Sinopsis Who Rules The World Episode 16

Rintangan terakhir yang harus mereka hadapi adalah permainan catur, Lan Xi yang mengajukan diri untuk melakukan rintangan tersebut, namun ternyata itu bukan catur biasa.

Begitu dia meletakkan pionnya di papan, seketika itu pula pikirannya memasuki alam bawah sadarnya di mana dia harus menaklukkan rintangan melawan banyak sosok dirinya sendiri, dan melepaskan belenggu rasa bersalahnya atas kematian ibunya.

Bagian yang pertama mudah saja, karena tentu saja, hanya kita yang paling mengenal diri kita sendiri. Bagian yang terakhir itu cukup sulit, namun untungnya dia dengan cepat berhasil mengatasinya dengan kebijakan dan kematangan pikirannya untuk berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas kematian ibunya.


Ujian terakhirnya adalah memutuskan 3000 utas benang yang merupakan representasi dari setiap permasalahan yang membelenggu kehidupannya. Dia harus memutus semua utas benang itu jika dia ingin keluar dari rintangan yang satu ini. 

Lan Xi tanpa ragu memutus semua benang itu... kecuali satu, benang hubungannya dengan Bai. Dia benar-benar tidak bisa melepaskan yang satu ini.

Pilihannya itu membuat fisiknya menjadi semakin melemah yang jelas saja membuat Bai cemas hingga dia tanpa ragu menghancurkan papan catur itu dan Lan Xi pun tersadar.

Interaksi dan kepedulian kedua orang itu pada satu sama lain, benar-benar menarik perhatian Master Taiyin. Dia akhirnya membuka pintu masuk dan membiarkan mereka berhadapan langsung dengannya.

Dia heran dan penasaran kenapa mereka malah menolak Ajaran Lanyin dan Biyue padahal semua pendekar di dunia ini ingin sekali mendapatkannya. Apakah mereka meremehkan ilmu bela dirinya?

Bai dan Lan Xi menyangkal. Bukannya mereka meremehkan, hanya saja tujuan utama mereka datang kemari bukan demi mendapatkan Ajaran Lanyin dan Biyue. Tujuan utama Bai datang ke gunung ini hanya untuk mencari dan menyelamatkan gurunya, sedangkan tujuan Lan Xi datang kemari adalah mencari dan menyelamatkan Bai. Tentu saja mereka akan senang jika berhasil mendapatkan ajaran tersebut, tapi jika tidak pun tidak mengapa.

Master Taiyin suka mendengar jawaban mereka, dia memberitahu mereka bahwa walaupun dia sendiri yang menciptakan Ajaran Lanyin dan Biyue, namun dia tidak pernah bisa mencapai level tertinggi. Seberapa tinggi level yang bisa mereka capai, itu tergantung diri mereka sendiri.

Saat Master Taiyin memberikan ajaran itu pada mereka (Ajaran Lanyin pada Lan Xi dan Ajaran Biyue pada Bai), Lan Xi tiba-tiba kehilangan akal sehatnya hingga dia lupa pada Bai dan langsung menyerangnya.

Master Taiyin menyuruh Bai untuk menyelamatkan Lan Xi dengan menggunakan tenaga dalam Biyue dan menotok empat titik fatal tubuh Lan Xi untuk menyadarkannya kembali. Bai langsung melakukannya tanpa ragu, bahkan sekalipun cara ini mengancam keselamatan nyawanya sendiri. 

Sama seperti Lan Xi yang tidak bisa dan tidak mau melepaskan Bai, Bai pun sama. Dia rela mengorbankan nyawanya sendiri daripada harus kehilangan Lan Xi, dan usahanya berbuah manis, Lan Xi kembali pulih dan sadar dengan cepat. Dan Lan Xi pun langsung menyalurkan kembali tenaga dalamnya ke Bai untuk memulihkan tenaga Bai.

Pengorbanan mereka demi satu sama lain inilah yang akhirnya membuat mereka berhasil menguasai Ajaran Lanyin dan Biyue. Master Taiyin pun baru sadar setelah melihat mereka tentang kenapa selama ini dia tidak pernah bisa mencapai level tertinggi dalam Ajaran Lanyin dan Biyue.

Untuk bisa menyempurnakan kedua ajaran itu, maka dua orang harus sangat dekat, rela berkorban demi satu sama lain, rela saling memberi dan saling bergantung pada satu sama lain.

Karena ajaran Lanyin dan Biyue sudah diturunkan pada mereka, Master Taiyin pun memberikan peta Negara Dong pada Lan Xi. Dan untuk Bai, Master Taiyin memberinya bunga Lanyin dan Biyue yang dia budidayakan sendiri. 

Bunga itu sangat langka dan hanya mekar sekali dalam beberapa dekade. Bunga ini mungkin akan sangat membantu mereka jika suatu hari mereka berada di persimpangan antara hidup dan mati.

Setelah memberikan kedua pusaka berharganya pada mereka, Master Taiyin pun menyuruh mereka pergi. Dia sendiri pun, harus pergi selama-lamanya, ajalnya sudah tiba sekarang.


Tepat setelah muridnya Master Taiyin mengantarkan mereka keluar, mereka mendengar gunung itu hancur. Muridnya Master Taiyin memberitahu mereka bahwa gurunya memang memilih gunung ini sebagai makamnya. Lan Xi dan Bai pun memberikan penghormatan terakhir mereka padanya.

Berkat keberhasilan mereka, para pendekar yang lain pun akhirnya bisa keluar dari gunung itu... termasuk Wu Yuan, si pengkhianat muka dua itu. Dialah sebenarnya orang yang membangkitkan kembali Sekte Duanhun, dan Ketua Sekte Duan Hun adalah anak buahnya.

Begitu keluar dari gunung itu, dia langsung mengirim Sekte Duanhun untuk menyerang para pendekar. Dia sendiri menemui muridnya Master Taiyin yang saat itu sudah berpisah dari Lan Xi dan Bai, dan langsung menginterogasinya tentang apakah Bai yang mendapatkan ajaran Lanyin dan Biyue.

Saat muridnya Master Taiyin menolak memberitahu, Wu Yuan langsung menyerangnya dengan jurus Tapak Penghancur Hati. Dari jurus inilah si murid langsung sadar bahwa Wu Yuan adalah keturunan Qiongqiong yang seharusnya sudah musnah semuanya. Terlepas dari ancaman Wu Yuan, si murid tetap keukeuh tutup mulut dan akhirnya meninggal dunia di tangan Wu Yuan.

Dengan muka tanpa dosa, Wu Yuan pura-pura tak sengaja bertemu Lan Xi dan Bai di tengah jalan dan memberitahu mereka tentang perkelahian para pendekar dengan Sekte Duanhun.

Cemas, Bai dan Lanxi langsung pergi menyelamatkan para pendekar itu, dan berhasil mengalahkan Sekte Duanhun dengan menggunakan Ajaran Lanyin dan Biyue yang barusan mereka pelajari tanpa sedikitpun menyadari bahwa Wu Yuan diam-diam menyaksikan dan menyadari bahwa mereka berdualah yang mendapatkan ajaran itu.

Akibat pertarungan itu, Guru Bai jadi terluka. Huang Chao ingin mentraktir semua pendekar setelah berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Namun Lan Xi dengan cepat dan secara sepihak menolak undangan Huang Chao untuk Bai dan Sekte Tianshuang dengan alasan bahwa tempat ini lebih dekat dengan Yongzhou. Dengan keadaan Guru Bai yang sekarang terluka, lebih baik jika dia mereka tinggal sementara waktu di Yongzhou sampai Guru sembuh.

Di Yongzhou keesokan harinya, para anak buahnya Lan Xi sedang kebingungan karena Lan Xi masih juga belum kembali sampai sekarang, padahal sebentar lagi rapat istana sudah dimulai. Jelas saja Raja langsung penasaran menanyakan keberadaan Lan Xi.

Pihak lawan jelas langsung memanfaatkan momen ini untuk menyerang dan menjelek-jelekkan Lan Xi. Namun tak lama kemudian, Lan Xi datang dengan membawa persembahan besar... peta Negara Dong asli buatan Master Taiyin.

Dia beralasan bahwa dia terlambat datang karena dia dipanggil Master Taiyin. Dia berbohong bahwa waktu dia tenggelam, Master Taiyin-lah yang menyelamatkannya, Master Taiyin pula yang menyembuhkan penyakitnya dan mengajarinya sedikit ilmu bela diri. Makanya sebelum Master Taiyin meninggal dunia, beliau mewariskan peta Negara Dong ini padanya.

Untungnya Raja percaya dan jela saja Raja sangat senang menerima hadiah yang begitu berharga. Karena itulah, ia langsung memberi hadiah besar atas kontribusi besar Lan Xi pada negara.

Tiba-tiba datang seorang utusan dari Istana Kekaisaran yang datang membawa titah dari Kaisar yang memerintahkan Raja untuk mengadakan upacara persembahan untuk mengenang mendiang Ratu Yige pada hari ulang tahun mendiang Ratu Yige.

Yang tidak mereka ketahui, sebenarnya ini adalah perbuatan Lan Xi yang meminta bantuan Qi Wu untuk menghubungi Istana Kekaisaran, sengaja dia lakukan ini untuk balas dendam pada Ratu Baili, sekaligus agar dia punya alasan agar Raja membangun altar yang layak untuk mendiang Ratu Yige.


Pastinya Ratu Baili juga harus hadir, tapi dia ogah dan langsung mencoba berakting sakit di hadapan Raja biar dia tidak perlu menghadiri acara itu, tapi Raja sama sekali tidak memahami isyaratnya, sehingga Ratu Baili terpaksa harus tetap hadir.

Bersambung ke episode 17

Post a Comment

0 Comments