Wan Sen dan Bei Xing mau belajar bersama di perpus hari ini. Tapi Zhan Yu malah mendadak muncul dan memaksa mau belajar bersama mereka. Bei Xing jelas tidak setuju, tapi Wan Sen tidak punya alasan untuk menolaknya.
Jadilah mereka duduk bersama di perpus. Zhan Yu duduk di sebelahnya Bei Xing dan terus menatap Bei Xing. Saat Wan Sen memberikan lembar soal ke Bei Xing, Zhan Yu sok meremehkan soal-soal itu dan menawarkan dirinya untuk mengajari Bei Xing sendiri.
Kesal dan cemburu, Wan Sen langsung menyuruh Bei Xing untuk tukar kursi dengannya, dan jadilah sekarang Wan Sen yang duduk di sebelahnya Zhan Yu. Oh, Wan Sen kali ini memanggil Bei Xing dengan panggilan akrab 'Xing Xing' seolah mereka sudah kenal sejak lama.
Dia memberikan soal lain pada Zhan Yu, tapi Zhan Yu yang barusan sok meremehkan soal yang dikerjakan Bei Xing, sekarang malah tidak bisa menjawab soal-soal itu dan menuduh Zhan Yu memberinya soal yang sulit. Pfft!
Zhan Yu santai memberitahu bahwa soal-soal yang ini juga termasuk soal-soal yang paling dasar. Zhan Yu langsung mengalihkan soal-soal itu ke Bei Xing. Zhan Yu yakin kalau Bei Xing juga tidak mungkin bisa menjawabnya, tapi yang tak disangkanya, Bei Xing malah bisa menjawabnya dengan mudah.
Wan Sen dengan agak sinis berkomentar bahwa Zhan Yu sepertinya belum bisa mengejar kemajuan mereka. Jadi dia menyarankan agar Zhan Yu pulang saja dan menghafal lebih banyak formula.
Zhan Yu tidak terima hinaannya dan langsung menantang Zhan Yu main basket satu lawan satu dengannya sekarang juga. Tapi di luar ternyata tidak ada lapangan basket, jadi Zhan Yu ganti menantang Wan Sen lomba bersepeda.
Entah kenapa Wan Sen tampak canggung dan menolak tantangan ini. Dia mau kembali saja untuk lanjut mengajari Xing Xing. Zhan Yu sontak kesal menegurnya, tidak suka cara Wan Sen menyebut Bei Xing dengan panggilan akrab seperti itu dan mengingatkan Wan Sen bahwa dialah yang bertemu Bei Xing duluan.
Mendengar itu, Wan Sen langsung berbalik kembali dan berkata, "bagaimana kau yakin kalau kau adalah yang pertama?" (Ow? Maksudnya? Apa dia pernah bertemu Bei Xing sebelumnya?)
Baiklah, Zhan Yu memutuskan tak mempermasalahkan hal itu lebih jauh dan menantang Wan Sen untuk lomba bersepeda saja dengannya. Oke, Wan Sen akhirnya setuju. Cuma bersepeda, apa sulitnya?
Tapi ternyata Wan Sen tidak bisa mengendarai sepeda. Belum apa-apa dia sudah terjatuh tertimpa sepedanya. Bei Xing baru keluar saat itu dan langsung heboh mencemaskan Wan Sen, dan Wan Sen dengan sengaja mengerang kesakitan dengan heboh yang sontak saja membuat Bei Xing kesal sama Zhan Yu. Bei Xing langsung membentaknya sebelum kemudian mengambil alih sepeda dan membonceng Wan Sen pergi, meninggalkan Zhan Yu yang cuma bisa melongo. Wkwkwk!
Bei Xing lega karena kakinya Wan Sen tidak terluka parah. Tapi dia tetap melarang Wan Sen untuk jalan kaki sekarang, menegaskan agar Wan Sen istirahat saja agar kakinya pulih total agar dia bisa melarikan diri.
Wan Sen jelas bingung apa maksudnya, kenapa dia harus lari? Canggung, Bei Xing beralasan bahwa bahaya bisa ditemui kapan saja dan di mana saja, makanya dia harus punya kaki yang sehat untuk lari jika bertemu dengan bahaya.
Sesampainya di rumah Wan Sen, Bei Xing mengetahui bahwa Wan Sen selama ini hidup sendirian karena kedua orang tuanya sibuk bekerja di Afrika. Setelah Bei Xing mengobati kakinya, Wan Sen mencoba menjelaskan bahwa dia dan Gao Ge tidak ada hubungan apa-apa, tapi Bei Xing malah mengira kalau Wan Sen cuma mau mengakui perasaannya terhadap Gao Ge.
Di salah satu foto, Bei Xing mendapati foto masa SMP-nya Wan Sen. Bei Xing mengenali seragam basket itu, itu seragam tim basket SMP Nanchuan. Ingat karena dulu SMP-nya pernah ada pertandingan basket dengan SMP-nya Wan Sen. Waktu pertandingan basket itulah, dia mulai jatuh cinta pada Zhan Yu.
Dia jatuh cinta pada Zhan Yu bukan karena Zhan Yu tampan dan pintar basket, tapi karena Zhan Yu yang menyelamatkannya waktu itu dan Zhan Yu terluka karena dirinya. Tapi sudahlah, sekarang baginya, Zhan Yu hanya teman sekelas biasa.
Wan Sen langsung berubah senang saat mendengar bagian terakhir itu. Dalam ingatannya, dia juga ingat betul waktu pertandingan antar SMP itu. Jelas dari ingatan Wan Sen, mereka sebenarnya pernah bertemu sewaktu SMP.
Waktu itu Bei Xing remaja lagi fokus menonton pertandingan basket tanpa menyadari Wan Sen yang menatapnya di pinggir lapangan. Dia gugup banget, tapi akhirnya dia memutuskan untuk memberanikan diri mendekati Bei Xing dengan membawa sebuah pita rambut kelinci pink.
Tapi tepat saat dia hendak menyapanya, Bei Xing mendadak berbalik padanya hanya untuk tanya toilet. Saking gugupnya, Wan Sen akhirnya urung menyapa Bei Xing dan cuma menunjukkan arah toilet padanya.
Bei Xing sebenarnya ingin memasakkan sesuatu untuk Wan Sen, tapi ternyata kulkasnya Wan Sen kosong. Tapi tidak masalah, lain kali saja. Bei Xing pun pamit.
Tak lama kemudian, Wan Sen keluar untuk membeli beberapa snack dan tak sengaja melihat Mai Zi yang menaboki vending machine dengan kesal karena minumannya tidak keluar-keluar. Dia pikir mesinnya yang rusak, tapi sebenarnya dia cuma tidak tahu cara memakai alat itu dan Wan Sen dengan santainya menunjukkan bagaimana cara mengambil minuman dari mesin itu.
Mai Zi jadi malu, tapi jelas dia sebenarnya tidak jahat, malah sekarang dia mulai bersikap ramah pada Wan Sen dan mengajaknya minum bersama.
Mai Zi mengaku bahwa terkadang dia iri pada Wan Sen. Wan Sen pintar, banyak orang yang menyukainya, termasuk para gadis. Dia sebenarnya ingin membuktikan pada Gao Ge dia berani melakukan apa pun. Tapi sekarang, dia memutuskan untuk menyerah.
Wan Sen mengaku kalau dia sebenarnya juga iri pada Mai Zi karena Mai Zi bebas melakukan apa pun yang dia inginkan dan berani menyatakan rasa suka pada siapa pun yang dia sukai.
Mai Zi penasaran, "kau menyukai gadis yang selalu melawanku itu yah? Apa hubungan kalian?"
"Dia ingin datang ke kekasih, makanya aku mengajarinya. Menurutmu apa hubungan kami?"
"Dia ingin masuk kelas kalian... karenamu?"
"Entahlah."
Mendengar itu, Mai Zi langsung mengajak Wan Sen ke rumah Bei Xing untuk tanya langsung padanya. Dia melempar kerikil ke jendela kamarnya Bei Xing lalu mendorong Wan Sen ke depan. Bei Xing yang awalnya kesal mendengar jendelanya dilempari kerikil, sontak berubah sumringah melihat Wan Sen.
Dia lari keluar rumah dengan antusias, tapi malah melihat ada Wan Zi juga. Bei Xing sontak pasang badan melindungi Wan Sen, mengira Mai Zi mau macam-macam sama Wan Sen.
Mai Zi mendesak Wan Sen untuk tanya sekarang, tapi Wan Sen terlalu gugup malah pura-pura bodoh. Akhirnya Mai Zi sendiri yang mewakilinya tanya ke Bei Xing, apakah Bei Xing ingin masuk kelasnya Wan Sen demi Wan Sen.
"Tentu saja! Aku hanya ingin melindunginya setiap waktu agar orang-orang sepertimu tidak ada kesempatan. Zhang Wan Sen harus menyelesaikan ujian masuk universitas di bawah pengawasanku. Mengerti, tidak?"
Hmm, sebenarnya jawaban itu tidak terdengar romantis atau semacamnya. Tapi intinya jelas, dia ingin pindah kelas demi Wan Sen. Dan inti dari jawaban itu yang mereka butuhkan. Puas mendengar jawabannya, Mai Zi pun pergi meninggalkan mereka berduaan.
Bei Xing langsung mengomeli Wan Sen untuk berhenti bergaul dengan Mai Zi, dia itu berbahaya. Tapi Wan Sen merasa kalau Mai Zi tidak sejahat itu. Bei Xing tetap tak percaya dan menyarankan Wan Sen untuk tidak gampang mempercayai siapa pun. Lebih baik berhati-hati. Wan Sen iyain ajalah biar cepat.
Tapi Bei Xing belum selesai mengomel, dan mengingatkan Wan Sen untuk selalu berhati-hati karena dia tidak bisa mengawasi dan menjaga Wan Sen 24 jam. Wan Sen heran mendengarnya, kenapa Bei Xing harus melindunginya?
Tentu saja Bei Xing tidak bisa mengatakan kebenarannya, maka dia cuma beralasan bahwa dia ingin mendapatkan kemajuan dalam belajar, berhubung hanya Wan Sen seorang yang bersedia, makanya dia harus melindungi Wan Sen. Untungnya Wan Sen mempercayai alasannya. Mereka pun sepakat untuk belajar bersama tanpa melibatkan orang lain mulai sekarang.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam