Frost (sepertinya dia belum tahu kalau Sung Hyun adalah pelaku penanaman ingatan palsu) menceritakan tentang kasus penanaman ingatan palsu pada Sung Hyun, eksperimen yang pernah dilakukan oleh Dr. Elizabeth Loftus. Sung Hyun berakting dengan sangat baik, berpura-pura terkejut kasus ini. "Memalsukan ingatan seseorang dan membuat orang itu bunuh diri. Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" tanya Sung Hyun
"Karena itulah pekerjaanku. Menganalisa psikologi manusia dan mencari tahu penyebab permasalahan mereka" jawab Frost
Dengan senyum bangga, Sung Hyun memuji kehebatan si pelaku eksperimen penanaman ingatan palsu. Tapi Frost tidak sependapat, menurutnya si pelaku sama sekali tidak hebat. Si pelaku itu cuma seorang 'Ilmuwan Gila' yang menggunakan manusia untuk percobaan. Memperlakukan manusia sebagai alat yang bisa dikontrol adalah sebuah tindakan sok berani. Sung Hyun tampak sangat tersinggung dengan hinaan Frost.
Percakapan mereka terpotong oleh kedatangan Sung Ah yang mengabari Frost bahwa dia barusan mendapat telepon dari detektif Nam yang mengatakan bahwa Sung Hui dan Ho Chul menelepon nomor yang sama sebelum mereka melakukan pembunuhan. Frost pun langsung cepat-cepat pamit pada Sung Hyun.
Walaupun detektif Nam yang menelepon mereka dan menyuruh mereka untuk segara datang ke kantor polisi. Tapi sesampainya di sana, detektif Nam malah tidak ada. Detektif Cha memberitahu bahwa detektif Nam pergi karena adalah masalah penting.
Detektif Park lalu memberitahu mereka bahwa mereka juga sudah menemukan hubungan antara kedua korban. 22 tahun yang lalu, No Jin Soo dan Kim Sang Dong pernah terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan. Dalam kasus itu, No Jin Soo adalah salah satu saksi mata sementara Kim Sang Dong adalah detektif yang menangani kasus itu.
Pembunuhan itu terjadi sekitar tahun 1993 di sebuah tempat istirahat di jalan tol. Pria bernama Park Gyu Hwan menusuk istrinya sendiri demi mendapatkan uang asuransi sang istri. Park Gyu Hwan adalah seorang dokter yang memiliki hutang untuk membangun rumah sakit. Tapi dia mengalami kesulitan keuangan dan tidak mampu membayar hutangnya.
Dia ditangkap saat dia berusaha melarikan diri. Saat ditangkap, tangan Park Gyu Hwan penuh dengan darah tapi dia mengklaim kalau dia tidak membunuh istrinya dan dia berlari bukan untuk melarikan diri tapi mengejar si pelaku. Park Gyu Hwan terus bersikeras mengklaim kalau dia tidak bersalah dan semua saksi mata salah lihat.
Gara-gara masalah itu, seorang psikolog ditugaskan untuk melakukan analisa psikologi pada para saksi dan tersangka. Dan psikolog yang ditugaskan dalam kasus itu adalah Cheon Sang Won. Frost dan Sung Ah langsung kaget mendengarnya.
Song Sun menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Sang Won karena dia sudah memutuskan untuk menerima tawaran Sung Hyun, karena dia ingin membantu anak-anak di sekolah itu. Sung Hyun tidak mau menerima surat pengunduran diri itu, tapi Song Sun tetap teguh dengan keputusannya lalu pamit pergi.
Sang Won langsung menelepon Sung Hyun dan menuduh Sung Hyun telah melakukan sesuatu pada Song Sun. Tapi Sung Hyun langsung menyangkalnya.
"Kau pikir aku akan diam saja?!" teriak Sang Won
"Entahlah. Aku penasaran, apa yang bisa kau lakukan?" ejek Sung Hyun
Di kantor konseling, Frost sedang memikirkan siapa orang yang punya dendam pada kedua korban? Dari copy data kasus pembunuhan Park Gyu Hwan, Frost mengetahui bawha keesokan harinya setelah hakim menjatuhkan vonis hukuman penjara seumur hidup padanya, Park Gyu Hwan bunuh diri dan meninggalkan seorang putra bernama Park Dong Hui. Selama persidangan, Dong Hui adalah satu-satunya orang yang membela ayahnya.
Frost lalu melaporkan kasus ini pada Sang Won. Kedua pelaku adalah orang-orang yang pernah kehilangan keluarga mereka. Si pelaku penanaman ingatan palsu memanfaatkan kemarahan kedua orang itu dan memalsukan ingatan mereka untuk membuat kedua orang itu melakukan pembunuhan. Kasus ini bukan sekedar eksperimen penanaman ingatan palsu belaka, si pelaku memang sudah mentarget siapa saja orang yang ingin dibunuhnya.
Jika dalam kasus bunuh diri waktu itu sasarannya adalah orang-orang tunawisma yang sering datang ke penampungan. Dalam kasus kali ini, sasarannya adalah orang-orang yang terkait dengan kasus pembunuhan Park Gyu Hwan. Frost menduga, mungkin pelakunya adalah Park Dong Hui.
Detektif Nam ternyata pergi ke divisi informasi lagi, dimana rekannya menemukan info lainnya tentang Sung Hyun. 6 bulan yang lalu Sung Hyun kembali ke Korea untuk menghadiri suatu pertemuan. Dia lalu menyerahkan sebuah foto yang memperlihatkan Sung Hyun sedang melakukan grup konseling, Sung Hui dan Ho Chul adalah anggota dalam grup konseling itu.
Setelah mendapat informasi itu, detektif Nam seorang diri mendatangi Sung Hyun di sekolahnya untuk menkonfrontasi Sung Hyun tentang eksperimen yang Sung Hyun lakukan. (Aargh! detektif Nam kenapa mengkonfrontasi ni orang sendirian, perasaanku ga enak)
Keesokan harinya, seseorang sedang mengawasi dan mengikuti Sang Won yang pergi sendirian ke sebuah rumah sakit untuk mencari informasi tentang Park Gyu Hwan dan anaknya Park Dong Hui. Sang Won merasakan kehadiran orang yang mengikutinya itu tapi orang itu berhasil menyembunyikan dirinya dengan baik.
Pada saat yang bersamaan, Frost mengajak Sung Ah untuk pergi mencari informasi tentang Park Dong Hui. Sung Ah cemas, jangan-jangan profesor Cheon yang akan jadi sasaran selanjutnya.
Bersama detektif Park mereka mencari informasi ke sekolahnya Dong Hui dulu. Disana mereka mendapat informasi kalau Dong Hui pindah sekolah setelah ayahnya meninggal dan perwaliannya diserahkan pada bibinya. Mereka langsung mendatangi rumah bibinya Dong Hui. Tapi sang bibi memberitahu mereka kalau Dong Hui sudah meninggalkan rumahnya sejak lama.
Detektif Park tiba-tiba mendapat telepon penting dari detektif Cha yang memberitahukan kabar tidak enak. Bahwa detektif Cha tidak bisa ditemukan dimana-mana, mereka bahkan tidak bisa melacak GPS ponselnya karena ponselnya dimatikan dan yang lebih mengkhawatirkan adalah pistolnya detektif Nam juga tidak ada.
Mereka kembali ke kantor polisi dimana detektif Cha menemukan file kasus tabrak lari seorang gadis remaja. Frost lah satu-satunya yang tahu kalau file kasus itu adalah file kasus kematian putrinya detektif Nam. Cemas, detektif Park langsung memerintahkan detektif Cha untuk melacak keberadaan mobilnya detektif Nam.
Sung Hyun membeli lilin aroma dan meminta pada penjual untuk membungkus lilin itu dengan korek api yang dia bawa sendiri.
"Jaman sekarang, orang-orang sudah jarang memakai korek api" ujar penjual
"Ada ingatan berhubungan dengan korek api" jawab Sung Hyun sambil teringat apa yang pernah dilakukannya pada Frost dulu.
Flashback, Sung Hyun remaja ternyata pernah menghipnotis Frost kecil dengan menggunakan sebuah korek api. Dalam hipnotisnya, Sung Hyun menyuruh Frost untuk mengingat kenangan masa lalunya dari apa yang dia katakan pada Frost. (Oh my, jadi Frost juga korban penanaman ingatan palsu)
Kembali ke masa kini, Song Sun sedang mengambil barang-barangnya di kantor saat dia kedatangan tamu kejutan, ayahnya (anggota dewan yang pernah bertemu dengan Sung Hyun untuk menjadi sponsor proyeknya Sung Hyun). Ayahnya datang karena cemas setelah dia mendengar kalau Song Sun sudah menyerahkan surat pengunduran diri. Tapi Song Sun meyakinkan ayahnya untuk tidak mencemaskannya.
Ayahnya akhirnya menerima keputusan Song Sun. Tapi setelah dia melihat Song Sun pergi bersama Sung Hyun, dia langsung menyuruh anak buahnya untuk menyelidiki segala sesuatu tentang Sung Hyun. Kecemasan ayahnya Song Sun ternyata karena dia pernah bertemu dengan Sang Won yang memperingatkannya tentang Sung Hyun.
Frost dan Sung Ah kembali ke kantor konseling. Sung Ah bertanya-tanya, apakah detektif Nam pergi menangkap pelakunya. Tapi Frost tidak yakin karena jika detektif Nam sudah menemukan pelakunya maka detektif Nam pasti menghubunginya.
Sung Ah menemukan sebuah paket berisi lilin aroma dan korek api di mejanya. Sementara Frost sibuk merenung, Sung Ah menyalakan korek apinya. Saat Frost melihat nyala apinya, saat itu pula Frost langsung mengingat masa lalunya.
Flashback, Pada hari kejadian itu, Frost bersama ayah dan ibunya sedang berkunjung ke rumah Sang Won. Sementara Frost sibuk membaca buku-buku psikologi milik Sang Won, Sang Won dan ayahnya Frost sibuk membicarakannya. Sang Won menyarankan ayahnya Frost untuk mengetes kemampuan otak Frost. Tapi ayahnya Frost menolak karena Frost masih kecil dan dia hanya ingin Frost seperti anak-anak biasa yang bermain tanpa beban dan tumbuh seperti anak-anak biasa.
Sang Won masih merasa terganggu atas kasus Park Gyu Hwan walaupun kasus itu sudah ditutup sejak setahun yang lalu. Karena Sang Won masih tidak yakin apakah Gyu Hwan memang bersalah atau tidak. Dia cemas, mungkin penyataannya di pengadilan telah membuat orang yang tidak bersalah, dijatuhi hukuman secara tidak adil.
Frost dan keluarganya kemudian pergi liburan dengan meminjam mobilnya Sang Won. Frost mengajak Sang Won ikut tapi Sang Won tidak bisa pergi dengan alasan sibuk. Awalnya perjalanan itu berjalan cukup baik, tapi ditengah-tengah jalan ternyata mobil itu bermasalah, remnya blong. Dan saat ayahnya Frost hendak menghindari sebuah truk, mobil itu terpental dengan sangat keras. Ibunya Frost meninggal seketika, ayahnya Frost sekarat sebelum akhirnya menyusul sang istri sementara Frost terluka parah.
Saat Frost dihipnotis, Sung Hyun menanamankan ingatan palsu kedalam otak Frost bahwa orang yang mengeluarkan Frost dari mobil itu adalah orang yang membunuh orang tuanya. Dan orang yang mengeluarkannya dari mobil adalah Sang Won.
Kembali ke masa kini, Frost langsung berkeringat dingin mengingat masa lalunya (yang dipalsukan Sung Hyun). Saat itu pula, di wajah Frost muncul emosi penuh amarah.
Sementara itu, orang yang sedari tadi mengikuti Sang Won ternyata detektif Nam (sudah kuduga detektif Nam juga akan jadi korban >.<). Saat Sang Won pulang, detektif Nam langsung menodongkan pistol padanya dan menuduhnya sebagai pelaku tabrak lari yang telah membunuh putrinya.
Pada saat yang bersamaan, Sung Hyun sedang menikmati makan malam bersama Song Sun. Song Sun merasa hari ini Sung Hyun tampak sangat bahagia. Dengan senyum lebar Sung Hyun membenarkannya, hari ini suasana hatinya memang sedang sangat baik.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam