Sinopsis Something About 1% Episode 15 - Part 1

 

Jae In minum-minum bersama Pengacara Park. Dia terus minum dan berharap dirinya mabuk, tapi dia tidak mabuk.

"Tunggu saja, waktu akan menyembuhkan lukamu. Aku yakin kau akan melupakan segalanya seiring berjalannya waktu" ujar Pengacara Park menyemangati Jae In.

Tapi Jae In berkata bahwa nasehat semacam itu cuma omong kosong, dia tidak mempercayai kebohongan seperti itu.


Kembali ke rumahnya, Jae In termenung sedih menatap foto mereka bersama dan mengenang saat dia pertama kali bertemu Da Hyun dan saat-saat kebersamaan mereka selama ini. Air matanya mengalir saat dia melihat fotonya bersama Da Hyun di pantai dan kenangan indah mereka waktu itu.

"Tidak akan ada seorang pun yang bisa membuatku melupakannya" lirih Jae In


Keesokan harinya, Da Hyun menonton penampilan Ji Su di SH Mall dan bersorak-sorak seperti fans pada umumnya. Jae In juga di dalam mall itu bersama adiknya, Soo Jung. Jae In termenung saat melihat poster Ji Su tapi Soo Jung langsung menariknya pergi untuk menemaninya ke toko baju.



Soo Jung mencoba meminta pendapat, tapi Jae In malah menanggapinya dengan cuek. Soo Jung langsung merengut kecewa hingga Jae In akhirnya mengalah dan menyetujui pilihan baju Soo Jung. Tapi setelah mereka keluar dari toko, Jae In mulai kesal saat Soo Jung tidak mau pulang ke Kanada dengan alasan dia ada audisi besok.

"Sebaiknya kau pulang ke Kanada jika kau gagal dalam audisi ini" ancam Jae In.

Soo Jung langsung protes, kali ini dia benar-benar berusaha keras tanpa menggunakan uang Jae In. Seharusnya Jae In memujinya tapi malah mengancam seperti itu. Jae In menurutinya dengan membelai kepala Soo Jung dan memuji kerja bagusnya, tapi dia tetap mengancam Soo Jung untuk kembali ke Kanada jika dia gagal audisi.



Tepat saat itu, Da Hyun tak sengaja melihat mereka dari lantai atas, kaget melihat Jae In membelai kepala wanita lain dengan sayang. Dia semakin shock saat melihat mereka pergi dan si wanita menggandeng lengan Jae In dengan mesra.


Hyun Jin kembali saat itu sambil mengoceh memuji Ji Su. Tapi Da Hyun terus termenung mengacuhkannya. Keheranan, Hyun Jin mengikuti arah pandang Da Hyun dan langsung mengumpat kesal melihat apa yang sedang dilihat Da Hyun.

"DaDa, apa kau mau aku kesana dan menendangnya keras-keras untukmu?"

"Sudahlah. Kita pergi saja, aku lapar" ujar Da Hyun berusaha tabah

"Karena itulah aku bilang, kau juga harus berkencan dengan seseorang juga! Kencan buta atau apalah! Aku kenal banyak pria kaya raya"

"Tidak usah. Aku bahkan belum bisa melupakan semua ini. Tidak akan adil bagi pria lain"

"Yang benar saja. Kau hanya bisa melupakan pria dengan pria lain"


Dalam perjalanan pulang malam itu, Jae In melihat telapak tangannya dan teringat saat Da Hyun menuliskan stempel 'Kerja Bagus' saat mereka piknik di taman waktu itu. Jae In menggumam sedih karena sekarang tak ada apa-apa di tangannya "Lagipula, aku memang tidak melakukan apapun yang pantas untuk stempel 'kerja bagus'"


Di rumahnya, Da Hyun mengeluarkan barang-barang dari dalam tasnya termasuk stempelnya. Sembari menatap stempel itu, Da Hyun menggumam sedih pada dirinya sendiri. Seandainya dia tahu akan jadi begini, dia pasti akan melakukan segala hal bersama Jae In seperti pasangan lainnya agar dia tidak punya penyesalan.

Tapi dia cepat-cepat menampik pikiran it "Lebih baik jika aku tidak membuat kenangan apapun bersamanya"


Keesokan harinya di rumah sakit, Ketua Tim Kang melapor pada Kakek bahwa Jae In sudah mengakhiri hubungannya dengan Da Hyun. Ketua Tim Kang merasa kalau Jae In itu benar-benar orang yang menakutkan.

"Tentu saja. Dia memang cucuku. Kehidupan kerja dan kehidupan cinta memang harus dipisahkan"


Da Hyun sekarang membuat dirinya makin sibuk dengan mengajar, membantu di panti asuhan, kursus menyetir dan juga kursus Bahasa Inggris. Dia menunjukkan senyum ceria di hadapan orang lain tapi merenung sedih saat sendirian.


Jae In juga membuat dirinya terus sibuk sepanjang hari. Malam itu saat dia mulai kelelahan, dia beristirahat untuk memandangi foto Da Hyun.


Keesokan harinya, Ketua Tim Kang melaporkan jadwal kegiatan Jae In sepanjang hari ini, termasuk diantaranya perintah Kakek yang menyuruh Jae In untuk kencan buta dengan putri seorang konglomerat.

Saat Jae In menerima perintah itu, Ketua Tim Kang bertanya-tanya apakah Jae In sungguh akan menikahi wanita itu? Jae In mengiyakannya, dia adalah satu-satunya keturunan garis Keluarga Lee, jadi Kakek tidak akan membiarkannya tidak menikah.

"Tapi kalau anda menikah dengan orang yang salah, kami mungkin akan memiliki nyonya yang menakutkan. Tolong pertimbangkan pilihan anda dengan seksama"

"Tapi aku tidak punya kebebasan" desah Jae In


Siang harinya, Jae In menemui wanita itu dan langsung to the point memberitahu si wanita bahwa sebelum mereka menikah, mereka harus menandatangani perjanjian pra-nikah sekaligus kontrak merger dan akusisi kedua perusahaan mereka.

Wanita itu tak terlalu senang dengan cara bicara Jae In yang ceplas ceplos itu, menurutnya pernikahan bukanlah bisnis. Mendengar itu, Jae In langsung bersedekap dan dengan sinis berkata pada wanita itu bahwa seharusnya dia tahu aturan di dunia mereka "Pernikahan adalah murni bisnis. Tidak kurang, tidak lebih"

Karena tak ada satupun diantara mereka yang bisa memenuhi harapan masing-masing, Jae In memutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka sampai di sini.


Ibu Jae In mendapat kabar itu kegagalan kencan buta Jae In. Saat Kakek dan Ketua Tim Kang datang tak lama kemudian, Ibu Jae In langsung bertanya apakah semalam Jae In tidak pulang lagi dan Ketua tim Kang membenarkannya.

Ketua Tim Kang cemas karena belakangan ini Jae In sering memaksakan dirinya untuk lembur. Ibu Jae In jadi semakin cemas mendengarnya. Tapi Kakek santai saja, malah dengan entengnya berkata kalau pekerjaan tidak akan membunuh Jae In jadi mereka tidak usah cemas. Ibu bertanya cemas pada Kakek, apakah dia melakukan sesuatu yang benar?

"Mereka putus karena hubungan mereka berhasil. Mereka putus karena mereka saling menyukai sebesar itu. Jadi jangan menyalahkan dirimu. Tidak ada yang perlu disalahkan selain diri mereka sendiri"


Tapi Ibu Jae In tetap saja tidak bisa merasa tenang dan akhirnya pergi melihat Da Hyun di sekolahnya. Mengintip dari balik pohon, Ibu melihat Da Hyun mengantarkan murid-muridnya pergi dengan senyum ceria tapi senyum itu langsung menghilang dengan cepat saat dia sudah sendirian.


Setelah itu Da Hyun makan siang bersama Hyun Jin dan Sun Woo yang ingin memperkenalkan seorang pria pada Da Hyun. Mereka meyakinkan Da Hyun kalau pria itu sangat tampan dan seorang dokter herbal. Kali ini Da Hyun tidak keberatan dan menghabiskan spagetinya dengan lahap, tapi Hyun Jin masih sangat mencemaskannya.


Setelah makan siang, mereka ke tokonya Hyun Jin. Da Hyun memilih beberapa baju, tapi Hyun Jin menyuruhnya untuk memilih lebih banyak, gratis untuk merayakan keberhasilan Da Hyun mengatasi putus cintanya. Maka Da Hyun pun memilih lebih banyak baju dengan antusias.

Selama Da Hyun sibuk memilih baju, Hyun Jin menatapnya dengan sedih. Sun Woo heran kenapa Hyun Jin masih mencemaskan Da Hyun, bukankah sekarang Da Hyun makan dengan baik dan sering tersenyum? Tapi Hyun Jin memberitahu Sun Woo kalau Da Hyun sebenarnya tidak suka makan cream spageti.


Da Hyun pulang dengan membawa beberapa kantong belanjaan. Tapi gara-gara memaksakan diri memakan makanan yang tidak disukainya tadi, sekarang dia malah mengalami gangguan pencernaan.


Saat tengah termenung di balkon, Da Hyun mengambil ponselnya mau browsing dan mengetik nama Jae In. Tapi pada akhirnya dia menghapusnya. Ibunya menelepon saat itu, untuk menyuruhnya melakukan kencan buta lagi dengan kenalan ayahnya. Da Hyun mengiyakannya.

Baru saja selesai bicara dengan ibunya, hujan mulai turun. Da Hyun masuk dan termenung menatap rintik hujan.


Pada saat yang bersamaan, Jae In hendak mengambil bir dalam kulkasnya. Tapi kemudian dia melihat alkohol yang dulu diminum Da Hyun dan akhirnya memutuskan memilih minuman itu sambil mengenang pernyataan cinta Da Hyun saat dia mabuk waktu itu.


Keesokan harinya, Da Hyun bertemu dengan teman kencannya di hotel. Tapi Da Hyun terus melamun dan tidak mendengarkan pria itu. Bahkan saat pria itu ingin mengantarkannya pulang, Da Hyun menolaknya. Dia juga meminta maaf dan beralasan kalau dia hanya belum pulih.


Hujan turun saat Da Hyun keluar dari hotel. Tepat saat dia berjalan keluar, Jae In baru tiba. Mereka langsung berhenti dan saling memandang satu sama lain dengan penuh kerinduan.

Tapi Jae In terpaksa harus berpaling dari Da Hyun untuk menyapa seorang rekan bisnis wanitanya. Da Hyun pun langsung berbalik pergi. Jae In melihatnya pergi dengan sedih, tapi pada akhirnya dia juga harus pergi bersama rekan bisnisnya.


Da Hyun menangis sesampainya dia di halte bis. Jae In cemas setelah melihat Da Hyun tadi dan bertanya-tanya apakah berat badan Da Hyun turun setelah dia sakit. Dia hampir saja memencet nomor telepon Da Hyun. Tapi pada akhirnya dia membatalkan niatnya.


Hyun Jin menemui Tae Ha di mall dan memperkenalkan dirinya sebagai temannya-mantannya-sepupunya Tae Ha atau singkat kata dia temannya Da Hyun. Hyun Jin mulai kesal saat Tae Ha tidak bereaksi padahal Tae Ha lah yang menculik Da Hyun.

"Aku bukan orang yang menculiknya. Aku yang menyelamatkannya" ralat Tae Ha

Hyun Jin yakin kalau Tae Ha menyelamatkan Da Hyun bukan karena dia ingin tapi karena sepupunya yang sok hebat itu. Tae Ha langsung menyelanya untuk mempertanyakan maksud kedatangan Hyun Jin kemari.

Hyun Jin memberitahu Tae Ha bahwa Jae In dan Da Hyun sangat serasi jadi dia ingin Tae Ha membantunya untuk mempersatukan kedua orang itu kembali. Tapi Tae Ha malah menyatakan kalau dia tidak tertarik dengan kehidupan cinta orang lain lalu pergi.

Hyun Jin langsung mengumpatinya dengan kesal "Baiklah. Kalau begitu kurasa Da Hyun bisa bertemu pria lain tanpa perlu khawatir sekarang! Lagipula Lee Jae In itu bukan satu-satunya pria di planet ini"

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam