Tapi mereka heran, kenapa Bok Nyeo tidak datang menjemput mereka padahal Bok Nyeo bilang kalau dia akan datang. Soo In jadi cemas, apa mungkin terjadi sesuatu pada Bok Nyeo.
"Kita akan mengetahuinya nanti kalau kita bertemu dengan ibu. Ayo cepat, aku ingin segera pergi dari tempat ini secepatnya" ujar Poong Geum
Mereka lalu berjalan pergi bersama-sama tapi baru beberapa langkah tiba-tiba Soo In ingin menoleh ke belakang. Poong Geum cepat-cepat mencegahnya dan melarang Soo In melihat penjara itu lagi karena ada mitos yang mengatakan kalau ada yang menoleh ke belakang maka orang itu pasti akan masuk penjara lagi.
"Tapi bagaimanapun juga, kurasa aku akan merindukan tempat ini" kata Soo In
"Kenapa juga merindukan tempat ini? Aku merasa marah setiap kali aku memikirkan 2 tahun hidup yang kulewatkan di lubang tikus ini" ujar Poong Geum
"Tapi kita bertemu dengan orang-orang baik di tempat ini"
"Benar, aku bertemu dengan ibu dan adik-adik baik seperti kalian"
Mi Oh dan Soo In cemas pada Young Ok karena sekarang para tahanan memperlakukan Young Ok sebagai orang buangan. Apalagi mereka sekarang sudah bebas, jadi Young Ok pasti tidak akan punya teman bicara. Tapi Poong Geum sama sekali tidak peduli dengan nasib Young Ok tanpa mereka, menurutnya Young Ok memang pantas mendapat semua perlakuan buruk itu agar Young Ok tahu seperti apa kenyataan hidup. Mereka lalu berjalan pergi sambil bergandengan tangan.
Di penjara, Young Ok merasa kedinginan dan kesepian setelah ditinggal pergi ketiga teman selnya. Seorang diri dia berjuang keras memeriksa nomor lotrenya di koran. Karena dia tidak bisa baca jadi dia hanya bisa mencocokkan nomornya dengan cara melihat bentuk angka-angkanya. Sayangnya, dari perjuangannya membedakan bentuk-bentuk angka, dia mendapati kalau nomor lotrenya tidak menang.
Opsir datang untuk mengantarkan teman sel barunya. Tidak cuma satu, Young Ok langsung mendapatkan 3 tahanan baru sekaligus. Dan ketiga-tiganya terlihat sangat sangar, jauh lebih sangar dari Young Ok. Seperti biasanya, Young Ok berusaha menakuti-nakuti mereka dengan bersikap sok jahat dan menyatakan dirinya sebagai ketua sel tahanan mereka.
Tapi sayang kali ini sikap sok jahat dan sok arogannya, sama sekali tidak berguna dihadapan ketiga tahanan baru itu karena salah satu dari mereka adalah istri bos mafia Gangnam. Young Ok tidak percaya dengan omongan mereka karena dia sudah sering mendengar bualan semacam itu. Tapi tahanan yang mengaku sebagai istrinya mafia tiba-tiba memelintir tangannya Young Ok dan menyatakan kalau dirinyalah yang akan menjadi ketua sel tahanan mereka mulai sekarang. Mengetahui kalau dia tidak akan menang melawan ketiga tahanan sangar itu, Young Ok akhirnya mengalah dan merendah.
Soo In, Poong Geum dan Mi Oh tiba di terminal bis. Disana mereka saling berbagi tahu putih sambil membicarakan kemana mereka akan pergi setelah ini. Mi Oh akan langsung pergi ke panti asuhan untuk menemui Kang Ddang sementara Poong Geum berencana pergi menemui temannya dulu untuk mengambil barang-barangnya. Soo In satu-satunya yang tidak punya tempat tujuan tapi dia tidak terlalu mencemaskan masalah itu karena dia yakin kalau dia pasti akan menemukan sebuah tempat tinggal di Seoul.
"Kalau begitu, kita harus berpisah disini?" Mi Oh sedih harus berpisah dari kedua kakaknya
"Apa kau lupa apa yang ibu katakan? Tidak ada perpisahan dalam keluarga. Kita hanya berjauhan sebentar dan kita pasti akan bertemu lagi secepatnya" ujar Poong Geum
Soo In punya ide untuk mengajak mereka semua bertemu lagi akhir bulan ini. Poong Geum dan Mi Oh setuju dengan ide itu. Mereka akhirnya sepakat untuk bertemu lagi pada hari terakhir bulan ini di terminal bis. Poong Geum punya nomor kontak dan alamat Bok Nyeo jadi dialah yang nantinya akan menjemput Bok Nyeo.
Mereka berusaha menahan tangis haru mereka saat mereka saling berpelukan sebelum naik ke bis tujuan masing-masing. Setelah melihat Poong Geum dan Mi Oh pergi dengan bis mereka masing-masing, Soo In kebingungan kemana dia harus pergi sekarang.
Bok Nyeo ternyata tidak bisa menjemput ketiga anaknya dari penjara karena dia sedang sakit. Saat dia terbangun dan menyadari kalau dia sudah telat menjemput ketiga anaknya dari penjara, dia langsung ngotot ingin pergi menjemput ketiga putrinya. Tuan Park yang sedang merawatnya dengan tekun langsung menghentikannya dan mengingatkannya bahwa saat ini dia sedang tidak sehat dan mungkin sudah terlalu terlambat baginya untuk menjemput mereka.
"Aku berjanji pada merka kalau aku akan menemui mereka hari ini. Kenapa aku harus sakit hari ini?" isak Bok Nyeo sedih
Di dapur tempat kerjanya, Woo Seok merawat bunga pemberian Soo In dengan sangat baik. Bunga yang mengingatkannya pada Soo In dan ingatan akan Soo In membuatnya tersenyum bahagia.
Saat chef yang lain melihat bunga itu, Woo Seok dengan antusias memberitahu mereka kalau dia mendapatkan bunga itu sebagai hadiah.
"Potnya dari kardus susu" ujar salah satu chef heran
"Kau belum pernah melihat pot yang seperti ini kan?" kata Woo Seok dengan senyum lebar "Ini adalah pot bunga yang benar-benar ramah lingkungan"
Mereka menduga kalau bunga itu mungkin dibuat oleh Byeol tapi Woo Seok langsung menyangkalnya. Mereka jadi tambah heran, kalau bukan Byeol lalu siapa yang membuat barang kekanak-kanakkan itu?
Woo Seok langsung tersinggung "Bagaimana bisa kau mengatakan kalau ini kekanak-kanakan? Hei chef Kim, kau sangat tidak berperasaan. gara-gara hatimu yang tumpul itulah yang membuat tanganmu jadi tumpul juga. Gara-gara hatimu yang sekeras batu itulah yang membuat roti buatanmu juga keras"
"Kenapa kau semarah itu?" Chef Kim tidak mengerti dengan kemarahan Woo Seok
"Kapan aku marah?" sangkal Woo Seok
"Barusan" jawab chef Kim
"Aku tidak marah, tapi..."
"Kenapa kau menanam rumput liar di pot?" sela salah seorang chef wanita yang baru saja datang
Woo Seok tambah emosi mendengar bunga pemberian Soo In dikatai rumput liar "Apa maksudmu rumput liar?!"
Soo In memutuskan untuk singgah ke rumah keluarga Ma. Joo Ran sontak kaget setengah hidup melihat Soo In seolah Soo In itu hantu yang baru bangkit dari kubur. Dia heran kenapa Soo In berada di rumah mereka dan bukannya di penjara. Soo In pun memberitahu kalau dia baru saja dikeluarkan dari penjara. Joo Ran lebih tidak mengerti lagi, kenapa setelah keluar dari penjara Soo In malah pulang ke rumah mereka. Soo In mengatakan kalau dia datang hanya untuk mengambil barang-barangnya.
Joo Ran melabraknya karena dia pernah melemparkan roti pada Tae San. Soo In langsung mendengarnya, apa yang dia lakukan pada Tae San sama sekali tidak sebanding dengan apa yang telah keluarga Ma lakukan padanya, Soo In bahkan ingin sekali melemparkan sesuatu yang jauh lebih buruk pada Tae San. Apa yang telah keluarga Ma lakukan padanya telah membuatnya berubah dan karena itulah dia tidak akan tinggal diam kalau mereka sampai macam-macam dengannya lagi.
Saat Soo In naik ke kamarnya, Joo Ran langsung memerintahkan pelayan untuk mengawasi Soo In karena takut Soo In mencuri barang-barang mereka. Tapi Aeng Ran melarangnya dan memarahi Joo Ran karena masih saja melakukan hal seburuk itu pada Soo In setelah 2 tahun ini Soo In menderita karena keluarga Ma. (aku ga ngerti sama Aeng Ran ini, kadang dia licik tapi kadang bersimpati sama orang lain, tapi aku punya kesan kalau dia sendiri benci sama suaminya dan semua anggota keluarga suaminya)
Saat Soo In masuk ke kamarnya dan melihat foto mendiang suaminya, dia langsung memeluk foto itu dan menangis sedih. Aeng Ran datang dan memberitahunya kalau Soo In telah membuat kesalahan dulu (waktu dia marah-marah melempari Tae San dengan roti).
"Aku mengerti kalau kau pasti sangat marah, tapi seharusnya kau lebih berhati-hati. Tidak seharusnya kau bersikap se-emosinal itu" ujar Aeng Ran
Aeng Ran mengatakan bahwa jika kejadian di pabrik roti dulu tidak pernah terjadi, Tae San sebenarnya ingin mengurusi hidup Soo In dengan baik. Tapi gara-gara kejadian itu, Tae San sekarang berubah pikiran dan tidak mau memberi Soo In uang satu sen pun.
"Aku tidak membutuhkan uangnya" kata Soo In
"Apa kau punya rencana?" tanya Aeng Ran
Saat Soo In hanya terdiam, Aeng Ran langsung menasehatinya untuk segera pergi menemui Tae San, minta maaf dan minta Tae San untuk membantunya, disaat seperti ini tidak seharusnya Soo In mempertahankan harga dirinya. Tapi Soo In tidak mau melakukan itu, karena dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.
"Maksudku adalah kau sudah menjalankan hukumanmu jadi sekarang kau harus berpikir bagaimana harus menjalani hidupmu mulai sekarang. Minta bantuan presdir. Terkadang kau harus bersikap lebih lihai. Kenapa kau keras kepala?" saran Aeng Ran
"Aku tidak akan hidup dengan cara lihai. Aku akan hidup dengan cara benar" ujar Soo In
Setelah selesai mengepak semua barang-barangnya, Soo In mengunjungi Dan Shim yang sedang tidur di kamarnya. Pelayan mengatakan bahwa sejak Soo In pergi, Dan Shim sempat mengalami kesusahan. Soo In berkaca-kaca saat dia pamit pada Dan Shim yang masih tidur.
"Aku merasa lega melihat ibu hidup dengan baik. Makanlah dengan baik dan minum obat ibu dengan baik. Saya pergi"
Saat Soo In beranjak pergi, Dan Shim langsung bangun dan memohon agar Soo In tidak pergi "Aku sangat merindukanmu. Jangan pergi. Tinggallah bersamaku"
"Maaf ibu, aku harus pergi"
"Kapan kau akan kembali?"
"Entahlah, mungkin akan lama. Jadi ibu tidak usah menungguku. Hiduplah dengan baik bersama keluarga dan pelayan ibu"
Tapi Dan Shim tidak mau berpisah dengan Soo In, dia langsung mengambil bantal kesayangannya dan beranjak pergi untuk ikut pergi bersama Soo In.
Saat Soo In keluar rumah dengan membawa semua barang-barangnya, Aeng Ran dan Joo Ran berusaha keras menahan Dan Shim yang ngotot ingin ikut Soo In. Soo In berkaca-kaca penuh haru saat dia memandang Dan Shim untuk yang terakhir kalinya. Dan Shim menangis sedih saat Soo In akhirnya pergi.
Saat Soo In memandang kembali ke rumah keluarga Ma, dia teringat kembali semua kesulitan hidup yang dia alami selama hidup di rumah itu.
Flashback,
Saat Soo In pertama kali pindah ke rumah keluarga Ma, Joo Ran dan Joo Hee langsung menghinanya sebagai wanita yang tak tahu malu dan menyalahkannya sebagai penyebab Tae San jatuh sakit. Suaminya Soo In, Do Hyun, berusaha membela Soo In tapi Soo In menerima semua tuduhan dan hinaan itu dengan tabah bahkan berjanji akan berusaha menjadi menantu yang baik bagi keluarga Ma.
Dia berusaha mengambil hati Tae San dengan merawat Tae San yang sedang sakit dan memberinya obat. Tapi Tae San dengan penuh kebencian malah membuang obat pemberian Soo In. Soo In bahkan bekerja di rumah itu bagai seorang pembantu yang diperlakukan semena-mena oleh seluruh anggota keluarga Ma.
Suatu hari saat dia sedang melayani makan keluarga Ma, Do Hyun memaksanya untuk makan semeja bersama mereka. Awalnya Soo In tidak mau dan berniat untuk makan bersama para pembantu saja nanti, tapi Do Hyun dan Do Jin terus membujuknya untuk makan semeja dengan mereka.
Setelah sesaat ragu-ragu, Soo In akhirnya mau duduk bersama mereka, tapi segera setelah itu Tae San langsung beranjak pergi dengan marah. Dan tak lama kemudian, seluruh anggota keluarga Ma kecuali Do Hyun, ikut-ikutan pergi juga.
Do Hyun sangat kesal dengan perlakuan semua anggota keluarganya pada Soo In dan berniat untuk mengajak Soo In pindah saja dari rumah itu karena dia tidak mau Soo In hidup dalam lingkungan seperti itu, tapi Soo In dengan penuh kesabaran terus meyakinkan Do Hyun kalau dia baik-baik saja.
kembali ke masa kini,
Soo In memandang rumah yang pernah begitu menyiksanya itu untuk yang terakhir kalinya sebelum dia pergi. Dengan tabah, dia memaksakan dirinya untuk tersenyum dan menyemangati dirinya sendiri untuk melupakan semua masa lalunya itu karena hari ini dia terlahir kembali jadi Moon Soo In yang baru.
Sementara itu, Mi Oh akhirnya bertemu kembali dengan putra semata wayangnya di panti asuhan, Kang Ddang, yang sekarang sudah semakin tumbuh besar. Walaupun lama tak bertemu, tapi Kang Ddang masih mengingat ibunya.
Petugas panti asuhan datang membawakan telepon yang katanya untuk Mi Oh. Tentu saja Mi Oh kaget, siapa yang meneleponnya.
"Ini siapa?" tanya Mi Oh menjawab teleponnya
"Ini aku" jawab Bok Nyeo
Mi Oh langsung sumringah mendengar suara Bok Nyeo "Ibu!"
Bok Nyeo bertanya apakah saat ini Mi Oh bersama Poong Geum dan Soo In. Mi Oh pun memberitahu kalau mereka bertiga tidak bersama-sama, Poong Geum pergi mengunjungi temannya untuk mengambil barang-barangnya sementara Soo In pergi ke Seoul.
Setelah selesai bicara dengan Mi Oh, Bok Nyeo turun ke dapur dan mendapati tuan Park sedang memasak bubur untuknya. Bok Nyeo dengan gembira memberitahu tuan Park kalau akhir bulan ini dia dan ketiga putrinya akan berkumpul lagi. Tuan Park ikut senang mendengar kebahagiaan Bok Nyeo.
Saat Byeol baru pulang sekolah, Bok Nyeo langsung menyuapinya bubur. Tuan Park jadi kesal karena dia membuat bubur itu khusus untuk Bok Nyeo yang sedang sakit. Tapi Bok Nyeo yang sedang riang hati sama sekali tidak mempedulikan masalah itu dan terus saja menyuapi Byeol sampai buburnya habis.
Poong Geum akhirnya mendapatkan semua barang-barangnya kembali termasuk ponsel lamanya yang berisi nomor ponsel Wol Han (yang dia kira Do Jin). Dia berniat untuk menelepon tapi sebagai wanita dia merasa tidak seharusnya dia menelepon duluan, akhirnya memutuskan untuk mengirim sms saja agar Do Jin yang meneleponnya duluan.
Di kantor Shinhwa, Wol Han mendatangi kantornya Do Jin dan langsung ngomel-ngomel saat dia melihat Do Jin malah bersantai ria padahal hari ini Do Jin harus menghadiri acara kencan buta lagi. Do Jin malah ngamuk disuruh kencan buta terus apalagi tidak ada satupun wanita yang dia sukai.
Ditengah-tengah perdebatannya dengan Wol Han, Do Jin tiba-tiba mendapat sms dari Son Poong Geum yang mengatakan kalau dia baru saja tiba di Korea.
"Siapa itu Son Poong Geum?" Do Jin bingung
Wol Han langsung gugup "Eh... entahlah. Mungkin dia adalah salah satu wanita yang pernah kau kencani"
"Aku tidak ingat kalau aku pernah berkencan dengan seorang wanita yang namanya seaneh itu" Do Jin tambah bingung. Tapi kemudian dia menduga mungkin wanita itu adalah wanita yang pernah kencan buta dengan Wol Han yang menyamar jadi dirinya.
Wol Han langsung cepat-cepat mengiyakannya "Ah, iya aku ingat sekarang. Son Poong Geum itu wanita sangat jelek"
"Kalau begitu kau urus saja sendiri" Do Jin menyerahkan ponselnya pada Wol Han lalu beranjak pergi
Wol Han pura-pura protes tapi setelah Do Jin keluar kantor, dia langsung tertawa senang dan langsung menggunakan ponselnya Do Jin untuk menelepon Poong Geum.
Poong Geum yang sudah menanti-nanti telepon dari Do Jin, langsung mencicit senang saat Do Jin akhirnya meneleponnya. Kedua penipu itu sama-sama pura-pura sok jaim saat mereka bicara di telepon.
"Lama tak jumpa, direktur Ma Do Jin" sapa Poong Geum
"Lama tak jumpa. Son Poong Geum-ssi. Kau dimana sekarang?"
"Aku masih di bandara" Poong Geum berbohong, aslinya dia sedang di terminal bis "Aku cemas kalau kau melupakanku. Terima kasih"
"Jangan bicara seperti itu. Namamu bagai sebuah duri yang menancap di hatiku. Aku tidak pernah bisa melupakannya"
"Kalau durinya tertancap di hatimu, pasti rasanya sakit sekali. Apa yang harus kulakukan untuk mencabut duri itu dari hatimu?"
"Duri itu akan keluar kalau aku bertemu denganmu. Apa kita bisa bertemu malam ini?"
Poong Geum tentu saja langsung senang karena rencananya berjalan dengan mulus. Tapi kemudian dia memutuskan untuk pura-pura jual mahal dan mengatakan kalau dia tidak bisa bertemu malam ini karena dia masih jet lag dan mengajak Do Jin (Wol Han) untuk bertemu hari sabtu ini. Kali ini giliran Wol Han yang langsung senang dan langsung menerima ajakan Poong Geum. Setelah mengakhiri telepon mereka, Wol Han langsung tertawa senang mengira kalau dia berhasil merayu wanita kaya raya yang bisa membuat hidupnya jadi lebih baik.
Teman Poong Geum yang selama ini menjaga barang-barangnya itu adalah bos karaoke tempat Poong Geum dulu bekerja. Senang karena Poong Geum sudah keluar dari penjara, bos karaoke itu langsung membelikannya tahu putih dan memaksa Poong Geum memakannya sekarang juga dihadapan orang-orang. Poong Geum tentu saja langsung protes karena malu.
"Apa kau sudah menemukan tempat untuk bekerja" tanya mantan bosnya dengan cemas
"Aku tidak menemukan pekerjaan tapi aku menemukan emas" seru Poong Geum yang mengira kalau dia berhasil merayu pria konglomerat.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam