Zhan Yu dengan seenaknya memerintahkan Bei Xing untuk menuliskan namanya di buku-buku pelajarannya, mengira Bei Xing masih cinta padanya sengaja memanfaatkan rasa cinta Bei Xing padanya itu untuk kepentingannya sendiri.
Sinis, Bei Xing pun langsung menyerahkan semua bukunya Zhan Yu ke Teng Teng dan menyuruh Teng Teng untuk menggantikannya dengan alasan tangannya lagi sakit. Lagipula, bukankah Teng Teng suka membantu orang lain?
Jelas-jelas kalimat terakhir itu sindiran, tapi Teng Teng tak menyadarinya dan langsung bersedia dengan senang hati menggantikan Bei Xing membantu menulis nama Zhan Yu di buku-bukunya.
Bertekad untuk pindah ke kelasnya Wan Sen, Bei Xing langsung berusaha bernegosiasi dengan wakil kepala sekolah sekaligus wali kelas 3 - 1, Pak Liu, untuk memindahkannya ke kelasnya Wan Sen. Gayanya sok banget seolah sedang diskusi bisnis dengan orang seumuran. (Errr... yah, memang sih Bei Xing sebenarnya sudah dewasa, tapi kan di linimasa ini dia secara fisik masih remaja dan tidak ada orang yang tahu)
Kebetulan Pak Gao ada di sana mendengarkan segalanya dan langsung ngamuk membentak Bei Xing dan kekurangajarannya. Dia langsung membawa Bei Xing ke kantornya di mana Wan Sen sudah ada di sana menunggu Pak Gao untuk mengambil bahan untuk kompetisi pidato.
Bei Xing mengintip topik pidatonya ternyata tentang masa depan 10 tahun yang akan datang. Bei Xing mendadak menyatakan mau ikut pidato, karena jelas dia yang paling tahu seperti apa masa depan 10 tahun yang akan datang. Bei Xing dengan pedenya menyatakan kalau dia pasti akan menjadi juara satu.
Dia bahkan langsung menawarkan kesepakatan. Jika dia bisa meraih juara satu di kompetisi pidato ini, dia harus dipindahkan ke kelas 3 - 1. Jika gagal, terserah Pak Gao saja. Oke, deal!
Bei Xing langsung menyeret Wan Sen pergi bersamanya sambil kepedean mengajak Wan Sen untuk membuat naskah pidato bersama-sama. Pfft! Dia benar-benar kepedean kalau dirinya akan menjadi juara satu dan bisa membuat Wan Sen juara dua.
Tapi Wan Sen menolak, "akulah yang akan menjadi juara satu."
Murid-murid kelas tiga masih di sekolah sampai malam. Teman sebangkunya Bei Xing, Yang Chao Yang, berkomentar bahwa Bei Xing sekarang beda dari sebelumnya yang biasanya cuma terus menerus mengikuti Zhan Yu ke mana-mana. Dia benar-benar serius mau pindah ke kelas 3 -1?
Bei Xing membenarkan, tapi tidak mudah. Dia harus memenangkan lomba pidato, baru dia bisa pindah ke kelas 3 - 1. Zhan Yu yang mendengarkan percakapan mereka, dengan sinisnya memberitahu Bei Xing untuk menghentikan rencananya itu, soalnya dia berpikir kalau Bei Xing melakukan ini untuk menarik perhatiannya. Tapi dia tetap tidak akan melirik Bei Xing bahkan sekalipun Bei Xing masuk kelas unggulan. (Pfft! Kepedean sekali dia)
Teng Teng juga langsung protes karena jika Bei Xing pindah kelas, maka mereka akan susah bertemu lagi, dia kan tidak mau berpisah dengan Bei Xing, mereka kan sahabat terbaik. (Preeeeet! Sahabat yang nantinya akan merebut calon suami sahabatnya sendiri) Bei Xing cuma tersenyum sinis mendengarnya.
Saat Bei Xing sedang belanja di koperasi sekolah, dia tak sengaja bertemu Wan Sen lagi. Wan Sen langsung panik ingin menghindarinya, tapi Bei Xing dengan cepat menariknya lalu bersikeras membelikan map naskah pidato untuk Wan Sen.
Jelas dia sedang berusaha menyogok Wan Sen untuk mengalah padanya dalam lomba itu, dia bahkan keukeuh memaksa Wan Sen untuk menerima sekresek jajan yang dia belikan untuk Wan Sen.
Wan Sen menolak, dia bisa membantu Bei Xing dalam presentasinya, tapi tidak mau mengalah begitu saja. Mereka harus bersaing secara adil.
Bei Xing pantang menyerah, setiap hari dia selalu memaksa Wan Sen untuk menerima sogokannya. Dia bahkan mentraktir semua teman sekelasnya Wan Sen es krim, lalu memaksakan sebatang es krim ke mulut Wan Sen. Wan Sen sampai pusing menghadapi kegigihannya. (Pfft! Pantesan aja sih Zhan Yu (di linimasa yang asli) suka sebal sama dia)
Tapi tiba-tiba Teng Teng datang mencarinya untuk mengajaknya pergi ke laboratorium. Terpaksa Bei Xing pergi bersamanya. Tapi mereka ke lab bukan untuk melakukan penelitian atau semacamnya, melainkan untuk uji nyali malam-malam di lab yang sepi dan gelap gulita.
Tapi sebenarnya ini memang rencananya Bei Xing untuk balas dendam pada Teng Teng. Bei Xing dengan sengaja mengklaim ada hantu. Teng Teng langsung pura-pura pingsan. Dan saat itulah Bei Xing dengan sengaja mengoles mustard di hidung Teng Teng lalu keluar dan mengunci Teng Teng di dalam lab.
Tapi kemudian Bei Xing melihat pintu ruang lab 2 terbuka. Bei Xing jadi penasaran, dan menemukan Wan Sen berada di sana, sepertinya dia baru saja melakukan eksperimen pasta gigi gajah. Oh, Bei Xing mengerti. Ternyata Wan Sen adalah jenis siswa yang belajar dengan gigih secara diam-diam, tapi di sekolah dia bersikap seolah dia siswa jenius yang tidak perlu belajar untuk jadi juara satu.
Tenang saja, Bei Xing janji tidak akan menertawakannya. Tapi sebagai gantinya Bei Xing ingin Wan Sen mengalah padanya dalam lomba itu. Dia harus memenangkan lomba itu agar bisa masuk ke kelasnya Wan Sen, agar dia bisa mengawasi dan melindungi Wan Sen.
Wan Sen jelas bingung, sepertinya dia tidak perlu dilindungi deh. Kalau Bei Xing ingin masuk ke kelasnya, lebih baik Bei xing banyak-banyak melakukan eksperimen sehingga nilainya akan meningkat dan bisa masuk ke kelas 3 - 1. Tepat saat mereka keluar dari ruangan itu, tiba-tiba muncul seseorang misterius memakai sepatu boots dari ruang sebelah. Hmm, siapakah dia?
Hari ini lomba pidato. Bei Xing percaya diri selangit kalau dia pasti akan menjadi juara satu, dia bahkan dengan angkuhnya menyarankan Wan Sen untuk mempersiapkan mentalnya karena kali ini Wan Sen hanya akan menjadi juara dua.
Yang tak disangkanya, pidatonya Wan Sen benar-benar seolah dia pernah hidup di masa depan. Dia memperkirakan 10 tahun yang akan datang, di seluruh kota akan ada yang namanya kendaraan berbagi, akan ada ponsel pintar, dalam bisnis pangan akan ada yang namanya sistem layanan antar dan lain sebagainya. Presentasinya benar-benar bagus
Bei Xing sampai melongo kaget mendengar pidatonya. Apalagi naskah pidatonya juga sama persis seperti itu, didasarkan pada pengalamannya hidup di tahun 2021. Gara-gara itu, Bei Xing jadi terpaksa harus sedikit mengubah naskahnya biar tidak terlihat seperti copy-paste. Tapi alhasil, presentasi pidatonya malah jadi kacau dan kurang masuk akal. Jadilah Wan Sen yang mendapat juara satu.
Di sekolah, Bei Xing mendapati Teng Teng sedang cari perkara dengannya karena Teng Teng tidak terima dengan kelakuan Bei Xing yang mengurungnya di lab. Atas dasar apa Bei Xing melakukan itu padanya? Salahnya apa sama Bei Xing? (Err... iya sih. Sebenarnya Teng Teng di linimasa yang ini memang belum merebut Zhan Yu, jadi dia belum bersalah)
Karena itulah, Teng Teng menuntut Bei Xing untuk minta maaf padanya sekarang juga. Keributan mereka menarik perhatian para siswa, termasuk Pak Gao yang kebetulan lewat. Pak Gao langsung kesal memanggil Bei Xing ke ruangannya untuk diomeli tentang masalahnya dengan Teng Teng dan juga tentang pidatonya yang nggak banget itu.
Tapi Bei Xing malah membela diri dan menyalahkan Wan Sen, bahkan menuduh Wan Sen main curang. Pak Gao jelas tambah kesal padanya dan menegaskan bahwa Wan Sen itu anak berbakat dan pintar dalam mengolah naskah, dan bukannya cenayang yang bisa meramal masa depan.
Bei Xing ingin masuk ke kelas 3 - 1? Baiklah, Pak Gao akan memberinya kesempatan kedua. Jika dalam ujian bulan depan, Bei Xing bisa masuk 50 besar, Pak Gao janji akan memindahkan Bei Xing ke kelas 3 - 1. Oke, deal!
Bei Xing lalu buru-buru pergi karena tiba-tiba dia teringat ucapan di paman misterius waktu itu. Dia langsung mendatangi Wan Sen lalu memaksanya ikut ke mercusuar. Setibanya di sana, dia bertanya-tanya apakah Wan Sen pernah datang ke tempat ini? Wan Sen menyangkal, dia belum pernah datang kemari.
"Sekarang mungkin belum pernah. Tapi mungkin saja kelak akan datang kemari? Kemarilah."
Wan Sen mendekat dengan canggung dan gugup. Maka Bei Xing pun langsung menyeretnya ke dekat pagar tapi malah hampir saja membuat Wan Sen terjatuh. Untungnya cuma kresen camilannya yang jatuh, Bei Xing pun sigap menarik Wan Sen menjauh. Fiuh! Untunglah. Wan Sen hampir saja mengirimnya pulang (ke masa depan).
"Maaf, aku barusan tidak sengaja. Begini saja, kau bantu aku belajar. Jika kali ini aku masuk rangking 50 besar, aku bisa masuk ke kelas 3 - 1. Tolonglah aku."
Tapi Wan Sen yang masih agak shock karena hampir jatuh barusan, tak menjawab permintaannya dan langsung pergi duluan.
Bei Xing pantang menyerah dan terus berusaha membujuk Wan Sen di sekolah, tapi Wan Sen bersikeras menolak menjawab dan langsung pergi menghindarinya. Tapi saat Bei Xing hendak keluar, dia malah mendapati seseorang bergaya preman sedang menginterogasi beberapa siswa, menanyakan keberadaan Wan Sen. Orang ini rambutnya tidak merah seperti yang pernah Bei Xing lihat di videonya Teng Teng, namun dia mengenakan sepatu boots seperti orang misterius yang muncul di ruang lab malam itu. (Siapakah si preman itu?)
Bersambung ke episode 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam