Sinopsis (Movie Korea) Always - part 1

*Diposting ulang dari blog lama*

Jang Chul Min (So Ji Sub) adalah seorang mantan petinju yang sekarang bekerja mengantar air galonan di siang hari dan menjadi penjaga tempat parkir di malam hari menggantikan seorang kakek yang sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya. 



Suatu malam saat dia sedang asyik-asyiknya menonton siaran tinju di TV yang berada di pos penjagaannya, seorang wanita, Jeong Hwa (Han Hyo Joo) tiba-tiba menerobos masuk dan langsung memberinya berbagai macam makanan. Jelly kacang merah, jeruk, kimbap. Chul Min tidak mengenalnya tapi Jeong Hwa terus mengoceh dengan akrab padanya. 

Chul Min memperhatikan kalau pandangan mata wanita itu tidak ada fokus dan langsung mengerti kalau dia tuna netra. Chul Min akhirnya bicara dan bertanya pada Jeong Hwa tentang siapa dia. Dan saat mendengar suara asing yang tidak dikenalnya Jeong Hwa itu langsung terkejut.

"Kau siapa? Kemana kakek?"


Chul Min memberitahunya kalau kakek itu sudah berhenti bekerja. Jeong Hwa bingung, kalau dia memang tidak mengenalnya lalu kenapa dia menerima semua makanan yang ia berikan. 

"Karena kau memberikannya" jawab Chul Min

Dengan canggung Jeong Hwa mengambil kembali makanan yang tadi ia berikan pada Chul Min dan mengatakan pada Chul Min kalau dia sering ke pos penjagaan itu untuk nonton drama di TV bersama kakek sambil makan snack. 

"Apa kakek sakit?"

"Dia bilang kalau dia ingin pindah ke desa"

"Begitu yah? Kalau begitu, aku permisi"


Karena di luar hujan Jeong Hwa tidak bisa langsung pulang dan akhirnya menunggu hujan reda di luar pos jaga. Chul Min terus melihatnya dan akhirnya dia mempersilahkan Jeong Hwa untuk menonton drama yang ingin ditontonnya lagipula hujannya lumayan deras.



Lalu mereka berdua duduk di pos jaga dan menonton drama di TV. Jeong Hwa tidak bisa melihat gambarnya jadi dia hanya mendengarkan suara aktornya bicara. 

Chul Min mengalihkan pandangannya ke Jeong Hwa dan terus memandangnya sampai Jeong Hwa tiba-tiba berpaling padanya, dan Chul Min langsung mengalihkan pandangannya lagi, takut ketahuan kalau sedari tadi dia terus memandangi Jeong Hwa padahal Jeong Hwa tidak bisa melihatnya. (heee...)


Setelah drama selesai, Jeong Hwa memberikan kimbap pada Chul Min sebagai hadiah terima kasih. Chul Min menerimanya dan sebelum pergi Jeong Hwa berpesan untuk selalu menyiram bunga mawar di pot seminggu sekali. Chul Min melihat ada bunga di pot di bagian pos jaganya.


Setelah selesai jam kerjanya, Chul Min mengunci pos jaganya dan membawa kimbap Jeong Hwa pulang. Dia berhenti di sebuah box telepon umum dan menghubungi pihak bagian informasi untuk meminta informasi seseorang. Sesampainya di rumah, Chul Min memakan kimbap buatan Jeong Hwa dan tersenyum ternyata rasanya enak.


Keesokan harinya, Jeong Hwa pergi bekerja dan terlihat dari wajahnya dia sedih namun berusaha menjalani hidupnya dengan ceria. Dia bekerja sebagai customer service di gedung yang sama tempat Chul Min bekerja sebagai penjaga parkiran di malam hari. 

Dengan ramah dan sabar melayani seorang pelanggan yang sedang marah-marah. Bosnya datang dan menyentuh pundak Jeong Hwa lalu memijatnya untuk memberinya semangat. Jeong Hwa tidak merasa nyaman dengan sentuhan bosnya itu, tapi dia tetap tersenyum ramah.


Chul Min datang ke sebuah arena latihan tinju, asisten bos arena latihan tinju itu sangat terkejut melihat kedatangan Chul Min. Di kantornya bos, Chul Min bersujud meminta maaf pada bosnya. Namun bosnya sama sekali tak mempedulikannya. si asisten berusaha membujuk si bos untuk memaafkan Chul Min.

"Semua itu sudah menjadi masa lalu"

Si bos langsung marah-marah mendengarnya "Saat aku mengasihani dan memberi makan nasi seorang anak yang malang, aku berusaha untuk menjadikan anak itu seorang juara dan bahkan karenanya anak-anakku sendiri cuma kuberi makan ramyun (mie instan). Apa kau tahu itu?"

Si bos melihat Chul Min dengan penuh kebencian "baji***n yang tak punya hati nurani"


Chul Min hanya bisa menunduk sedih saat bosnya itu pergi. Si asisten berusaha menyemangati Chul Min dan mengatakan padanya kalau bos memberi anak-anaknya ramyun karena anak-anaknya memang suka makan ramyun.

Si asisten lalu membawa Chul Min keluar dan memperkenalkan Chul Min pada para petinjunya. Chul Min ternyata juara MMA (Mixed Martial Arts) tahun 1999 yang mampu mengalahkan lawannya hanya dengan pandangan mata di ronde pertama (Pffft), di ronde kedua 3 pukulan, ronde ketiga 5 pukulan. Selama si asisten mengoceh, Chul Min hanya menunduk.

"Dan di ronde terakhir..."

Seorang petinju lain muncul dan langsung memotong ocehan si asisten "Di ronde terakhir, orang yang dia kalahkan adalah aku, Min Tae Sik"


Tae Sik menyapa Chul Min dengan dingin dan Chul Min kaget melihat Tae Sik berada di tempat itu. Si asisten memberitahu Chul Min, kalau Tae Sik sekarang bukan Tae Sik yang dulu pernah ia kalahkan, dia sekarang adalah bintang yang sedang naik daun.

"Aku melihatmu di pertandingan. Tidak buruk sama sekali" puji Chul Min

Tae Sik tersinggung dengan pilihan kata Chul Min dan karenanya dia menyerahkan sebuah sarung tinju dan menantang Chul Min  untuk melawannya sekarang. Si asisten protes karena Chul Min sudah lama tidak bertinju.


Chul Min meremas sarung tinju itu sebelum menyerahkannya kembali pada si asisten dan pamit pergi namun sebelum dia bisa pergi, si bos datang dan menyuruhnya bertanding satu ronde saja. Chul Min menolaknya dengan meminta maaf dan si bos langsung menamparnya.

"Dia bahkan bukan petinju, kenapa juga dia biarkan masuk? Cepat usir dia!"

Chul Min meminta maaf sekali lagi lalu pergi.


Malam harinya, Jeong Hwa datang lagi ke pos jaganya untuk menonton drama. Tiba-tiba dia meminta jendelanya untuk dibuka karena hidungnya lebih sensitif dari orang lain. Chul Min membuka satu jendela, tapi Jeong Hwa masih bisa mengendus bau yang tak sedap, maka dia membuka satu jendela lagi.

"Apa hari ini kau berolahraga?" tanya Jeong Hwa dengan tawa canggung

Chul Min akhirnya manyadari kalau bau tak enak itu pasti bau kakinya, maka dia memakai kembali sepatunya untuk menutupi bau kakinya. 


"Baju apa yang sedang dipakai sekarang?" tanya Jeong Hwa

Karena Jeong Hwa tidak menyebutkan obyek kalimat maka Chul Min mengira Jeong Hwa bertanya tentang bajunya Chul Min dan memberitahu Jeong Hwa kalau dia memakai kaos.

"Aku tidak sedang membicarakanmu, ahjussi. Aku bertanya tentang Eun Su (si aktris di drama yang sedang ditontonnya)."

Maka Chul Min memberitahunya kalau Eun Su sedang memakai rok.


"Lalu bagaimana tentang sepatunya?"

"Dia sedang memakainya" kata Chul Min sambil berusaha menyembunyikan sepatunya sendiri.

"Tentu saja dia memakai sepatu, maksudku, sepatu jenis apa yang sedang dipakainya"

"Sepatu high heels"

"Apa kau yakin dia tidak memakai sepatu flat? Lalu bagaimana tentang rambutnya?"


"Pendek dan keriting"

"Apa dia memakai anting-anting?"

"Aku mau tanya...Apa kau selalu bicara sebanyak ini saat menonton drama?" protes Chul Min

Jeong Hwa merasa tersinggung "Karena aku tidak bisa melihat" tapi dengan cepat dia berubah ceria lagi "Anting jenis apa yang dipakainya?"

"Dia memakai anting yang sama dengan punyamu"

Jeong Hwa sangat senang mendengarnya dan Chul Min pun senang melihatnya tersenyum.


Setelah selesai menonton drama, Chul Min mencuci kakinya agar tidak bau. Dia mengembalikan kotak makan tempat kimbap yang kemarin diberikan Jeong Hwa padanya. Jeong Hwa bertanya bagaimana rasanya, Chul Min mengatakan walaupun penampilan kimbapnya jelek tapi rasanya enak.


Jeong Hwa mengambil kotak makannya dan menyadari ada sesuatu di dalamnya, Chul Min memberitahunya kalau di dalamnya ada buah persik.

"Apa aku sudah mencucinya?" tanya Jeong Hwa

Dan karena sekali lagi Jeong Hwa tidak menyebutkan obyek kalimat maka Chul Min melihat ke kakinya sendiri mengira Jeong Hwa sedang membicarakan kakinya dan mengiyakan pertanyaan Jeong Hwa itu.

Namun sebenarnya Jeong Hwa membicarakan tentang buah persiknya, buah persik harus dicuci dengan benar dan langsung dimakan karena buah persik itu sangat lunak, kalau tidak diperlakukan dengan benar buah persik bisa lecet dan kalau seperti itu rasanya tidak akan enak lagi.

"Terima kasih, aku pasti akan menghabiskannya"


Jeong Hwa lalu memperkenalkan namanya pada Chul Min karena selama ini Chul Min selalu memanggilnya 'kau'.

"Ha Jeong Hwa" 

Jeong Hwa mengulurkan tangannya pada Chul Min dan karena Chul Min tidak langsung menyambut uluran 
tangannya, Jeong Hwa mengatakan kalau bersalaman adalah cara orang untuk saling menyapa. Chul Min akhirnya mau menjabat tangannya dan saat itu pula Jeong Hwa bisa merasakan tangan Chul Min yang sangat kasar.

"Pekerjaan macam apa yang membuat tanganmu jadi seperti ini?"

Chul Min langsung menarik tangannya kembali dan tidak menjawabnya. Jeong Hwa mengerti maka dia tidak bertanya lebih lanjut, lalu pamit pergi.


Di rumahnya, Jeong Hwa bernyanyi sambil menunggu cucian di mesin cucinya selesai, namun dia tidak tahu kalau lubang pembuangan air tersumbat dan dia baru menyadarinya saat kakinya merasakan air yang menggenang. 

Dia berusaha meraba lantai untuk mencari sumber yang menghambat aliran airnya, namun dia terjatuh sebelum dia sempat menemukannya.


Malam berikutnya, Chul Min berjaga di posnya sambil menunggu Jeong Hwa  keluar dari kantornya, dia melakukan persiapan untuk menyambut kedatangan Jeong Hwa dengan membuka jendelanya, menyiram bunga di pot lalu mengibas-ngibaskan jaketnya dan mencoba mengendus-endus, siapa tahu ada bau tak enak.

Dia menutup matanya dan mendengar langkah kaki Jeong Hwa mendekat, dia tersenyum senang mendengar langkah kaki itu. 


Sesampainya di pos jaga, Jeong Hwa langsung bisa mengendus bau sepatu baru yang dipakai Chul Min. Chul Min tidak menjawabnya, tapi Jeong Hwa bisa tahu dari baunya kalau itu adalah sepatu baru maka Chul Min mengaku kalau dia membelinya beberapa hari yang lalu.

"Dramanya mau mulai, aku akan ke kamar kecil sebentar" kata Chul Min, dia begitu canggung sampai menabrak Jeong Hwa sampai hampir terjatuh.


Mereka mulai menonton dramanya dan Jeong Hwa begitu larut dalam cerita drama itu. Jeong Hwa bertanya apakah dia (aktor di dramanya) menangis dan Chul Min mengira Jeong Hwa sedang menanyakan dirinya sendiri maka Chul Min mengiyakannya.

"Kalau dia begitu terluka kenapa dia malah bersikeras ingin pergi?"

Jeong Hwa memberitahu Chul Min kalau para tuna netra sepertinya bisa mendengar suara hati seseorang, karena mereka tidak bisa melihat jadi mereka bisa merasakan segalanya dengan lebih jelas.


"Tampankah?"

Kali ini Chul Min mengira Jeong Hwa menanyakan si aktor maka ia mengiyakannya mengingat dia seorang aktor yang biasanya memang tampan.

"Bukan, aku sedang membicarakanmu ahjussi. Jangan berbohong hanya karena aku tidak bisa melihat"

"Orang bilang, aku sangat gagah"

"Ehm, dengan kata lain, kau tidak terlalu tampan"


Saat Jeong Hwa pergi setelah selesai menonton drama, sebuah mobil keluar dari tempat parkirannya dan karena Jeong Hwa menghalangi jalannya, mobil itu mengklakson Jeong Hwa dan hampir saja menabraknya, Jeong Hwa terjatuh dan menabrak botol-botol kaca sampai semua botol itu pecah.

Dan saat tangan Jeong Hwa hampir menyentuh pecahan botol kaca, Chul Min menghentikannya dan membantunya berdiri. Dia mendudukkan Jeong Hwa di bangku dan melihat kaki Jeong Hwa terkilir. Seorang satpam datang dan marah-marah melihat semua botol kaca itu pecah.


Jeong Hwa meminta maaf dan berjanji kalau dia akan mengganti semua kerugiannya. Si satpam mengeluh kenapa seorang wanita yang bahkan tidak bisa melihat, malah keluar ke jalanan saat tengah malam. Jeong Hwa sekali lagi meminta maaf. Chul Min mengembalikan tongkat Jeong Hwa yang terjatuh dan mengatakan pada si satpam kalau dia harus membawa Jeong Hwa ke rumah sakit.

Dia memberi si satpam uang untuk menggantikannya berjaga dan setelah menerima uang suap itu, si satpam langsung dengan senang hati menggantikannya dan cepat-cepat menyuruhnya pergi.


Setelah kaki Jeong Hwa selesai di obati, Chul Min mengantarnya pulang dengan subway. Karena selama ini Chul Min tidak pernah memberitahukan namanya, sekarang Jeong Hwa sangat penasaran dengan namanya.

"Marecelino. Jang Marecelino" (pffft)

"Ahjussi orang bule?" Jeong Hwa bertanya kaget

"Bukan, aku orang Korea"

"Tapi namamu Jang...Jang Marecelino?"

"Iya"

Jeong Hwa tersenyum geli mendengar namanya.


Jeong Hwa memegang tangan Chul Min saat dia berjalan terpincang-pincang. Dan karena kakinya sakit, Jeong Hwa meminta untuk beristirahat sebentar. 

"Apa kau mau ku gendong?" tanya Chul Min

Jeong Hwa tak ingin menolak tawaran itu tapi dia memperingatkan Chul Min kalau dia pasti akan menyesal kalau dia sampai menggendongnya. 

"Tidak apa-apa. Naiklah" Chul Min menunduk agar Jeong Hwa naik ke punggungnya

"Kau benar-benar akan menyesalinya" Jeong Hwa mengeluarkan peluitnya untuk memperingatkannya sekali lagi untuk tidak melakukan sesuatu yang aneh padanya.


Jeong Hwa meraba kepalanya lalu menemukan pundaknya dan akhirnya naik ke punggung Chul Min dan Chul Min mulai menggendongnya. Setelah mereka berjalan cukup jauh, Chul Min memberitahunya kalau mereka sudah sampai di pertigaan dan ada salon kecantikan di sebelah kanannya. 

Dari petunjuk arah itu, Jeong Hwa lalu mengarahkan Chul Min untuk naik terus ke atas dan disanalah mereka akan sampai ke rumahnya nanti. Chul Min terkejut melihat tangganya sangat-sangat panjangnya.

"Sudah kubilangkan, kau pasti akan menyesal"


Tapi Chul Min tidak mau menyerah oleh perkataan itu dan naik tangga sambil tetap menggendong Jeong Hwa. Jeong Hwa bisa mendengar suara napas lelahnya tapi Chul Min meyakinkan Jeong Hwa kalau dia baik-baik saja. Hanya saja kalau Chul Min memang baik-baik saja kenapa Jeong Hwa bisa merasakan kalau gendongannya terus merosot. Chul Min lalu mengangkatnya.

"Ah, ada anak kecil kan? Kau harus berhati-hati" Jeong Hwa memperingatkan Chul Min akan bahaya yang mengintai di depannya.


Seorang anak kecil melihat mereka dan dengan nakalnya, anak itu menusuk bokong Chul Min. Chul Min tidak bisa berbuat apa-apa dengan Jeong Hwa dalam gendongannya, melihat keadaannya yang tak berdaya, anak itu jadi semakin nekat terus-menerus menusuk bokongnya sementara Jeong Hwa hanya bisa tertawa.


Setelah sampai di depan kamar apartemen Jeong Hwa, Chul Min menurunkannya dan dia sendiri duduk kelelahan di tangga. Jeong Hwa bisa mendengar helaan napas beratnya.

"Lelah yah? Tapi bagaimana bisa seorang pria berukuran besar tidak punya tenaga?" 

"Bukan begitu, aku harus bernapas dulu sebelum melanjutkan. Tangganya panjang sekali" keluh Chul Min

Tiba-tiba Jeong Hwa teringat sesuatu lalu meminta bantuan Chul Min tapi Chul Min masih terlalu lelah untuk menerima permintaan tolong lagi.


Setelah cukup beristirahat Chul Min masuk ke rumahnya untuk membantunya mencari sumber penghambat saluran airnya Jeong Hwa. Chul Min menemukan biang keladinya dan menarik sumbat itu dan Jeong Hwa tersenyum senang mendengar suara genangan airnya mengalir kembali. 

Chul Min melihat barang apa yang telah membuat aliran airnya tersumbat dan dengan canggung memberitahu Jeong Hwa kalau airnya tersumbat gara-gara celana dalam (hahahaha). 


"Apakah yang ada gambar tupainya?"

"Tupai?" Chul Min memeriksa gambar celana dalamnya lagi tapi Jeong Hwa cepat-cepat memintanya kembali.

Saat Chul Min mau pergi, Jeong Hwa bertanya jenis musik apa yang Chul Min suka. Chul Min mengatakan kalau dia menyukai musik-musik yang biasanya diputar di radio. Jeong Hwa mengeluarkan 2 buah tiket konser musik sebagai hadiah terima kasih karena sudah membantunya dan menggendongnya.

"Ini tiket konser tontonlah bersama temanmu"


"Berikan saja pada orang lain. Aku tidak begitu mengerti musik, terlebih lagi tidak ada siapapun yang bisa kuajak nonton"

"Ck..ck..ck...bagaimana bisa kau tidak punya teman?" sindir Jeong hwa lalu dia bertanya apakah Chul Min mau pergi nonton konser itu bersamanya. 

Chul Min terkejut mendengar ajakannya dan apapun jawabannya pada Jeong Hwa, dia pulang dengan sangat bersemangat, sementara Jeong Hwa berbaring sambil termenung senang.


Keesokan harinya, Jeong Hwa pergi ke salon untuk berdandan. Ahjumma pemilik salon datang dan menawarinya model rambut terkini, Jeong Hwa bisa pilih sendiri, mau diluruskan atau dikeriting. Jeong Hwa lalu meminta untuk dimodel sesuai gaya salah satu aktris Korea, tapi pemilik salon tidak setuju karena pilihannya itu sudah kuno.

Maka Jeong Hwa memintanya untuk mendandaninya sesuai dengan yang ia rasa bagus saja dan ahjumma itu menggodanya kalau Jeong Hwa pasti mau kencan, Jeong Hwa menyangkalnya tapi ahjumma itu tetap yakin kalau Jeong Hwa pasti mau kencan maka dia memutuskan agar rambut Jeong Hwa dikeriting saja (I have bad feeling about this >.<).


Dan ternyata my bad feeling benar. Rambut Jeong Hwa dikeriting mengembang seperti model rambut ahjumma dan karena Jeong Hwa tidak bisa melihatnya maka dia tidak mengetahuinya dan santai saja meneruskan kegiatannya berdandan, berganti baju dan menyemprot parfum. 


Jeong Hwa ternyata tidak sepenuhnya buta karena matanya bisa melihat setitik cahaya, dia senang sekaligus sedih dengan kenyataan itu. 


Chul Min sudah menunggunya di depan pintu apartemennya dan cukup terkejut dan tersenyum geli melihat dandanan barunya Jeong Hwa.


Mereka pergi menonton konsernya, Jeong Hwa menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan lagu dan Chul Min menggoyangkan kepalanya mengikuti ayunan kepala Jeong Hwa (hahaha...so cute).


"Penyanyi wanitanya seperti apa?" tanya Jeong Hwa

Chul Min memberikan deskripsi kalau penyanyi itu bermata besar, punya tahi lalat di pipinya dan rambutnya panjang. Setelah konsernya selesai, Jeong Hwa benar-benar merasa senang karena dia sudah lama tidak menonton konser. 

"Apa baru-baru ini kau merubah model rambutmu?" tanya Chul Min

"Kenapa? aneh yah?"

Chul Min tidak enak untuk menjawabnya maka dia cepat-cepat mengalihkan perhatian Jeong Hwa dengan mengajaknya makan. Jeong Hwa ingin makan di suatu restoran keluarga tempat dia dulu makan bersama mantannya.


Mereka akhirnya pergi makan daging dan minum soju di sebuah restoran. Jeong Hwa mengalami sedikit kesulitan makan dengan sumpit, Chul Min membantunya mendekatkan kotak tisu agar Jeong Hwa bisa mengambilnya dengan mudah.

"Apa kau tahu 'pemikir'?" tanya Jeong Hwa (patung bergaya orang sedang berpikir karya Auguste Rodin)

"Patung itu, kuku kakinya terpotong sehingga menjadi pendek. Waktu masih sekolah aku belajar memahat. Tetapi, ada beberapa hal yang tidak bisa kuingat dengan jelas. Sesuatu yang biasanya kau lihat setiap hari seperti bunga yang sedang mekar di depan rumah atau apakah tahi lalat di bawah mataku ini berada disebelah kiri atau sebelah kanan dan ayahku..."


Jeong Hwa berhenti sebentar saat dia teringat ayahnya. Dia lalu memberitahu Chul Min kalau mantan yang dia bicarakan tadi sebenarnya adalah ayahnya (Ayahnya Jeong Hwa sudah meninggal). 

"Kalau aku tahu sebelumnya (ayahnya akan meninggal). Aku pasti akan melihat wajahnya dengan lebih baik. Karena kalau aku mengingat lebih banyak, sekarang aku pasti bisa membayangkan semua hal itu"


Jeong Hwa lalu mengajak Chul Min untuk bersulang dan menanyakan pekerjaan apa yang Chul Min lakukan selain menjadi penjaga tempat parkir. 

"Setelah bangun pagi aku bekerja sebagai pengantar air"


"Lalu waktu masih muda, apa yang kau lakukan? Apa mungkin kau melakukan banyak keburukan waktu masih muda dulu? Orang yang hidup tanpa mempedulikan orang lain, apa kau jenis orang yang seperti itu?"


Pertanyaan itu sepertinya cukup mengena karena Chul Min menolak untuk menjawabnya malah bertanya balik, apakah Jeong Hwa sendiri jenis orang yang selalu tertarik mencampuri urusan orang lain. 

Jeong Hwa langsung terdiam mendengar pertanyaan itu dan cepat-cepat menjelaskan kalau dia cuma takut Chul Min mengacuhkannya karena selama ini Chul Min tidak menanyakan apapun padanya, malah Jeong Hwa yang terus menerus bertanya.


"Kenapa kau tidak bisa jujur? Apa kau tahu apa yang kurasakan sekarang?"

"Aku tidak mengerti hal-hal seperti itu dan tidak peduli tapi aku tahu apa yang kau makan hari ini"

Jeong Hwa merasa sedih dengan perkataan Chul Min itu.


"Kau benar, setiap hari aku selalu bilang pada semua orang apa yang kumakan setiap hari. Aku permisi ke kamar kecil sebentar"

Chul Min terlihat merasa bersalah saat Jeong Hwa pergi ke kamar kecil.


Setelah selesai makan, Chul Min mengantar Jeong Hwa sampai ke depan apartemennya.

"Hari ini aku banyak menyusahkanmu, sampai jumpa. Dan juga, aku sudah membuatmu terlalu banyak mengeluarkan energi (marah). 

Aku minta maaf" 


Namun sebelum Jeong Hwa masuk, Chul Min mulai menceritakan tentang dirinya sendiri pada Jeong Hwa dengan jujur.

"Aku berumur 30 puluh tahun dan mantan petinju. Waktu aku masih muda, aku menjalani hidup yang sangat buruk, sangat-sangat buruk. Tapi sekarang aku tidak hidup seperti itu lagi. Aku, adalah orang yang seperti itu. Dan kau nona Jeong Hwa. Aku tidak bisa menerimamu bukan karena kau, tapi karena aku orang yang tidak berharga. Inilah yang tak sanggup kukatakan"

Jeong Hwa sedih mendengarnya namun dia berusaha tegar dan pamit masuk ke kamar apartemennya. 


Keesokan harinya, Jeong Hwa berusaha menjalani kehidupan sehari-harinya melayani telepon keluhan pelanggan dengan penuh kesabaran. 

Tiba-tiba bosnya memanggil Jeong Hwa untuk datang ke kantornya. Jeong Hwa datang ke kantornya dan duduk di sofa lalu si bos memberinya sebuah hadiah ulang tahun dan duduk merapat disebelahnya. Jeong Hwa berterima kasih dan si bos malah bersikap kurang ajar dengan melingkarkan tangannya memeluk bahu Jeong Hwa dan mengajaknya makan malam bersama.

Jeong Hwa tidak suka dengan sentuhannya itu dan langsung berdiri untuk menghindar sambil mengucapkan berterima kasih lalu pamit pergi.


Malam itu Chul Min melihat Jeong Hwa keluar dari kantornya, tapi Jeong Hwa tidak mampir ke pos jaganya Chul Min, malah dia langsung naik mobil khusus pengantar penyandang cacat.


Chul Min menemui bos tempat latihan tinjunya dan si asistennya di sebuah warung jalanan. Suasana di antara mereka sangat canggung. Si asisten meminta Chul Min untuk kembali bertinju tapi Chul Min tetap menolaknya.

"Biarkan aku menanyakan satu hal saja. Kemana kau selama ini?" tanya si bos


Si asisten kembali mencoba menyemangati Chul Min kalau dia petinju yang hebat dan pasti banyak orang yang mengharapkannya kembali lalu dia menyemangati Chul Min untuk bertanding di MMA.

"Apa kau mau menyembunyikan tinju hebatmu selamanya? Apa kau tidak merasa bersalah pada tinjumu?"


Chul Min menuang minuman untuk si bos namun dia tetap diam, dan saat si bos hampir menyerah akhirnya Chul Min menceritakan masa lalunya.

"Aku...dipenjara."


Si bos dan si asisten kaget mendengarnya.

"Selama 4 tahun 3 bulan"


Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments