Karena tidak punya pekerjaan dan tempat tinggal, Soo In mengunjungi sebuah agen untuk mencari pekerjaan. Dengan senyum bangga, Soo In mempromosikan sertifikat keahliannya membuat roti. Tapi senyum itu langsung sirna saat si agen bertanya apakah Soo In tidak punya catatan kriminal? Soo In dengan lemah memberitahu kalau dia baru keluar dari penjara.
Tepat saat itu, ada seorang pria gendut (err, dia terlihat seperti pria pervert) yang datang dengan maksud untuk menyewa seorang pegawai di toko rotinya. Saat pria itu melihat Soo In, dia langsung terpana.
Saat dia mengetahui kalau Soo In punya sertifikat keahlian membuat roti, anehnya tanpa ragu-ragu pria itu langsung mempekerjakan Soo In di toko rotinya walaupun dia tahu kalau Soo In mantan napi. Soo In tentu saja langsung senang dan berterima kasih pada pria itu karena telah mempekerjakannya bahkan sekalipun pria itu tahu kalau Soo In baru keluar dari penjara.
Woo Seok sedang sibuk memasak bersama chef lainnya, saat Joo Hee datang membawakan kopi untuk semua orang lalu mengajak Woo Seok bicara berdua.
Saat Joo Hee masuk ke kantornya Woo Seok, chef yang lain langsung menggodanya karena mereka mengira kalau Woo Seok dan Joo Hee pacaran. Dugaan mereka datang dari rumor yang beredar dan ditambah lagi akhir-akhir ini Woo Seok tampak berbinar-binar dan selalu tersenyum. Woo Seok berusaha menjelaskan kalau rumor itu palsu tapi tidak ada satupun yang percaya.
Tidak suka dengan rumor itu, Woo Seok langsung meminta Joo Hee untuk lebih berhati-hati jika Joo Hee ingin bertemu dengannya di dapur. Tapi Joo Hee malah bahagia dengan rumor tentang mereka berdua itu. Tapi kali ini dia datang untuk masalah pekerjaan. Joo Hee berencana menjadikan barang paling laris yang dijual Shinhwa hotel ini sebagai produk utama pabrik makanan Shinhwa. Dia sudah memberikan proposalnya pada Tae San, Tae San sudah menyetujuinya dan ingin bicara dengan Woo Seok besok.
Bos barunya Soo In mengajak Soo In ke toko roti kecilnya dan dengan baik hati membawakan kopernya Soo In. Dengan rendah hati, si bos menjelaskan bahwa pekerjaan Soo In nantinya mungkin akan berat karena Soo In harus bekerja rangkap menjadi baker sekaligus pengurus toko. Soo In yang tidak menyangka-nyangka akan mendapatkan pekerjaan semudah ini, tentu saja tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali, dia malah merasa sangat berterima kasih pada bosnya itu dan berjanji akan bekerja dengan baik.
Karena Soo In tidak punya tempat tinggal, si bos langsung menawarkan ruang kosong yang terletak di sebelah dapur untuk Soo In tinggali. Soo In semakin merasa berhutang budi atas semua kebaikan bos barunya.
Do Jin dipaksa untuk kencan buta lagi, kali ini Aeng Ran sendiri yang mengantarkan Do Jin untuk memastikan Do Jin tidak menghindar dan bertukar identitas dengan Wol Han lagi. Wanita teman kencannya kali ini adalah putri dari perusahaan Samwon, para keluarga konglomerat banyak yang menyukai wanita itu untuk jadi menantu mereka.
Kencan kali ini memang beda dari kencan-kencan buta Do Jin yang lain karena kencan kali ini ikut dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak dan seorang mak comblang.
Aeng Ran memuji putrinya perusahaan Samwon dan begitu pula sebaliknya. Sang putri konglomerat bernama Eun Bo Kyung itu tersenyum senang dengan pujian Aeng Ran. Tapi saat Aeng Ran membahas masalah kelahiran anak kakaknya Bo Kyung, anehnya Bo Kyung dan ibunya malah tampak gugup.
Bo Kyung lalu bertanya pada Do Jin tentang rumor yang dia dengar dari salah seorang temannya yang bekerja di perusahaan Shinhwa, bahwa Do Jin pernah memiliki seorang kekasih yang melahirkan anaknya dan mengancam Do Jin untuk menikahinya bahkan sampai menusuk Do Jin dengan pisau.
"Kalau kau tahu tentang masalah itu lalu kenapa kau ingin bertemu denganku?" tuntut Do Jin
"Karena itulah aku tertarik padamu. Kurasa kau dan aku bisa saling memahami" jawab Bo Kyung (jawaban yang aneh dan sepertinya mengandung makna tersembunyi)
Saat mereka pulang, Do Jin langsung mengeluhkan Bo Kyung yang aneh itu. Do Jin tidak menyukainya karena menurutnya wanita itu aneh dan gila. Joo Ran sudah dengar tentang kencan butanya Do Jin dengan putri perusahaan Samwon dan dia langsung tersenyum senang mengira kalau kencan kali ini gagal juga.
Joo Ran membawakan obat untuk suaminya tapi ternyata suaminya sudah tidur. Dengan antusias, Joo Ran membangunkan suaminya dan menyuruh suaminya minum obat yang ternyata obat kuat (hahahaha). Joo Ran bertanya apakah obatnya itu sudah ada efeknya, Won Jae dengan lesu menggangguk tapi setelah itu dia langsung tidur lagi, sama sekali tidak memperhatikan istrinya yang sangat bersemangat mencopot bajunya.
Saking kesalnya pada Won Jae, Joo Ran langsung menggumamkan kerinduannya pada selingkuhannya. Saat itu tiba-tiba saja Won Jae terbangun. Tapi dia sama sekali tidak mencurigai Joo Ran karena dia lebih penasaran pada apa yang dia dengar bahwa tadi Soo In pulang ke rumah, walaupun dia tidak mengatakan apapun pada istrinya tapi tampak jelas kalau Won Jae takut Soo In datang untuk memberitahu keluarga Ma kalau dia pernah mengajak Soo In bekerja sama untuk menghancurkan keluarga Ma.
Aeng Ran berusaha membujuk Tae San untuk membantu hidup Soo In setelah Soo In keluar penjara. Terlepas dari apa yang Soo In lakukan pada Tae San di pabrik roti waktu itu, Tae San tidak boleh mengabaikan Soo In apalagi Soo In sudah mendekam di penjara selama 2 tahun gara-gara ulah Tae San. Tae San heran sendiri melihat sikap Aeng Ran, kenapa Aeng Ran malah membela Soo In?
"Dia diperlakukan dengan buruk dan diabaikan oleh keluarga Ma. Dia mengingatkanku pada diriku sendiri karena itulah aku prihatin padanya" ujar Aeng Ran "Kau akan membantunya kan?"
Tapi Tae San tidak mau menjawabnya, malah mengalihkan topik pada hasil kencan butanya Do Jin tadi.
Malam harinya setelah toko tutup, bosnya Soo In mengajak Soo In untuk minum bersama dengannya untuk merayakan hari pertama Soo In bekerja. Tapi Soo In menolak dengan alasan sudah lelah. Sebelum pergi, si bos dengan senyum malu-malu mengingatkan Soo In untuk mengunci pintu toko dan menyalahkan penghangat.
Setelah si bos akhirnya pergi, Soo In langsung menghela napas lega. Di kamar barunya, dia mengeluarkan barang-barangnya dari koper. Saat dia melihat foto mendiang suaminya, dia bercerita kalau dia sudah mendapat pekerjaan dan berjanji akan hidup dengan berani.
Pada saat yang bersamaan tapi di tempat yang berbeda-beda, diperlihatkan pula kegiatan kedua saudara Soo In dan ibu mereka. Mi Oh di panti asuhan meninabobokan Kang Ddang, Poong Geum berlatih yoga dan tinggal sementara di sauna, sementara Bok Nyeo minum obat.
Keesokan paginya, Bok Nyeo membantu tuan Park di toko laundry. Saat mereka sarapan bersama Woo Seok, Bok Nyeo menceritakan betapa sedihnya ia karena tidak bertemu dengan ketiga putrinya yang keluar penjara. Memang dia akan bertemu lagi dengan mereka nanti, di akhir bulan di hari yang sudah mereka tentukan untuk bertemu kembali di terminal bis. Tapi tetap saja dia cemas, apakah mereka bisa dapat pekerjaan atau tidak.
"Tampaknya anda sangat dekat dengan mereka" ujar Woo Seok
"Mereka semua sangat baik dan manis. Terutama putri keduaku. Setiap kali aku melihatnya, aku selalu merasa kasihan tapi dia sangat mirip denganku 30 tahun yang lalu"
"Putri kedua itu... apa maksud anda Moon Soo In?" tanya Woo Seok
Bok Nyeo mengangguk sedih "Dia yang paling kasihan"
Di toko roti, Soo In menjalankan pekerjaannya memanggang roti dengan tekun tanpa sekalipun menyadari kehadiran bosnya yang datang dan diam-diam memperhatikan Soo In, tapi yang dia perhatikan bukan bagaimana Soo In menjalankan pekerjaannya tapi wajah cantik Soo In.
Saat Soo In akhirnya menyadari kehadirannya, tentu saja dia langsung kaget. Si bos terang-terangan memuji wajah Soo In yang sangat cantik bagai malaikat, Soo In jadi tidak nyaman mendengar pujiannya yang terlalu berlebihan itu.
Untungnya saat itu, ada pelanggan yang datang. Soo In pun langsung cepat-cepat menghindar dari dapur. Saat Soo In melayani pelanggan, si bos diam-diam memperhatikan tubuh Soo In dengan intens (he is a pervert!).
Poong Geum mendatangi agen real estate untuk mencari tempat tinggal. Dia hampir tersedak kopi saat mendengar betapa mahalnya biaya sewa bulanan apartemen yang sudah sangat berbeda sejak 2 tahun yang lalu. Menurut si agen, harga segitu tidak mahal, si agen jadi heran dengan reaksi Poong Geum, apa Poong Geum baru pulang dari luar negeri sampai tidak tahu harga sewa bulanan sekarang?
Poong Geum dengan canggung mengiyakannya "Aku tinggal di New York selama 2 tahun untuk berbisnis dan aku baru kembali ke Seoul kemarin. Apa ada tempat yang harga lebih murah?"
Menurut si agen, ada tempat yang jauh lebih murah yaitu asrama.
Beberapa saat kemudian, Poong Geum mendatangi asrama yang dimaksud si agen. Asrama yang ditunjuknya ternyata asrama yang didiami Wol Han. Disana, Poong Geum secara kebetulan mendapat kamar yang tepat bersebelahan dengan kamar Wol Han. Si pengurus asrama memberitahu Poong Geum bahwa rata-rata penghuni asrama disini bekerja di perusahaan-perusahaan besar bahkan ada juga yang bekerja di kantor pemerintah.
Poong Geum bertanya tentang penghuni kamar sebelah, si pengurus asrama berkata bahwa pria penghuni kamar itu bekerja sebagai supir istrinya ketua perusahaan. Si pengurus asrama pergi sebentar untuk memanggil tuan rumah, Poong Geum pun langsung memanfaatkan keadaan untuk melihat kamar penghuni sebelah. Poong Geum berhasil membobol pintu kamar penghuni sebelah hanya dengan menggunakan sebuah alat pengikir kuku.
Poong Geum langsung mengernyit jijik saat melihat berbagai poster cewek seksi yang memenuhi dinding kamar itu. Apalagi saat dia melihat jemuran pakaian dalam yang ditaruh asal-asalan.
"Augh, aku bisa mencium bau pria jomblo di kamar ini. Pemandangan kamar ini terlarang bukan saja bagi anak 19 tahun tapi juga bagi yang berusia 29 tahun. ck-ck-ck"
Karena masih belum menemukan tempat tinggal dan pekerjaan, Mi Oh diizinkan tinggal sementara di panti asuhan. Dia sedang mencuci bertumpuk-tumpuk pakaian saat dia teringat pada pertemuannya dengan Aeng Ran waktu dia masih di penjara dulu.
Flashback,
Aeng Ran menawarkan sebuah perjanjian pada Mi Oh. Dalam perjanjian itu Aeng Ran berjanji akan mengurus ayahnya Mi Oh yang sakit, merujuk ayahnya Mi Oh ke rumah sakit dan akan menyewa seorang pengacara untuk meringankan hukuman Mi Oh. Tapi sebagai gantinya dia meminta Mi Oh berjanji untuk tidak menuntut apapun yang berhubungan anaknya, Mi Oh juga tidak boleh menuntut biaya untuk membesarkan anaknya. Karena tidak punya pilihan lain, Mi Oh pun setuju untuk menandatangani perjanjian itu.
"Dan satu lagi" kata Aeng Ran "Mulai sekarang kau tidak lagi berada di Korea"
"Apa maksud anda?"
"Aku akan mengatakan pada Do Jin kalau kau melakukan aborsi dan pergi ke luar negeri"
"Baiklah"
"Kalau misalnya suatu saat nanti kau memenuhi janjimu maka aku tidak akan membiarkanmu membesarkan anakmu"
Kembali ke masa kini,
Mi Oh tersadar dari lamunannya saat pengurus panti asuhan datang. Pengurus panti bertanya tentang ayahnya Kang Ddang, Mi Oh dengan sedih menjawab kalau ayahnya Kang Ddang sudah meninggal dunia.
Di kantor Shinhwa, Do Jin bukannya sibuk bekerja malah enak-enakan membaca majalah. Namun tiba-tiba dia kedatangan tamu tak diundang, Bo Kyung yang kemarin kencan dengannya. Bo Kyung datang untuk berterus terang menyatakan bahwa dia rindu pada Do Jin.
"Aku? Kenapa kau rindu padaku?" Do Jin tidak mengerti (aneh emang nih cewek)
"Sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku tidak bisa berhenti memikirkan matamu, Do Jin-ssi"
"Memangnya ada apa dengan mataku?"
"Matamu terlihat sedih dan penuh rasa sakit. Jadi aku memutuskan untuk menyembuhkan lukamu, Do Jin-ssi. Aku akan baik padamu, aku akan memperlakukanmu dengan baik"
Do Jin benar-benar heran pada Bo Kyung "Apa kau... mabuk?"
Di rumah keluarga Ma, Aeng Ran bahagia setelah mendengar dari mak comblang bahwa Bo Kyung menyukai Do Jin. Berbeda dengan Aeng Ran, berita ini justru menjadi berita buruk bagi Joo Ran, dia tidak percaya seorang putri konglomerat menyukai Do Jin.
Tae San termenung memikirkan kata-kata Aeng Ran tentang Soo In kemarin. Dia lalu menyuruh sekretaris Kang untuk pergi mencari Soo In dan membawa Soo In padanya sekarang juga. Sekretaris Kang pun langsung pergi menjemput Soo In ke toko roti.
Saat Soo In datang, Tae San pun to the point memberikan seamplop uang pada Soo In. Tae San berkata uang itu adalah uang ganti rugi atas kesusahan yang Soo In alami selama dia dipenjara.
"Apa ayah memberiku amplop ini, supaya ayah merasa nyaman? Saya tidak bisa membiarkan hal itu terjadi"
Soo In tidak butuh uang itu karena ia hanya ingin mendengar Tae San meminta maaf padanya dan memohon pengampunannya atas dosa yang Tae San lakukan, memasukkan orang yang tidak bersalah ke penjara dan karena ulah Tae San itu, sekarang hidup Soo In jadi kacau.
Tae San langsung balik marah, menurutnya Soo In memang bersalah. Soo In telah melakukan kejahatan dengan masuk kedalam keluarganya dan merusak reputasinya, terlebih lagi Soo In juga telah memisahkannya dari putra kesayangannya. Tae San memberikan uang itu untuk Soo In hanya demi mendiang Do Hyun.
"Aku tidak tertarik dengan uangmu sama sekali! Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu berlutut dihadapanku dan memohon ampunanku. Tunggu saja!" Soo In bersumpah
"Apa? Berani sekali kau!" bentak Tae San, tapi Soo In langsung beranjak pergi dengan marah.
Pada saat yang bersamaan, Joo Hee menjemput Woo Seok untuk pergi menemui ayahnya dan membahas masalah proposalnya yang kemarin. Dalam perjalanan, Joo Hee sibuk membicarakan proposalnya tapi pikiran Woo Seok tidak bisa konsen karena dia teringat pada kekhawatiran Bok Nyeo akan Soo In.
Saat tiba didepan kantor, Woo Seok melihat Soo In keluar dari kantor. Woo Seok langsung cepat-cepat menyuruh Joo Hee menghentikan mobilnya lalu mengejar Soo In.
Woo Seok berusaha memanggil Soo In tapi Soo In tidak mendengarnya karena saat itu Soo In sedih teringat pada semua tuduhan jahat Tae San padanya. Soo In mempercepat jalannya untuk mengejar bis. Woo Seok pun langsung mempercepat larinya. Tapi sayang ia terlambat, Soo In sudah naik bis dan bisnya langsung jalan.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam