Jae In dan Tae Ha hendak pergi ke restoran hotel. Tapi di sana, Jae In melihat Da Hyun sedang kencan buta lagi. Melihat apa yang Jae In lihat, Tae Ha bertanya haruskah mereka pergi ke tempat lain. Jae In setuju, mereka bisa canggung jika bertemu.
Di luar, Tae Ha menghadang langkah Jae In. Dia memanggil Jae In dengan sebutan sepupu, tapi Jae In mengingatkannya untuk memanggilnya Hyung. Tae Ha langsung menggerutu, Jae In kan cuma lebih tua tujuh bulan darinya. Tapi pada akhirnya dia menurut dan memanggil Jae In sebagai Hyung.
"Ini pertama kalinya aku melihatmu perhatian pada seseorang" komentar Tae Ha
"Aku punya hutang untuk dibayar pada wanita itu" ujar Jae In
Tae Ha lalu pergi menemui Hyun Jin dan memberitahunya kalau dia sudah berusaha sebisa mungkin. Hyun Jin langsung menggerutu kesal mengumpati Jae In dan mengatainya si bodoh keras kepala.
"Tapi hyung-ku... ehm, maksudku sepupu... berusaha keras untuk menahan diri"
"Apa dia benar-benar sudah tidak punya perasaan pada Da Hyun lagi?" desah Hyun Jin.
Tapi bagaimana pun dia berterima kasih pada Tae Ha untuk usahanya hari ini. Sepertinya cinta Jae In pada Da Hyun tidak sebesar yang dia kira. Tapi dipikir-pikir, mungkin itu yang terbaik. Dengan begini Da Hyun bisa bertemu pria lain yang lebih baik tanpa penyesalan.
Karena dia sudah berusaha apa yang dia bisa, Tae Ha meminta Hyun Jin untuk tidak menyebarkan masalah kontrak ataupun masalah penculikan pada media. Jika sampai itu terjadi maka Hyun Jin harus bertanggung jawab. Dia memperingatkan Hyun Jin bahwa sepupunya adalah orang yang menakutkan.
Pfft! Ternyata itu toh cara Hyun Jin membuat Tae Ha mau membantunya, dengan mengancam. hehe. Tapi Hyun Jin malah mengaku kalau dia sebenarnya tidak ada niat melakukan itu karena membocorkan masalah itu ke media hanya akan berpengaruh buruk untuk Da Hyun.
"Jadi, maksudmu, kau menipuku? Sudah cukup buruk kau mengancamku"
Hyun Jin dengan santainya menepuk dada Tae Ha dan menyangkal kalau dia mengancam Tae Ha. Dia beralasan kalau dia hanya sedikit putus asa saja. Dia lalu pergi, meninggalkan Tae Ha yang tampak gelisah memegangi dadanya yang barusan ditepuk Hyun Jin.
Jae In tidak bisa konsen dengan pekerjaannya. Berniat melupakan Da Hyun, dia melepaskan gantungan kunci pemberian Da Hyun dari kunci mobilnya. Dia juga berniat untuk menghapus foto Da Hyun dari ponselnya, tapi ragu dan akhirnya membatalkannya.
Dia lalu dipanggil untuk meeting. Tapi sepanjang rapat, dia terus melamun hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri rapatnya sampai di sini dan membuat para pegawainya terheran-heran.
Da Hyun diantarkan pulang oleh teman kencannya tak lama kemudian. Saat pria itu bertanya apakah dia boleh menghubungi Da Hyun lagi, Da Hyun menggenggam kalung pemberian Jae In dan mengiyakan permintaan pria itu.
Tapi saat Da Hyun naik ke apartemennya, dia mendapati Jae In sudah ada di sana menunggunya. Dia mengabaikan Jae In saat Jae In bertanya apakah dia menyukai pria itu? Karena itukah dia mengizinkan pria itu untuk menghubunginya lagi?
"Dia orang yang baik. Sekarang saatnya bagiku untuk bertemu orang lain agar aku bisa menikah dan..."
Jae In langsung menghentikannya dengan menarik Da Hyun kedalam pelukannya "Jangan membicarakan pria lain."
Da Hyun langsung melepaskan diri dengan kesal dan mengingatkan Jae In bahwa ini bukan urusan Jae In. Tapi Jae In langsung menarik Da Hyun kembali dan menciumnya.
"Jika kau tidak bisa menanggungnya, DaDa, aku juga tidak bisa. Kau harus berhenti dari pekerjaanmu di sekolah. Akan selalu ada penjagaan di sekitarmu. Dan akan ada puluhan reporter yang akan menganggumu setiap waktu. Aku juga tidak bisa bersamamu setiap hari seperti pria lain. Ibuku akan memihakku tapi mungkin dia akan kejam padamu. Tapi kau bisa mengabaikan pendapat orang lain. Kau mungkin tidak akan bisa melakukan apapun untukku. Apa kau tidak masalah dengan itu?"
"Bagaimana... bagaimana bisa aku tidak masalah dengan semua itu?"
"Bagaimanapun berusahalah. Lakukan untukku sekali saja. Aku akan baik padamu nanti, saat kita tua"
"Tidak ada yang berubah diantara kita. Jadi, bisakah kita memulai segalanya kembali?"
"Kau yakin tidak ada yang berubah? Baguslah, kalau begitu. Aku ingin menikah denganmu"
Tapi Da Hyun ragu, dia tidak punya kepercayaan diri untuk menjawab iya. Jae In sempat melihat Da Hyun masih memakai kalungnya sebelum Da Hyun masuk ke rumahnya. Menyandarkan dirinya di pintu, Da Hyun memegangi kalungnya dan mengatai Jae In pria jahat.
"Aku hampir melupakan segalanya tentang dia. Aku berusaha untuk melupakannya jadi kenapa dia datang kemari sekarang? Dia mau aku bagaimana?"
Saat Da Hyun hendak pulang dari sekolah, Dia melihat Jae In sedang menunggunya di depan. dia berusaha mengacuhkan Jae In tapi Jae In menghadangnya dan menuntun Da Hyun untuk pergi bersamanya. Saat Da Hyun berusaha melawan, dia langsung mengancam akan menyeret Da Hyun hingga Da Hyun akhirnya menyerah.
Dalam perjalanan, Jae In bertanya apakah dia berkencan dengan pria lain. Da Hyun bilang tidak, Jae In pun lega mendengarnya, dia juga tidak berkencan dengan wanita lain. Da Hyun tak percaya, buktinya waktu itu Jae In shopping dengan gembira bersama wanita lain.
Jae In tidak mengerti maksud Da Hyun, tapi sedetik kemudian dia mengerti apa yang Da Hyun maksud dan mulai menggodainya "Apa kau tidak melihat kami masuk ke kamar hotel bersama?"
Cemburu, Da Hyun langsung menyuruh Jae In menghentikan mobilnya. Tapi Jae In mengaku kalau wanita itu adalah adiknya dari keluarganya yang di Kanada.
Mereka lalu jalan-jalan ke dermaga. Jae In menggenggam tangan Da Hyun dan menanyakan jawabannya. Tapi kemudian dia berubah pikiran dan memutuskan kalau jawaban Da Hyun tidak penting karena dia tetap bertekad untuk menikahi Da Hyun tak peduli apapun kata orang.
"Kita tidak bisa menikah hanya karena kita ingin"
Jae In tahu itu, bagaimanapun dia meminta Da Hyun untuk tidak memikirkan masalah ini terllau lama. Da Hyun mengingatkannya kalau masalah ini bukan perkara mudah. Mendengar itu, Jae In bertanya apakah Da Hyun ingin melihatnya menikah dan hidup bahagia bersama wanita lain?
"Aku tidak mau begitu. Aku tidak mau ada pria lain di sisimu atau wanita lain di sisiku. Aku tidak tahu bagaimana kau selama ini, tapi aku tidak baik-baik saja"
"Aku juga tidak baik-baik saja"
"Kalau begitu tinggallah di sisiku. Mari kita tinggal bersama. Orang lain putus karena mereka tidak saling mencintai. Aku tidak mengerti kenapa kita harus putus karena kita saling mencintai"
Da Hyun tercengang mendengarnya "Kau bilang apa?"
"Aku mencintaimu, Da Hyun"
Da Hyun langsung menangis haru dan memukuli dada Jae In "Kenapa kau baru bilang sekarang?"
Jae In menarik Da Hyun kedalam pelukannya saat Da Hyun memberitahunya bahwa dia tidak mau berhenti bekerja karena pekerjaan itu sangat penting untuknya dan menyuruh Jae In untuk mendapatkan restu dari keluarganya. Dia bisa menerima semua yang permintaan Jae In kecuali dua hal itu.
Dia bekerja keras 10 tahun untuk menjadi guru jadi dia tidak bisa berhenti begitu saja. Dia juga tidak sanggup jika dia dibenci oleh calon keluarga iparnya, karena itulah Jae In harus mendapatkan restu dari keluarganya dulu.
"Kalau begitu, kau akan menikah denganku?" tanya Jae In. Da Hyun mengangguk. Masih belum percaya, Jae In memperingatkan Da Hyun bahwa dia tidak boleh menarik kata-katanya kembali lalu menarik Da Hyun kedalam pelukannya.
"Aku juga mencintaimu" ujar Da Hyun
Jae In mengantarkan Da Hyun pulang malam harinya dan bertanya apakah dia boleh bermalam di sini. Saat Da Hyun menolak, Jae In protes, lagipula mereka akan tinggal bersama setelah menikah nanti.
"Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"
Jae In langsung menyudutkan Da Hyun ke tembok dan mengkonfrontasinya, apa maksudnya Da Hyun tidak akan menikah dengannya? Da Hyun berkata kalau dia akan menikah dengan Jae In, tapi setelah mereka mendapatkan restu keluarga mereka berdua.
Jae In berkata kalau dia akan mengurus masalah itu lalu memeluk Da Hyun dan memberitahunya kalau selama ini dia tidak bisa tidur nyenyak, jadi tidak bisakah dia tidur di sini malam ini?
Da Hyun menyuruhnya untuk pulang saja dan tidur. Tapi Jae In berkata kalau alasannya tidak bisa tidur adalah karena Da Hyun. Karena itulah Da Hyun harus ada di sisinya agar dia bisa tidur. Malu dan gugup, Da Hyun berusaha melepaskan diri darinya. Tapi Jae In langsung memaksa menempatkan jari Da Hyun di mesin pengunci pintunya.
Beberapa saat kemudian, Da Hyun menjauh ke dapur dengan gugup. Dia memberitahu Jae In kalau dia tidak punya baju ganti untuk Jae In dan berusaha membuat Jae In pulang. Tapi Jae In tak menjawabnya. Da Hyun mengintip dari balik tirai dan melihat Jae In ternyata sudah tidur lelap.
Da Hyun menyelimutinya dan memandanginya tidur. Tapi kemudian ponsel Jae In berbunyi. Da Hyun panik harus bagaimana, tapi Jae In terbangun gara-gara itu. Da Hyun memberikan ponsel itu dan Jae In langsung menarik Da Hyun berbaring di sisinya.
"Ternyata kau" gumam Jae In
"Apa yang kau lakukan?"
"Kukira kali ini mimpi juga"
Da Hyun membelai wajah Jae In dan meyakinkannya kalau ini bukan mimpi. Jae In mengecupnya dan setuju, ini memang bukan mimpi. Syukurlah. Jae In lalu menutup matanya lagi dan Da Hyun menepuk-nepuk punggungnya hingga mereka berdua sama-sama tertidur.
1 Comments
Makasih Mba imma...
ReplyDeleteTinggal 1 epsd
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam