tersedak mendengarnya. Wan Sen menyangkal, berusaha menjelaskan bahwa Bei Xing salah paham. Tapi Bei Xing ngotot tak percaya dan berpikir kalau Wan Sen menyangkal cuma karena dia malu saja mengakuinya. Karena itulah, biar Wan Sen tidak kesepian, Bei Xing mengundangnya makan di rumahnya bersama keluarganya saja.

Mengalihkan topik, Wan Sen tanya apa yang Bei Xing bawa itu. Itu pistol gelembung sabun yang kalau ditembakkan bisa membuat gelembung satu cukup besar, tapi gelembung sabunnya cuma bisa keluar satu per satu.

Tak lama kemudian, Wan Sen dengan menggunakan pengetahuannya, membuatkan alat gelembung sabun yang lebih menarik dan mereka pun bermain bersama dengan penuh canda tawa.

Chao Yang tak sengaja bertemu Gao Ge di jalan. Gao Ge berniat mengikuti ujian seni dan langsung memaksa Chao Yang untuk menjadi model untuk dia lukis sekarang juga.

Chao Yang awalnya mau-mau saja. Tapi ternyata lama banget, satu jam belum selesai-selesai juga, Chao Yang lama-lama bosan dan capek. Maka begitu ada kesempatan, dia langsung kabuuuurrrrr.

Berhasil kabur dari Gao Ge, Chao Yang mendatangi toko aksesoris untuk bertemu Bei Xing yang berniat membelikan gantungan kunci gorilla sebagai hadiah tahun baru untuk Wan Sen. Tepat saat itu juga, tak sengaja dia melihat ayahnya Wan Sen tak jauh darinya.

Bei Xing hampir mau menghampiri dan menyapanya, tapi tiba-tiba saja dia melihat seorang wanita muncul dan jelas dari interaksi mereka kalau mereka adalah pasangan yang sedang belanja boneka anak kecil. Tapi aneh, Wan Sen bilang kalau ibunya masih di Afrika? Bei Xing sontak berpikir kalau wanita itu pasti selingkuhannya ayahnya Wan Sen.

Dia yakin seyakin-yakinnya kalau wanita itu selingkuhannya Ayah. Maka saat ayahnya Wan Sen ke toilet, Bei Xing dengan kasarnya merebut boneka yang dipegang wanita itu dan membeli semua boneka yang ada di sana biar wanita itu tidak bisa membeli apa pun, tapi dia menyuruh Chao Yang untuk membayarinya. Wkwkwk!

Chao Yang akhirnya cuma bisa merana menatap puluhan boneka yang dibelinya dengan terpaksa itu. Bei Xing heran deh, kenapa cowok tuh suka selingkuh padahal sudah punya anak dan istri?

"Aku belum punya anak dan istri, jadi mana kutahu," jawab Chao Yang. 

Keyakinannya bahwa rumah tangga kedua orang tua Wan Sen berada di ambang kehancuran, membuat Bei Xing jadi semakin mengkhawatirkan kesehatan mental Wan Sen. (Wkwkwk!) Dia lalu menyuruh Chao Yang untuk mengawasi dan membuntuti ayahnya Wan Sen dan selingkuhan ayahnya Wan Sen itu. Dia sendiri harus melakukan hal lain yang lebih penting.

Maka kemudian, dia menyeret paksa Wan Sen untuk datang dan makan malam di rumahnya bersama keluarganya biar Wan Sen tidak merasa kesepian dan hancur. Karena ini pertama kalinya Wan Sen datang ke rumah Bei Xing, jadi dia mau membeli buah-buahan dulu buat hadiah untuk kedua orang tua Bei Xing. 

Bei Xing ngotot menolak, lagian kan mereka cuma makan biasa. Tapi Wan Sen keukeuh mau beli buah, dan begitulah akhirnya Wan Sen membelikan banyak sekali hadiah untuk kedua orang tua Wan Sen. (Pfft! Kayak calon menantu ketemu calon mertua aja)

Ibu langsung suka sama Wan Sen, apalagi dia pintar dan siswa unggulan. Ibu bahkan langsung membandingkan putrinya sama Wan Sen yang beda bagai bumi dan langit. Wah! Ayah jelas tidak setuju mendengar putrinya dihina dan langsung membela Bei Xing.

Keluarga mereka ribut banget, Wan Sen tersenyum geli mendengar keributan lucu mereka. Dia juga langsung membela Bei Xing dan meyakinkan Ibu bahwa Bei Xing cukup pintar.

Ayah balas mengkritik makanan buatan Ibu yang jelas saja membuat Ibu jadi kesal sama Ayah dan jadilah pasutri itu ribut sendiri... sampai mereka tidak sadar Bei Xing dan Wan Sen mendadak sudah menghilang dari meja makan.


Bei Xing ternyata membawa Wan Sen masuk ke kamarnya. Dia malu karena orang tuanya malah ribut di depan tamu, tapi Wan Sen tidak keberatan, malah menurutnya menarik karena keluarga mereka ramai.

Bei Xing lalu menunjukkan koleksi komik Sailor Moon padanya. Sailor Moon adalah idolanya, dia ingin menjadi seperti Sailor Moon. Pfft! Aneh yah?

Wan Sen dengan manisnya menyangkal, "menurutku ini cukup istimewa."

Bei Xing lalu menunjukkan album foto masa kecilnya. Ternyata waktu kecil, penampilan Bei Xing malah kayak anak cowok dengan model rambut cepak. Bei Xing mengaku bahwa itu gara-gara dia ditipu sama kakaknya yang memotong rambutnya sampai jadi sependek itu. Dia menangis selama satu jam gara-gara ulah kakaknya itu.

Yang tidak Bei Xing sadarinya, Wan Sen tersenyum bahagia sekali menatap foto itu, jelas dia mengenali gadis kecil itu... dia bahkan masih mengingatnya dengan jelas. 

Flashback (dari ingatannya Wan Sen).

Dulu waktu mereka masih kecil, Wan Sen yang berpenampilan cewek, bertemu dengan Bei Xing yang berpenampilan cowok. Wan Sen kecil menangis entah karena apa, maka Bei Xing kecil pun dengan manisnya berusaha menghiburnya dengan memberinya sebungkus snack lalu beraksi ala-ala Sailor Moon... hingga dia berhasil membuat Wan Sen kecil tersenyum kembali.

Flashback end.


Jelas Bei Xing sudah tidak ingat dengan Wan Sen, err... atau mungkin dia tidak mengenali Wan Sen. Tapi Wan Sen, seperti biasanya, sengaja tidak bilang-bilang bahwa mereka pernah bertemu di masa lalu.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments