Sinopsis Ruler: Master of the Mask Episode 2



Hwa Gun dengan santainya memerintahkan Lee Sun untuk memindahkan bunga yang ditunjuknya kedalam pot, sama sekali tak tahu kalau dia sedang bicara dengan Sang Putera Mahkota. Lee Sun cuma bisa bengong saking kagetnya.

Kasimnya Lee Sun, Chun Soo, tiba-tiba memanggilnya dari depan dan berkata kalau dia akan masuk. Panik, Lee Sun pun langsung menyeret Hwa Gun bersembunyi dibalik tiang dan menutup mulutnya. Masih juga belum menyadari dia siapa, Hwa Gun langsung mengeluarkan tusuk yang disembunyikannya di lengan baju dan menusuk leher Lee Sun.

Lee Sun kontan merintih lirih, berusaha menahan rasa sakitnya. Hwa Gun berusaha memberontak, tapi Lee Sun terus menahannya dan mengisyaratkannya untuk tidak bergerak. Saat mata mereka bertemu beberapa saat, Hwa Gun tampak terpesona padanya dan buru-buru mengalihkan tatapannya.

Chun Soo terus memanggilnya sambil merem, tapi saat belum mendapat jawaban juga, dia memberanikan diri membuka matanya tapi malah mendapati tempat itu kosong. Chun Soo pun akhirnya pergi. Saat akhirnya Lee Sun melepaskannya, Hwa Gun mendorongnya dengan panik dan keluar.


Tak ayal para pengawal yang berjaga di depan pintu, langsung menghunus pedang padanya. Dayang yang tadi, melihat kejadian itu dan langsung pergi melaporkannya ke Ratu. Lee Sun yang sudah memakai jubahnya dan topengnya, keluar lewat pintu belakang dan langsung menghunus pedang ke Hwa Gun dan melabraknya.

Ratu datang saat itu. Lee Sun memberitahunya kalau Hwa Gun tadi masuk kedalam ruangannya jadi dia harus menanyainya. Ratu dengan tenang memberitahu kalau dialah yang mengundang gadis ini ke istana dan beralasan kalau Hwa Gun pasti tersesat karena tidak hafal lingkungan istana.

"Tolong maafkanlah kesalahannya demi aku."


Lee Sun mengabulkannya, tapi dia memperingatkan Hwa Gun untuk tidak memberitahu siapapun tentang apapun yang dia lihat didalam sana. Lee Sun lega saat mereka berjalan pergi. Tapi Hwa Gun masih sempat berbalik dan melihat darah di leher Lee Sun yang dia tusuk tadi. Saat itulah dia menyadari si pria tampan tadi adalah Putera Mahkota.

Dia masih terus memikirkan Putera Mahkota yang ternyata berwajah tampan itu sampai malam tiba sambil cengengesan. Dia lalu menusuk lehernya sendiri dan membuat luka yang sama seperti yang dibuatnya di leher Lee Sun tadi. Seorang pelayannya lalu memanggilnya untuk menghadap Dae Mok.


Dia mengaku kalau tadi Ratu menanyakan pendapatnya tentang apakah dia tertarik menjadi kandidat Puteri Mahkota atau tidak. Dae Mok sudah bisa menduga kalau Hwa Gun pasti menjawab tidak. Tapi yang tidak disangkanya, Hwa Gun malah berkata kalau dia ingin menjadi Puteri Mahkota.

Hwa Gun tampak tak suka mendengarnya. Sambil meletakkan gelas berisi air dan daun teh, ia mengingatkan Hwa Gun akan apa yang pernah dia katakan. "Jika gelas ini perumpamaan Joseon maka airnya adalah rakyat, dan daun teh yang mengambang adalah raja. Kita harus menjadi pemilik gelas dan bukannya daun teh di dalamnya."

"Aku tahu, itu karena daun teh mudah diganti. Tapi kakek... apa aku sungguh tidak boleh menjadi Puteri Mahkota?"

"Aku penasaran, apa alasanmu tertarik pada Putera Mahkota yang selalu memakai topeng itu?"

"Mungkin saja rumor ia buruk rupa itu tidak benar. Mungkin sebenarnya dia tampan? Apa Kakek pernah melihat wajah Putera Mahkota?"


Dae Mok sontak curiga, apa Hwa Gun sudah melihat wajah Putera Mahkota. Hwa Gun langsung canggung sesaat teringat pada ancaman Lee Sun tadi. Dia menyangkalnya dan beralasan kalau dia cuma penasaran saja.

Dae Mok menerima jawabannya walaupun sepertinya dia tidak begitu mempercayainya. Setelah Hwa Gun pergi, Dae Mok langsung memanggil seorang anak buahnya yang bernama Gon.


Kepala Prajurit Lee mendatangi suatu tempat di luar istana dan Gon mengawasinya dari atas atap rumah terdekat. Di tempat itu, ada seorang pemuda seumuran Lee Sun. Saat Kepala Prajurit Lee menanyakan namanya, pria itu mengaku dengan kepala tegak dan penuh percaya diri kalau dia adalah Putera Mahkota Lee Sun.


Pada saat yang bersamaan, Gon menghadap Dae Mok dan Kepala Prajurit Lee menghadap Raja. kepala Prajurit Lee melapor bahwa ia sudah menyiapkan pengganti Putera Mahkota, Raja memerintahkannya untuk bersiap karena mereka tak tahu kapan Kelompok Pyunsoo akan bergerak.

Sementara Gon melapor bahwa Kepala Prajurit lee menyembunyikan seorang anak lelaki di suatu tempat. Dae Mok pun memerintahkan Gon untuk mencari tahu siapa anak itu.



Lee Sun akhirnya menemukan buku yang cari-carinya di perpus istana sambil teringat percakapannya dengan Gurunya waktu itu bahwa Woo Bo akan menjawab semua pertanyaan jika diberi hadiah sebuah buku langka. Yakin kalau buku itu cuma ada satu di Joseon, Lee Sun pun membawanya pergi.

Tapi perhatiannya tertarik saat dia melihat sebuah pot bunga di meja yang didalamnya terselip sebatang bambu. Dia hampir saja membuka bambu itu saat Raja tiba-tiba menerobos masuk dan langsung marah-marah padanya dan merebut bambu itu darinya. Lee Sun sampai kaget sendiri mendengar kemarahan Raja dan akhirnya hanya bisa meminta maaf dengan terbata-bata.

"Pergi dan bersiaplah untuk ritual hujan besok," perintah Raja. Lee Sun sudah mau protes, tapi pada akhirnya mengurungkan niatnya dan pergi.


Keesokan harinya, Rakyat sudah bersujud di pinggir jalan saat rombongan Raja dan Putera Mahkota lewat. Tapi sepanjang jalan, mereka bisa mendengar para penduduk yang kasak-kusuk menggosipkan wajah Putera Mahkota yang mereka yakini buruk rupa hingga dia harus memakai topeng.

Mereka bahkan menuduhnya sebagai penyebab kemarau berkepanjangan ini karena sejak dia lahir, musim kemarau jadi berlangsung lebih panjang. Ini kutukan. Seorang anak kecil bahkan langsung menangis ketakutan saat dia melihat topengnya. Tak tahan lagi mendengar semua itu, Lee Sun pun langsung mempercepat laju kudanya.


Saat hendak ganti baju sebelum ritual di Balai Ritual Kerajaan, Lee Sun tiba-tiba memojokkan Chun Soo dan menyuruh Chun Soo untuk melepaskan bajunya. Dia melepaskan jubah kebesarannya lalu memerintahkan Chun Soo untuk memakainya.

Chun Soo kontan berlutut ketakutan. Apalagi Lee Sun malah melepaskan topengnya dan menyuruhnya memakai topeng ini, Chun Soo langsung memejamkan matanya rapat-rapat sambil gemetaran menyatakan kalau dia tidak melihat apapun.

"Benar. Tutup saja matamu seperti biasanya. Jika sampai kau buka, kau akan melihat wajahku. Lalu kau pasti akan dibunuh," ujar Lee Sun sambil memakaikan topengnya di wajah Chun Soo yang masih merem.


Dae Mok rapat bersama para pengikutnya dan memberitahu mereka kalau raja menyembunyikan anak bernama Lee Sun. Apa ada diantara mereka yang pernah melihat wajah putera Mahkota Lee Sun? Seorang pejabat curiga, jangan-jangan Raja sengaja membuat Putera Mahkota memakai topeng untuk menipu mereka.

"Bukankah itu artinya Raja belum menyerah melawan kita?" timpal Wakil Perdana Menteri.

"Tuan Dae Mok, sebelum mereka melakukan sesuatu lebih jauh. Mari kita buat Putera Mahkota bergabung bersama mereka," usul seorang anggoa lainnya.

Berniat membuat Putera Mahkota bergabung kedalam kelompok mereka, Dae Mok pun memerintahkan mereka untuk mengepung Balai Ritual Kerajaan hingga Putera Mahkota tidak bisa melarikan diri. Bahkan sekalipun dia kabur, mereka harus tetap membawanya kemari hidup-hidup.

Dia juga memerintahkan Wakil Perdana Menteri untuk memperhatikan pergerakan pengawal kerajaan. Dan menyuruh Menteri Perang untuk melaporkan seluruh rencana Raja kepadanya. "Lakukan segala cara. Pastikan membawa Putera Mahkota ke hadapanku."


Malam harinya, Lee Sun yang menyamar dengan memakai pakaian kasim, sukses keluar melewati tembok Balai Ritual Kerajaan. Dia langsung melepaskan baju kasimnya lalu pergi, berniat mencari Woo Bo yang tinggal di perbasatan Desa Seoso.

Dia pergi tepat saat beberapa menteri bawahan Dae Mok datang dengan membawa rombongan pengawal masing-masing yang langsung bergerak mengepung tempat itu.


Di kamarnya, Raja lagi-lagi mendapati kiriman sebatang bambu di sebuah pot bunga. Dalam pesannya, Dae Mok memberitahu kalau dia memutuskan untuk memajukan hari bergabungnya Putera Mahkota. Raja kontan cemas menyadari Dae Mok mungkin sudah menyadari rencana mereka.

Kepala Prajurit Lee tak yakin mengingat hanya orang di lingkaran dekat Raja yang mengetahui rencana mereka. Tapi tetap saja Raja tak bisa tenang dan memerintahkan Kepala Prajurit Lee untuk mempercepat rencana mereka.


Raja langsung pergi menemui Lee Sun tapi setibanya di sana, dia malah mendapati Putera Mahkota sedang  memejamkan matanya rapat-rapat sambil komat-kamit ketakutan. "Hamba tidak melihatnya. Hamba tidak melihat wajah Putera Mahkota."

Keheranan, Raja langsung mencopot topengnya tapi malah shock mendapati dia adalah Chun Soo. Dimana Putera Mahkota? Chun Soo langsung berlutut, dia sungguh tak tahu kemana perginya Putera Mahkota. Raja langsung murka, "Dimaan dia sebenarnya?!"


Lee Sun dengan santainya menguap di tengah pasar. Saat akhirnya dia menyadari dimana dia berada, dia kontan menutup mukanya dengan panik. Seorang pria tak sengaja menubruknya. Tapi pria tidak mengenalinya malah mengomelinya karena dia tidak lihat jalan.


Seorang gadis muda, Han Ga Eun, tengah memetik bunga saat seorang wanita memanggilnya dengan panik karena putra wanita itu sakit. Ga Eun tampaknya mengerti obat-obatan, setelah memeriksa kondisi anak itu dan mengendusi tumbuhan yang dimakannya, dia mendiagnosis kalau anak ini memakan tumbuhan beracun.


Dia meyakinkan sang ibu untuk tidak cemas, ikut saja dengannya ke pasar. Anak ini akan sembuh setelah meminum penawar racun. Tapi wanita itu tidak punya cukup uang. Tak perlu cemas, Ga Eun yang baik hati punya uang tabungan untuk membantunya. Sang Ibu pun kontan mengucap terima kasih berulang kali.


Menyadari dirinya tak dikenali, Lee Sun pun mulai menjelajahi pasar dan antusias melihat-lihat segala sesuatu yang baru pertama kali dilihatnya. Dia bahkan tersenyum malu-malu saat mendapat tatapan menggoda dari dua orang gisaeng yang tertarik padanya. Secara bersamaan, Ga Eun juga di sana bersama wanita tadi dan mereka saling berpapasan jalan.


Seorang anak buahnya Dae Mok, Jo Tae Ho, mengomeli para pekerjanya karena dia merasa dirugikan oleh orang-orang yang mencuri air dari mereka dan memperingatkan mereka tidak membiarkan orang-orang mencuri airnya atau gaji mereka akan dipotong.

Salah satu pekerja yang diomelinya adalah seorang pemuda rakyat jelata yang nantinya akan kita kenal memiliki nama yang sama dengan Putera Mahkota, Lee Sun. (Err... dia belum diperkenalkan sebenarnya, jadi aku nggak tahu apakah namanya aslinya dia memang Lee Sun atau baru nanti dia akan memakai nama Lee Sun).

Tae Ho memerintahkan Lee Sun untuk menangkap si pencuri, maka dia akan memberi bonus untuknya. Dan singkirkan semua orang yang mempermasalahkan harga air.

Saat Lee Sun keluar, Ayahnya langsung mengomelinya dan memperingatkannya untuk tidak terlibat masalah. Malas mendengarkan omelan Ayahnya, Lee Sun dengan dinginnya menyuruh Ayah untuk memikirkan dirinya sendiri saja.

Setelah menjelajahi bagian elit pasar, Putera Mahkota tak sengaja lewat di daerah kumuh dan langsung tercengang mendapati apa yang dilihatnya di sana. Rakyat menderita kelaparan, kehausan dan kedinginan. Seorang anak muncul dari pojokan, tampak begitu pucat dan kehausan.


Saat Lee Sun dan yang lain membuka sumur, rakyat langsung antri untuk membeli air. Tanpa mengetahui apapun, Putera Mahkota menggendong anak itu ke sana. Anak itupun langsung nyerobot antrian dan meminum semangkok air.


Putera Mahkota meminta pengertian orang-orang yang sedang antri untuk mendahulukan anak ini, dia kehausan. Tapi kemudian Lee Sun (bukan putera mahkota, yah) malah menagih uang darinya untuk air anak itu. Ketakutan, anak itupun langsung kabur.

Putera Mahkota jelas bingung disuruh bayar hanya untuk air. Lee Sun tetap menuntutnya untuk membayar, 3 nyang untuk satu timba, tapi dia hanya akan menuntut bayaran 1 nyang saja untuk yang diminum anak tadi.

"Tiga nyang untuk satu timba?" Putera Mahkota tak percaya mendengarnya.

Dia langsung tanya pada salah seorang pengantri air, berapa pendapatan mereka per hari. 10 nyang, jawab salah seorang pria. Putera Mahkota jelas langsung memprotes harga air yang sangat tidak masuk akal itu. Lee Sun dengan sinisnya menyuruh Putera Mahkota untuk mencari air di tempat lain saja kalau menurutnya harga air di sini terlalu mahal.


Seorang pria yang sudah kesal pada mereka, langsung angkat bicara melabrak Lee Sun. Air menjadi mahal gara-gara orang arogan seperti dia. Lee Sun tak peduli dan terus menuntut uangnya. Tak tahan lagi melihatnya, pria itu langsung mendorong Lee Sun dan yang lain sontak menghajarnya.

Putera Mahkota panik berusaha menghentikan mereka, tapi keadaan sudah sangat kacau dan tak ada seorangpun yang mendengarnya. Lee Sun yang kesal, langsung mendamprat mereka, mengatai mereka pengecut yang takut pada Departemen Pengadaan Air dan membuat pria itu jadi makin kesal.

Pria itu pun langsung menghancurkan timba sumur itu. Seorang petugas langsung mengayunkan tongkat untuk menghajarnya, tapi pria itu berhasil mengambil alih tongkatnya. Tapi saat dia hendak balas dendam, Putera Mahkota mencegahnya tepat waktu dan mengambil tongkat itu darinya.


Gara-gara keributan itu, yang lain langsung memanfaatkan keadaan dan rebutan mengambil air. Putera Mahkota menghentikan kekacauan ini, tapi tak ada seorangpun yang mendengarkannya. Dia benar-benar tak percaya melihat semua ini.

"Mereka tidak berkelahi karena beras, tapi demi air?"



Tepat saat itu juga, Tae Ho memacu kudanya dengan cepat ke arah Putera Mahkota dan menembakkan anak panah padanya. Panah itu melesat ke arah jantungnya, tapi untunglah panah itu hanya menancap ke ke buku yang dibawanya. Putera Mahkota buru-buru melepaskan anak panahnya dan kabur.

Pada saat yang bersamaan, Ga Eun baru saja keluar dari toko obat dan memberikan obatnya pada si ibu. Tepat setelah si ibu pergi, Ga Eun melihat keributan di sana.

Putera Mahkota berusaha melarikan diri secepat mungkin saat tiba-tiba saja dia tak sengaja menubruk seorang pedagang. Dia langsung oleng dan hampir saja terjatuh... tapi Ga Eun sigap menangkapnya.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments