Woo Seok datang ke kantor polisi setelah mendapat kabar bahwa Soo In saat ini sedang diinterogasi di kantor polisi. Soo In kaget melihat Woo Seok. Pak polisi bertanya apa hubungan Woo Seok dengan Soo In? Woo Seok awalnya bingung tapi kemudian dia menjawab bahwa dia temannya Soo In. Pak polisi memberitahu Woo Seok bahwa Soo In dituduh melakukan penyerangan pada bosnya yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Soo In terus berusaha membela dirinya yang tidak bersalah, bosnya mabuk dan masuk ke dalam kamarnya dan melakukan sesuatu padanya dan dia memukul bosnya hanya untuk membela diri. Tapi pak polisi tidak percaya karena walaupun menurut Soo In kejadiannya seperti itu, tapi menurut korban ceritanya lain. Menurut keterangan korban, Soo In memukulnya ketika dia menangkap basah Soo In yang ingin mencuri uangnya.
"Dia bukan orang seperti itu" Woo Seok membela Soo In "Tidak mungkin dia mencuri uang, dia tidak akan melakukan hal semacam itu. Dia yang salah karena menyelinap masuk ke kamar wanita yang sedang tidur, sudah jelas kalau dia hanya membela diri, bukankah begitu?"
"Tidak ada bukti untuk membuktikannya"
Woo Seok lalu bertanya pada Soo In, apakah di toko roti itu tidak ada CCTV? Soo In menjawab ada satu CCTV di kasir tapi dia tidak yakin apakah di dapur ada CCTV atau tidak. Woo Seok yakin pasti ada, dapur biasanya punya CCTV yang gunanya untuk pengelolaan bahan-bahan pembuatan roti.
Dengan keyakinan itu, Woo Seok meminta pak polisi untuk menyita rekaman CCTV toko roti itu tapi pak polisi menolak melakukannya karena untuk mengeluarkan surat penyitaan butuh waktu lama. Karena Soo In adalah mantan narapidana, jadi situasi sama sekali tidak berpihak pada Soo In. Karena itulah, pak polisi punya ide lain untuk menyelesaikan masalah ini dengan lebih cepat yaitu membayar uang damai pada korban.
Saat Woo Seok pulang, dia sudah ditunggu Bok Nyeo yang sengaja menunggunya karena dia sudah menyiapkan makan malam untuk Woo Seok. Tapi Woo Seok dari mana barusan? tanya Bok Nyeo.
"Tolong jangan terkejut. Moon Soo In-ssi sekarang ini sedang di kantor polisi jadi saya kesana untuk melihatnya"
"Apa? Soo In di kantor polisi? Apa maksudmu?" Bok Nyeo kaget
Di sel tahanannya, Soo In tersenyum tipis saat dia teringat dengan percakapannya dengan Woo Seok sebelum Woo Seok pulang tadi. Waktu itu Woo seok meyakinkannya untuk tidak cemas dan ia berjanji akan mengurus masalah ini secepat mungkin. Sebagai seorang mantan gurunya Soo In, Woo Seok percaya pada Soo In. Woo Seok yakin kalau Soo In tidak bersalah.
Bok Nyeo shock mendengar Soo In dituduh mencuri. Itu adalah tuduhan palsu yang dituduhkan pada putrinya yang tidak bersalah. Woo Seok tahu itu, dia juga punya keyakinan yang sama dengan Bok Nyeo. Bok Nyeo tidak mau tinggal diam saja, dia mau pergi menemui Soo In sekarang juga. Tapi Woo Seok langsung melarangnya dan meminta Bok Nyeo istirahat saja sekarang karena waktu menjenguk tahanan sudah berakhir sekarang.
"Ini tidak adil. Apa yang harus kita lakukan, ayahnya Byeol?" Bok Nyeo panik
Woo Seok berencana untuk menemui korban di rumah sakit besok pagi. Woo Seok meyakinkan Bok Nyeo untuk tidak cemas, dia yakin tidak akan terjadi sesuatu yang buruk.
Di keluarga Ma, Tae San pulang sambil tersenyum senang, dia senang karena presentasinya Woo Seok sangat hebat, dia senang karena Woo Seok bisa membaca pasar dengan cukup tajam dan Woo Seok juga punya pola pikir bisnis yang sangat kuat. Menurutnya bakat Woo Seok sangat sayang kalau cuma dipakai didapur saja.
"Apa mungkin kau berpikir untuk menjadikan Woo Seok menantu keduamu?" tanya Aeng Ran
"Anak muda jaman sekarang tidak mendengarkan perkataan orang tua mereka" Tae San tidak menyangkal
"Maksudmu kau akan membiarkan mereka menikah?"
"Kita tidak perlu buru-buru, sebaiknya kita pikirkan pelan-pelan saja"
Aeng Ran tampaknya tidak menyukai hal itu, maka dia pun berusaha membujuk Tae San supaya mereka menjodohkan Joo Hee dengan putra keluarga konglomerat saja. Tae San langsung senang dengan ide Aeng Ran itu, dia tidak menyangka kalau Aeng Ran ternyata peduli pada Joo Hee, karenanya dia langsung menggenggam tangan Aeng Ran dengan penuh rasa terima kasih. Aeng Ran membalas senyumannya walaupun sebenarnya dia terlihat cemas.
Saat keluar kamar, Aeng Ran melihat Joo Ran minum-minum sendirian. Aeng Ran tahu kalau Joo Ran tidak suka dengan Woo Seok, maka dengan sengaja dia memanasi Joo Ran dengan memberitahukan bahwa Tae San ingin menjodohkan Joo Hee dengan Woo Seok. Joo Ran langsung shock, kenapa Tae San malah memilih pria yang sudah punya anak untuk jadi suaminya Joo Hee?
Dengan kesal, dia langsung pergi untuk mengkonfrontasi Tae San tentang masalah ini. Joo Ran kesal pada Tae San, kenapa Tae San menjodohkan Joo Hee dengan pria yang sudah punya anak padahal Do Jin saja dia jodohkan dengan putrinya Samwon Retail.
"Apa Joo Hee dan aku bukan anak ayah? Apa ayah mengabaikan kami berdua seperti yang ayah lakukan pada ibu kami?"
"Apa maksudmu mengabaikan? Beraninya kau mengatakan itu pada ayahmu?" Tae San kesal
"Kalau ayah tidak mengabaikan kami, lalu apa? Apa ayah mengurung kami? Ayah tidak bisa melakukan ini pada kami. Ayah sudah tersihir oleh rubah putih karena itulah ayah tidak peduli pada kami dan hanya peduli pada Do Jin. Sekarang ini ayah sudah mengkhianati ibu dua kali, apa ayah tahu itu?"
Won Jae langsung berlari untuk menghentikan Joo Ran dan meminta maaf pada Tae San. Tapi Joo Ran tidak peduli, dia ngotot kalau dia harus menyelesaikan masalah ini sekarang juga. Takut Tae San tambah marah, Won Jae dan salah seorang pelayan langsung menyeretnya menjauh dari sana.
Tepat saat itu, Joo Hee pulang dan langsung kebingungan dengan keributan ini. Saat dia menanyakannya pada Tae San, Tae San berterus terang kalau dia tidak keberatan jika Joo Hee pacaran dengan Woo Seok, Tae San menyukai kepribadian dan kemampuan Woo Seok.
Joo Hee tentu saja langsung tersenyum senang walaupun dia bingung kenapa Tae San tiba-tiba berkata seperti itu. Tae San berkata bahwa dia mengatakan hal ini supaya Joo Hee tidak perlu lagi menjaga jarak dengan Woo Seok karena dia tidak akan menentang hubungan mereka.
Setelah Tae San pergi, Aeng Ran mengucapkan selamat untuk Joo Hee. Sekarang setelah Joo Hee mendapat persetujuan Tae San, Joo Hee pasti merasa telah menyeberangi gunung yang tinggi. Tapi sebagai orang yang lebih tua, Aeng Ran juga punya sebuah nasehat untuk Joo Hee.
"Aku harus menghadapi bukit setelah melewati gunung yang tinggi itu"
"Apa maksudmu?"
"Hidup tidak selamanya berjalan sesuai harapanmu. Itulah maksudku"
Joo Hee lalu menelepon Woo Seok. Joo Hee beralasan kalau dia menelepon untuk mengucapkan terima kasih pada Woo Seok karena presentasi Woo Seok tadi sangat bagus.
Keesokan harinya di asrama, Poong Geum ingin sarapan tapi saat dia membuka rice cooker ternyata rice cookernya kosong, bukan cuma nasinya yang tidak ada bahkan pancinya pun tidak ada. Pengurus asrama langsung kesal, ini pasti ulahnya penghuni kamar sebelahnya Poong Geum, Tak Wol Han.
"Wow, nama yang sangat Tak Wol Han (Tak Wol Han artinya hebat)!" sindir Poong Geum kesal "Dia tidak hanya membuat keributan sepanjang malam dengan video dewasa, tapi sekarang dia juga menggunakan rice cooker asrama untuk keperluan pribadinya? Dia benar-benar musuh masyarakat!"
Di kamarya, Wol Han sedang makan sepanci nasi seorang diri saat Poong Geum mencoba mendobrak pintu kamarnya yang terkunci dan ngomel-ngomel memarahinya karena mengambil nasi dan pancinya yang seharusnya digunakan untuk seluruh penghuni asrama.
"Apa pedulimu aku membawanya ke kamarku atau tidak?" protes Wol Han
"Seharusnya aku menghadapi orang semacam kau bukan cuma dengan bicara saja" seru Poong Geum
"Kalau kau tidak menghadapiku dengan bicara, lalu apa yang akan kau lakukan?" tantang Wol Han
Dengan kesal, Poong Geum menendang-nendang pintu kamar Wol Han dan memerintahkan Wol Han untuk buka pintu. Tapi tentu saja Wol Han tidak mau membuka pintunya. Malas meladeninya, Wol Han memutuskan untuk mengabaikannya saja dan menelepon Poong Geum.
Di luar, Poong Geum berteriak-teriak kesal karena Wol Han tetap tidak mau membuka pintunya. Tapi tiba-tiba saja dia mendapat telepon dari 'Do Jin'. Poong Geum pun langsung cepat-cepat masuk ke kamarnya dan mengubah nada suaranya jadi lebih centil saat mengangkat teleponnya.
Wol Han mengajak Poong Geum untuk bertemu malam ini untuk nonton musikal bersama, tapi Poong Geum menolak dengan alasan ada janji. Poong Geum berbohong mengatakan kalau dia akan pergi menemui teman yang tinggal bersamanya di New York. (aslinya dia mau bertemu Bok Nyeo, Soo In dan Mi Oh)
Sementara itu, Mi Oh memutuskan untuk keluar dari panti asuhan bersama Kang Ddang untuk pergi ke Seoul dan mencari pekerjaan disana.
Bok Nyeo terburu-buru ke kantor polisi untuk menjenguk Soo In. Mereka berkaca-kaca dengan penuh haru saat mereka bertemu. Bok Nyeo menangis menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menjemput Soo In waktu dia dibebaskan, seandainya waktu itu dia menjemput Soo In mungkin perkara ini tidak akan penah terjadi.
"Ini bukan salah ibu, ini salahku yang terlalu mudah mempercayai orang asing. Kurasa aku masih saja bodoh bahkan setelah apa yang kualami 2 tahun yang lalu" tangis Soon In
Bok Nyeo meyakinkan Soo In untuk tidak cemas, mungkin sebentar lagi mereka akan mendengar kabar baik karena ayahnya Byeol saat ini pergi menemui bosnya Soo In. Saat Soo In tidak tahu siapa itu 'ayahnya Byeol', Bok Nyeo pun langsung menjelaskan kalau ayahnya Byeol adalah Woo Seok.
Woo Seok menjenguk bosnya Soo In di rumah sakit. Bosnya Soo In tampak baik-baik saja, bahkan makan dengan lahap. Tapi saat Woo Seok datang dia langsung pura-pura mengeluhkan kepalanya yang diperban. Saat Woo Seok mengatakan alasan kedatangannya bahwa dia datang meminta si bos menarik tuntutannya pada Soo In, si bos bersikeras mengklaim kalau dirinya adalah korban dan tidak mau menarik tuntutannya.
"Aku sudah bicara dengan dokter. Dia bilang hasil pemeriksaanmu kesehatanmu normal tapi kau bersikeras kalau kau kesakitan dan meminta pemeriksaan ulang" ujar Woo Seok
"Aku hampir mati. Tidak seharusnya kau bicara seperti itu!" teriak si bos
"Wanita manapun yang diintimidasi akan bereaksi seperti itu untuk membela dirinya sendiri. Kau yang membuat masalah" ujar Woo Seok kesal
Si bos tetap tidak terima dan terus ngotot menuduh Soo In merayunya lalu berusaha mencuri uangnya di kasir. Kesal dengan si bos, Woo Seok langsung mencengkeram baju si bos dan memperingatkan si bos untuk mengakui saja kesalahannya dan menyelesaikan kasus ini. Kalau si bos tetap bersikeras memperkarakan kasus ini maka Woo Seok akan menyewa seorang pengacara dan menuntut si bos melakukan tuduhan palsu. Si bos akhirnya menyuruh Woo Seok membawa sejumlah uang tunai sebagai ganti rugi, baru setelah itu dia mau menarik tuntutannya.
Woo Seok lalu pulang dan menceritakan tuntutan si bos. Bok Nyeo sangat kaget mendengar jumlah uang yang diminta si bos, tapi dia juga tidak mau melihat Soo In masuk ke penjara lagi. Bok Nyeo pun langsung menyerahkan buku tabungannya pada Woo Seok untuk menuruti keinginan si bos. Tapi Woo Seok langsung mengembalikannya karena dia tidak bisa membiarkan Bok Nyeo menyerahkan uang tabungannya selama dia dipenjara hanya untuk si bos itu. Woo Seok memutuskan untuk membantu Soo In dengan menggunakan uangnya sendiri.
Pada saat yang bersamaan, Poong Geum akhirnya menemukan toko laundry tuan Park. Dia tidak menyangka sesampainya disana dia mengetahui banyak hal, bahwa Bok Nyeo hidup bersama tuan Park dan Woo Seok adalah menantunya tuan Park. Poong Geum lebih terkejut lagi saat Bok Nyeo memberitahunya tentang kasus yang dialami Soo In.
Woo Seok pergi ke bank untuk menarik uang tabungannya sementara itu Poong Geum, Bok Nyeo dan tuan Park mendatangi toko roti bosnya Soo In. Poong Geum membawa mereka ke sana untuk mencari bukti. Dia menggunakan keahliannya membuka pintu toko itu dengan sebuah alat khusus, sebuah perbuatan ilegal yang membuat tuan Park langsung melotot panik. Tapi Poong Geum dan Bok Nyeo sama sekali tidak peduli karena kasus ini akan lama selesainya kalau mereka menunggu investigasi polisi.
Tuan Park semakin bertambah panik saat Poong Geum akhirnya menemukan recorder CCTV-nya dan Bok Nyeo langsung menghantam alat itu dengan sepatunya supaya alat itu terbuka dan mereka bisa menemukan memorinya. (lucu banget lihat reaksinya tuan Park heheee...)
Setelah mendapatkan uangnya, Woo Seok langsung membawanya ke si bos beserta surat perjanjian. Tapi baru selesai tanda tangan, Poong Geum and the gang datang dan langsung menunjukkan rekaman video yang menunjukkan si bos berusaha memeluk Soo In dengan paksa.
Dengan bukti video itu, Bok Nyeo langsung merebut kembali uangnya Woo Seok. Saat si bos menuduh mereka pencuri, Poong Geum langsung menantang si bos untuk melaporkan saja mereka ke polisi biar polisi menginvestigasi siapa yang bersalah dalam kasus ini. Ancaman Poong Geum itu sukses membuat si bos terdiam kalah.
Si bos akhirnya menarik tuntutannya dan Soo In pun dibebaskan. Saat dia keluar, dia langsung menangis dan meminta maaf pada Bok Nyeo dan Poong Geum karena membuat mereka cemas. Saat dia tidak mengenali tuan Park, Poong Geum langsung memperkenalkannya pada Soo In sebagai 'ayah' mereka. (heeee...)
Woo Seok memaksa si bos meminta maaf pada Soo In. Si bos mengucapkan kata maaf, tapi ucapannya terdengar tidak tulus. Poong Geum tidak terima dengan permintaan maaf si bos yang tidak tulus itu, maka dia pun langsung menyuruh Bok Nyeo mengambil posisi.
Bok Nyeo dengan patuh, mengeluarkan sebuah kue tart lalu memposisikannya dihadapan si bos. Poong Geum langsung menarik tangan Soo In dan meletakkannya ke belakang kepala si bos lalu mendorong kepala si bos tepat ke arah kue tart (hahaha). Marah, si bos langsung mengayunkan tangannya untuk menampar Soo In. Tapi Woo Seok dengan sigap berhasil mencegahnya. Si bos akhirnya pergi sambil menggerutu kesal.
Bok Nyeo dan Soo In berterima kasih atas semua bantuan mereka dan berjanji akan berkunjung kapan-kapan untuk berterima kasih secara resmi. Ketiga wanita itu lalu cepat-cepat pergi menjemput Mi Oh di terminal bis.
Tuan Park benar-benar tercengang melihat ketiga wanita itu "Apa wanita-wanita ini tidak takut pada apapun?"
"Aku melihat lebih dari cukup selama setahun aku mengajar membuat kue. Jadi sekarang aku tidak terlalu terkejut" ujar Woo Seok
"Kau tahu, orang bilang 3 wanita bisa membuat sebuah pasar. Tapi aku pasti sudah gila" ujar tuan Park yang masih tercengang dengan ketiga wanita itu.
"Bukan pasar kalau berhubungan dengan ketiga wanita itu, tapi medan perang" kata Woo Seok
"Ngomong-ngomong, aku cukup terkejut denganmu hari ini"
"Aku?"
"Kau memberikan uang sebanyak itu tanpa ragu-ragu sama sekali. Sejujurnya, aku merasa tersentuh"
"Aku mengerti keadaan Soo In. Jadi aku tidak bisa mengabaikannya. Mereka semua kan murid-muridku"
Woo Seok tiba-tiba ditelepon Joo Hee karena ada masalah di kantor, Woo Seok pun langsung cepat-cepat pergi. Shinhwa sedang mengalami masalah karena para pegawai bagian produksi pabrik melakukan boikot.
Boikot ini terjadi karena sistem produksi roti di pabrik dan di hotel berbeda. Di pabrik, semua roti diproduksi dengan menggunakan mesin sementara di hotel roti dibuat dengan tangan. Terlebih lagi, yang mengkepalai proyek baru ini adalah pegawai dari pihak hotel dan bukannya dari pihak pabrik. Tae San pun langsung memutuskan untuk mengangkat Woo Seok sebagai ketua tim bagian produksi di kantor pusat. Woo Seok keberatan dengan keputusan dadakan ini, tapi Tae San tidak mau menerima penolakan Woo Seok karena Shinhwa sedang menghadapi krisis saat ini.
1 Comments
Episode 10
ReplyDeleteBelum ada
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam