Sinopsis My Unfortunate Boyfriend Episode 10


Keesokan harinya, Ji Na baru pulang dan langsung menggerutu, menyesali ciumannya dengan Tae Woon semalam. Dia bahkan langsung mengomeli dirinya sendiri karena mencium Tae Woon setelah Hee Chul menyatakan perasaannya padanya.


Mal Sook mendengar gerutuannya dan jadi heran. Dia langsung menginterogasi kemana Ji Na semalam, apa dia bersama pria. Ji Na langsung tersedak, berarti benar dia bersama pria semalam. Lalu sejauh mana sudah hubungan mereka. Ji Na berusaha menyangkal dan meyakinkan Mal Sook kalau mereka tidak melakukan apapun seperti yang Mal Sook pikirkan.

"Tidak melakukan apapun? Jika kau bersama pria tapi tidak terjadi apapun, berarti ada yang tidak beres dengan dirimu. Kau pasti sangat amat tidak menarik sampai seorang pria tidak melakukan apapun" kata Mal Sook

"Pria itu, bukan pria semacam itu"

Mal Sook tidak puas dengan jawaban Ji Na dan terus berceloteh membahas betapa tidak masuk akalnya masalah ini "Setidaknya, kalian berdua harusnya berciuman"

Ji Na lagi-lagi langsung tersedak, berarti benar mereka semalam berciuman. Kalau mereka berciuman, itu berarti mereka sepasang kekasih. Ji Na menyangkalnya dan pura-pura meremehkan arti sebuah ciuman "Apa masalahnya dengan sebuah ciuman. Jaman sekarang anak-anak kecil berkeliaran sambil saling berciuman"


Ji Na cepat-cepat mengalihkan topik membahas tentang pacarnya Mal Sook yang pengangguran dan mengolok-olok Mal Sook karena mencintai pria semacam itu "Memangnya cinta bisa membuat perutmu kenyang"

"Cewek matre sepertimu, tidak akan pernah mengerti cinta"

"Lebih baik jadi matre daripada jadi orang bodoh sepertimu"

"Kalau begitu kutanya kau. Apa arti pria itu bagimu?" tanya Mal Sook. Ji Na bingung bagaimana harus menjawabnya dan akhirnya hanya berkata kalau pria itu cuma seorang pria yang malang.


Hari itu juga, Ji Na kedatangan tamu yang tak disangka-sangka, ibunya. Ji Na shock dari mana ibunya tahu alamatnya di Seoul. Hmm... pasti Mal Sook pelakunya.

Mereka berdua langsung keluar dan tampak jelas hubungan Ji Na dan ibunya sangat canggung. Malah Mal Sook yang sikapnya jauh lebih sopan dan menyambut kedatangan ibu dengan senang hati.


Saat suaminya menelepon, Ibu sedikit berbohong dan memberitahunya bahwa Ji Na sangat senang menyambut kedatangannya bahkan menanyakan kenapa ayah tidak ikut datang.


Bukannya mengundang ibunya masuk rumah, Ji Na malah mengajak Ibu untuk makan di luar. Ibu ingin tahu perusahaan besar tempat Ji Na bekerja. Tapi Ji Na enggan memberitahu dan berkata kalau dia masih pegawai magang. Dia berjanji akan memberitahu ibu jika nanti dia sudah resmi jadi pegawai tetap.

"Baiklah, kau pasti bekerja dengan baik. Ibu percaya padamu"

Ji Na berusaha meredakan kecanggungan diantara mereka dengan mengajak ibu bersulang soju. Ibu bertanya-tanya apakah Ji Na sudah punya pacar sekarang. Ji Na menyangkalnya dan beralasan kalau dia sangat sibuk sampai tidak punya waktu pacaran.

Ibu heran memang apa salahnya kalau dia pacaran, wajar kalau wanita muda seperti Ji Na pacaran. Ji Na bertanya-tanya pria seperti apa yang ibu inginkan sebagai pacarnya.

"Hmm... pria cakap dan kaya"

"Iya kan?"

"Bercanda, pria yang baik hati saja. Yang paling penting dalam hidup bukanlah otak, tapi hati"


Tae Woon sedang sangat amat bahagia sampai-sampai dia tidur sangat amat nyenyak dan tidak mau bangun. Man Soo sampai harus menepukinya hingga Tae Woon akhirnya mau bangun. Dan begitu melihat jam, Tae Woon langsung shock menyadari dia ketiduran sampai siang.

Man Soo heran melihat sikap Tae Woon yang tidak biasa ini dan langsung curiga, Tae Woon pasti sedang jatuh cinta. Saking yakinnya, dia langsung berceloteh panjang lebar tentang cinta dan efek biologisnya pada tubuh.


Setelah makan siang, Ji Na mengantarkan ibunya yang hendak pulang. Sebelum berpisah, Ibu memberikan seamplop uang untuk Ji Na dan bersikeras memaksa Ji Na menerimanya saat Ji Na menolak. Ibu memberitahunya bahwa uang itu adalah uang saku dari ayahnya.

Ayah tidak berani ikut karena takut membuat Ji Na marah. Tapi sesungguhnya, ayah sangat merindukan Ji Na. Bahkan setiap hari ayah selalu memandangi foto Ji Na. Ji Na akhirnya menerima uang itu dan menangis haru setelah ibu pergi.


Tae Woon berusaha menghubungi Ji Na tapi tidak diangkat. Man Soo masih sangat yakin kalau Tae Woon dan Ji Na melakukan sesuatu semalam tapi Tae Woon melakukan kesalahan besar setelahnya makanya sekarang Ji Na mengabaikan teleponnya Tae Woon. (Padahal Ji Na tidak menjawab teleponnya karena saat itu dia tengah menangis haru menatap uang pemberian ayahnya).

Dan karena itulah, Man Soo menyarankan agar Tae Woon memperbaiki kesalahannya dengan melakukan sesuatu yang istimewa untuk Ji Na. Misalnya dengan balon dan konfeti. Man Soo meyakinkan Tae Woon untuk melakukan nasehatnya yang dia jamin pasti akan sukses.


Hee Chul baru saja selesai berolahraga saat orang suruhan Senator Jung datang dan menyerahkan laporan medisnya Ketua IM yang ternyata didiagnosis menderita Lou Gehrig (kelumpuhan syaraf), bahkan sekarang Ketua IM sudah mulai menunjukkan gejala kesulitan bergerak.


Ji Na masih kesal pada Mal Sook. Tapi Mal Sook berusaha meredakan kemarahannya dengan menawarinya snack, soju dan meminta maaf setulus hati. Tapi dia melakukan itu karena ibunya Ji Na sangat mencemaskan putrinya "Tapi, rasanya menyenangkan kan bertemu ibumu lagi?"

"Menyenangkan? Aku malah marah"

Karena melihat kedatangan ibunya malah membuat Ji Na berpikir untuk bisa sukses. Mal Sook menasehati Ji Na untuk tidak terlalu perhitungan. Sebagai anak, jauh lebih baik untuk bersikap baik pada orang tua. Menjadi sukses mungkin tidak mudah. Tapi berbakti pada orang tua itu tidak sulit.

Bagaimana pun Ji Na masih jauh lebih baik daripada dirinya yang kedua orang tuanya bercerai lalu masing-masing menikah lagi dan sekarang dia bahkan sulit untuk bertemu mereka berdua. Dulu dia sama seperti Ji Na, benci pada kedua orang tuanya. Tapi sekarang dia menyadari kalau dia tidak pernah berbakti pada mereka.


"Kau pasti terlahir jadi orang baik. Itu terlalu sulit bagiku" kata Ji Na

"Kau pikir jadi orang baik itu gampang? Kau harus berusaha"

Tapi Ji Na tidak mau jadi orang baik. Kedua orang tuanya adalah orang baik dan apa hasilnya? Hidup mereka cuma begitu-begitu saja. Ji Na bertekad untuk orang sukses yang bisa membuat orang lain iri padanya. Berbeda dengan Ji Na, Mal Sook hanya ingin hidup tenang dan puas dengan menjadi dirinya sendiri.


Tae Woon mulai memakai MP3 pemberian Ji Na dan berpikir kalau dia harus memberikan hadiah balasan. Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk merekam sebuah lagu jadul (pakai kaset jadul) sebagai hadiah balasan untuk Ji Na.

Dia lalu membuat adonan kue dan menghias rumahnya dengan balon-balon dan segala macam peralatan lainnya sesuai saran Man Soo. Keesokan paginya, Tae Woon sudah sangat antusias menanti-nanti kedatangan Ji Na.


Tapi Ji Na langsung masuk kantor hari ini, sesuai perintah Hee Chul yang kemarin melarangnya mengambil bunga dari Tae Woon. Ji Na bertemu salah satu sunbaenya di depan lift. Sunbae heran karena melihat Ji Na tidak membawa bunga seperti biasanya.

Hee Chul datang tepat saat itu juga dan menyuruh Si sunbae untuk memberikan tugas Ji Na yang satu itu pada orang lain saja. Tapi sedetik kemudian, dia berubah pikiran dan memerintahkan agar sebaiknya mereka tidak usah lagi mengambil bunga tiap pagi.

Setelah Si sunbae pergi, Hee Chul memberitahu Ji Na bahwa dia ada urusan siang ini, jadi dia tidak akan bisa ikut meeting dan berharap agar Ji Na bisa melakukan presentasinya dengan baik walaupun dia tidak ada. Tapi dia meminta Ji Na untuk mengosongkan waktu nanti malam agar mereka punya waktu bersama. Dan Ji Na langsung mengiyakannya sambil tersenyum malu-malu.


Ketua IM menolak saran dokter untuk dirawat di rumah sakit dan lebih memilih beristirahat di villanya. Sekretarisnya datang tak lama kemudian dan Ketua IM langsung menuntut Si sekretaris untuk menyerahkan resumenya Ji Na. Tapi anehnya, Si sekretaris agak ragu. Ketua IM terus menuntut bahkan langsung merebut tabletnya Si sekretaris.


Meeting dimulai dengan presentasi dari Ji Na dengan topik 'daur ulang kenangan', kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari Hye Mi dengan topik 'komunikasi'. Tim Ji Na mengedepankan pembuatan berbagai peralatan dari bahan-bahan alami. Sementara Tim Hye Mi mengedepankan pembuatan tempat yang bisa dikunjungi oleh semua kalangan dengan menyediakan berbagai fasilitas untuk semua kalangan.


Kali ini, Tim Hye Mi lah pemenangnya, para direktur menyukai ide komunikasinya Hye Mi. Semua rekan timnya langsung memuji-muji Hye Mi dan Hye Mi pun tidak lupa untuk berterima kasih pada rekan-rekan timnya. Rekan-rekan timnya ingin merayakan kesuksesan mereka.

Tapi sayangnya, Hye Mi terpaksa harus mengecewakan mereka karena dia sudah ada janji hari ini. Dia tidak bilang bahwa janji yang dimaksudnya adalah janji dengan Hee Chul yang dulu pernah berjanji akan mentraktirnya kalau Hye Mi sukses di presentasi selanjutnya.


Ji Na meminta maaf pada rekan-rekan timnya atas kekalahan mereka. Manager Choi ingin mereka minum-minum malam ini, tapi Ji Na tidak bisa karena sudah ada janji. Waduh! Ji Na juga ada janji sama Hee Chul. Rekan-rekannya curiga, jangan-jangan Ji Na punya pacar, jangan-jangan pacarnya Ji Na adalah Tuan Malang. Ji Na langsung menyangkalnya. Tapi semakin dia ngotot, kedua rekan timnya malah semakin yakin dengan dugaan mereka.


Sekretarisnya Ketua IM berhasil mendapatkan resume digitalnya Ji Na plus rekaman pembuatan iklan dadakan dengan menggunakan Tae Woon sebagai modelnya saat Ji Na interview kerja dulu. Anehnya, Si sekretaris terus gelisah. Apalagi saat Ketua Im hendak membawa riwayat keluarganya Ji Na. Dan kecemasannya cukup beralasan, karena begitu Ketua melihat profil kedua orang tua Ji Na, Ketua langsung shock.

Flashback,


Dulu, pernah ada sebuah proyek besar yang ditangani IM. Tapi ada masalah dengan proyek itu dan adiknya ketua ingin mereka menghentikan proyek ini agar mereka tidak merugikan klien mereka. Tapi Ketua IM menolak dan ngotot untuk meneruskan proyek cacat itu karena dia tidak mau merugikan perusahaan mereka sendiri.

Kembali ke masa kini,


Entah apa yang terjadi setelah itu, tapi kenangan itu membuat Ketua IM tegang dan langsung beranjak bangkit untuk menemui ayahnya Ji Na. Sekretaris mencegahnya dan mengingatkannya kalau ayahnya Ji Na tidak akan mau menemuinya, jadi percuma dia pergi. Lagipula selama ini Ketua sudah melakukan berbagai macam cara untuk meminta maaf pada ayahnya Ji Na tapi tetap saja ayahnya Ji Na tidak mau menerima maafnya.

"Dulu, aku meminta maaf hanya demi kebaikanku sendiri. Tapi kali ini aku harus pergi untuk mengurai takdir kami yang berbelit"


Hee Chul, Senator Jung dan beberapa pemegang saham, makan malam bersama sambil bersuka cita merayakan penyakit Lou Gehrig yang menggerogoti tubuh Ketua IM. Memang, Tae Woon itu tidak berguna. Tapi Ketua IM masih memiliki Direktur Ma yang tidak bisa diremehkan. Mereka jadi penasaran, apa rencana Hee Chul untuk menghadapi Tae Woon.

"Jika anda mempercayai saya dan membiarkan saya mengerjakannya sendiri maka saya akan mengurusnya" ujar Hee Chul bijak.


Hye Mi melihat Hee Chul kembali ke kantor dan langsung menyusulnya. Hye Mi memberitahunya kalau timnya menang kali ini. Hee Chul tampak tidak antusias sama sekali, dia bahkan baru memberi ucapan selamat setelah Hye Mi memintanya untuk mengucapkan selamat.

Didalam laporan proyeknya, Hee Chul menemukan sebuah tiket opera. Hye Mi mengingatkan Hee Chul akan janjinya bahwa mereka akan kencan jika dia menang. Hee Chul hendak memberitahu Hye Mi bahwa dia ada janji lain malam ini. Tapi belum sempat mengatakan apapun, sekretarisnya Hee Chul masuk dan Hye Mi pun langsung pergi.


Hye Mi lalu pergi ke atap dimana dia mendapati Ji Na sedang mengomeli dirinya sendiri karena kalah. Hye Mi mengingatkannya bahwa mereka masih punya satu proyek terakhir dan proyek terakhir itulah yang akan menentukan pemenang yang sesungguhnya.

Kedua wanita membahas bagaimana sejak awal takdir membuat hubungan mereka jadi rumit. Seandainya saja mereka tidak harus bersaing memperebutkan hal-hal yang sama, maka mereka berdua pasti bisa jadi rekan kerja yang baik.

"Siapapun yang berhasil pada akhirnya nanti, sebaiknya kita minum soju bersama setelah magang usai" usul Hye Mi

Hye Mi sudah dengar kalau malam ini Ji Na ada janji. Dia jadi penasaran dengan siapa? Apa dengan Tuan Malang? Ji Na tidak enak memberitahu yang sebenarnya dan akhirnya berbohong dengan mengiyakan pertanyaan Ji Na.


Malam harinya, Hye Mi dengan antusias menunggu Hee Chul di lobi teater. Sayangnya, bahkan sampai semua penonton sudah masuk, Hee Chul tidak muncul-muncul. Sms dari Hee Chul datang tak lama kemudian. Tapi dalam smsnya, Hee Chul meminta maaf karena tidak bisa datang dengan alasan ada meeting.


Saat itu, Hee Chul sudah pergi bersama Ji Na. Hee Chul bertanya-tanya apa yang biasanya dilakukan orang saat kencan pertama. Ji Na berkata makan malam dan nonton film, tapi jawaban itu sendiri malah mengingatkannya akan kencannya bersama Tae Woon dulu.


Hye Mi berusaha menelepon Hee Chul tapi Hee Chul tidak mengangkat teleponnya. Tiba-tiba dia teringat kalau Ji Na juga ada janji malam ini dan langsung curiga jangan-jangan janji Ji Na, bukan dengan Tuan Malang. Dengan kecurigaan itu, Hye Mi pun langsung pergi.


Hee Chul berkata kalau dia ingin membawa Ji Na ke suatu tempat yang dari dulu ingin dikunjunginya bersama orang yang disukainya. Di tengah jalan, tiba-tiba dia menggenggam tangan Ji Na lalu menghentikan mobilnya dan menarik Ji Na mendekat padanya.


Tae Woon masih setia menunggu kedatangan Ji Na sepanjang hari bahkan sampai malam tiba. Penantiannya akhirnya berakhir saat dia mendengar pintu terbuka dan seseorang masuk. Tanpa melihat siapa yang datang, Tae Woon langsung melompat keluar dari persembunyiannya dan melempar konfeti ke arah Hye Mi sambil meneriakkan nama Ji Na berulang kali.


Hee Chul menarik Ji Na mendekat lalu menciumnya mesra. Sementara Tae Woon tercengang menyadari bahwa orang yang disorakinya bukan Ji Na.

Post a Comment

0 Comments