Wan Sen hanya menjawab bahwa mereka pernah satu kelas waktu mereka kelas satu. Tapi saat Bei Xing tanya apakah mereka pernah bertemu sebelum SMA, Wan Sen mengklaim tak tahu, mungkin saja, dia tidak ingat.
Bei Xing jadi semakin curiga dan langsung menatap lengan kiri Wan Sen yang tertutup lengan baju dan manset dengan penasaran dan curiga. Maka Bei Xing pun membuat rencana untuk melihat lengan kiri Wan Sen dengan mengajak Wan Sen sarapan bersama di kedai bakpao besok. Wan Sen setuju dengan antusias dan tanpa curiga apa pun.
Malam harinya, Bei Xing sengaja mencuri seragam basket tanpa lengan milik kakaknya, berniat memberikan itu ke Wan Sen dan menyuruh Wan Sen ganti baju di hadapannya agar dia bisa melihat lengan Wan Sen.
Tiba-tiba dia mendapat sms dari Zhan Yu yang menyuruhnya untuk membuatkan jersey basket, kalau bagus, dia akan memakainya dalam pertandingan. Cih! Bei Xing nggak sudi!
Tapi keesokan paginya, Bei Xing tidak bisa datang ke kedai bakpao karena lagi diare gara-gara ulah kakaknya yang iseng memberinya susu kadaluarsa. Sementara itu di luar, sedang terjadi badai angin topan. Saat Wan Sen baru tiba di kedai bakpao, pemiliknya hampir mau menutup toko. Wan Sen berusaha memohon-mohon agar dia menjual bakpao kacang kesukaan Bei Xing padanya.
Pemilik toko menolak, dia terlalu sibuk untuk menyelamatkan barang-barangnya dari hujan badai. Pantang menyerah, Wan Sen akhirnya berinisiatif membantunya memasukkan semua barang-barangnya.
Dan begitulah bagaimana akhirnya dia berhasil mendapatkan bakpao kacang kesukaan Bei Xing. Dia dengan antusias menunggu Bei Xing di depan gedung , tapi Zhan Yu mendadak muncul dan dengan pedenya berkata kalau Bei Xing pasti terlambat karena membuatkan jersey untuknya semalaman.
Wan Sen cuek dan tetap tersenyum saat akhirnya Bei Xing datang tak lama kemudian. Tapi saat Bei Xing tanya apakah Wan Sen tadi ke toko bakpao, Wan Sen malah menyangkal dan tetap menyembunyikan bakpaonya.
Melihat baju Wan Sen agak basah, Bei Xing langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerahkan jersey milik kakaknya dan menyuruhnya ganti baju di sini, di hadapannya. Wan Sen jelas menolak dan langsung kabuuurrrrrr.
Karena hujan badai hari ini, semua kelas tiga belajar di satu ruangan di kantin. Ujian sudah semakin dekat, makanya Pak Gao semakin bersemangat untuk menyuruh anak-anak belajar dengan giat.
Bei Xing berniat melempar surat permintaan maaf ke Wan Sen karena tidak menepati janjinya untuk sarapan bersama tadi. Dia meminta bantuan Chao Yang untuk melemparnya, tapi Chao Yang malah tak sengaja mengenai punggungnya Pak Gao.
Jelas saja Pak Gao langsung kesal menuntut pelakunya untuk berdiri. Pak Gao juga menuntut orang yang dituju dalam surat ini untuk unjuk diri. Wan Sen yakin kalau surat itu untuknya, makanya dia mau berdiri.
Tapi bahkan sebelum dia sempat melakukannya, tiba-tiba saja Chao Yang, Gao Ge dan Zhan Yu sama-sama berdiri mengklaim diri mereka masing-masing sebagai orang yang dituju (Chao Yang berdiri karena dia setia kawan, Gao Ge sengaja berdiri biar ayahnya menghukumnya lagi, sedangkan Zhan Yu mungkin berpikir surat itu untuknya).
Tapi Pak Gao ternyata memutuskan untuk menghukum Bei Xing Bei Xing seorang. Karena ada 3 orang yang melindungi Bei Xing, maka hukuman Bei Xing adalah mengerjakan 3 lembar soal kimia.
Gara-gara hujan badai itu, gudang belakang sekolah yang biasanya dipakai Chao Yang untuk latihan komedi, sekarang jadi kacau balau. Chao yang sedih melihat markas rahasianya jadi rusak seperti ini.
Bei Xing datang tak lama kemudian untuk membantunya membereskan tempat itu. Tapi Gao Ge juga mendadak muncul, bersikeras menuntut untuk ikut latihan komedi bersama Chao Yang.
Chao Yang heran sama dia. Gao Ge tuh termasuk murid unggulan, kenapa dia malah ingin selalu melibatkan dirinya pada segala hal yang bisa membuatnya kena hukuman?
Kakaknya Bei Xing, Lin Da Hai, tiba-tiba terlibat masalah. Dia membuka sebuah usaha menjual alat-alat kecantikan, tapi barang yang dijualnya sepertinya barang palsu, dan sekarang dia datangi oleh para pelanggannya yang berdemo di depan tokonya mengeluhkan berbagai masalah yang mereka alami gara-gara barang jualannya. Makanya mereka menuduhnya sebagai penipu, dan menuntutnya untuk mengembalikan semua uang mereka.
Parahnya lagi, Mai Zi dan para anak buahnya muncul saat itu, dia disuruh bosnya yang bernama Kak Lei untuk menagih hutangnya Da Hai. Tapi Da Hai malah dengan liciknya menuduh Mai Zi sebagai penjual barang-barang palsu itu, para ibu-ibu langsung percaya dan langsung menyerang Mai Zi.
Sepertinya keluarganya tidak ada yang tahu menahu tentang hutangnya Da Hai itu. Saat Bei Zing pulang, dia mendapati kakaknya lagi nyantai sambil memakai jas hujan hijau yang bagian hoodie-nya bukan hanya menutupi seluruh kepala tapi juga menutupi seluruh wajah. Dia kepedean banget kalau barang barunya ini pasti akan laku keras.
Keesokan paginya, hujan turun deras lagi. Kesempatan bagus bagi Da Hai untuk mempromosikan jas hujan anehnya itu. Dan korban pertama yang termakan rayuannya adalah si polos Wan Sen.
Dia percaya-percaya saja dengan akting dan omongan Da Hai bahwa dia jualan demi anak-istri, dia kasihan dan akhirnya bersedia membelinya dan memakainya saat itu juga.
Yang tidak dia ketahui, Mai Zi dan anak buahnya sudah menunggu di sekitar tempat mangkalnya Da Hai dan mereka mengenali jas hujannya Da Hai. Gara-gara hampir seluruh wajahnya tertutup hoodie jas hujan itu, mereka jadi mengira kalau dia adalah Da Hai dan langsung mengeroyoknya sampai pingsan.
Baru saat itulah Mai Zi membuka hoodie-nya dan kaget mendapati Wan Sen-lah yang mereka keroyok. Tidak ada yang menyadari bahwa target mereka yang sebenarnya sedang menyembunyikan diri bagai pengecut di seberang jalan.
Dengan alasan karena hujan badai yang tak kunjung reda, Pak Gao mengumumkan sekolah diliburkan untuk sementara waktu. Bei Xing yang sudah bisa sedari tadi, langsung semangat mau segera pergi. Tapi tiba-tiba Chao Yang memberitahunya bahwa tadi pagi ada siswa yang mengalami kecelakaan dan sekarang dirawat di UKS, inilah alasan sebenarnya kenapa sekarang sekolah diliburkan.
Cuma Wan Sen yang tidak kelihatan sedari tadi, Bei Xing jadi cemas dan langsung melesat pergi ke UKS, dan mendapati Wan Sen dirawat dengan masih mengenakan jas hujannya. Wan Sen memberitahu bahwa menurut orang yang membawanya ke UKS tadi, dia cuma terhantam papan baliho.
Bei Xing bisa langsung bisa menduga kalau Wan Sen membeli jas hujan aneh ini dari kakaknya. Dia jadi kesal pada kakaknya yang sudah menipu Wan Sen tapi Wan Sen juga polos banget, bisa-bisanya dia terpedaya akting kakaknya.
Ngomong-ngomong tentang kakaknya, gara-gara dia juga Bei Xing tidak bisa menepati janjinya untuk sarapan bersama Wan Sen kemarin. Wan Sen mendadak sumringah mendengarnya, menyadari kalau Bei Xing tidak jadi datang bukan karena Zhan Yu.
Bei Xing mendadak punya ide bagus, ini kesempatan untuk melihat lengannya Wan Sen dan langsung antusias menyerahkan baju ganti padanya dan menyuruhnha untuk ganti baju sekarang juga di hadapannya. Pfft! Tapi Wan Sen jelas tak nyaman dan terus menatapnya dengan canggung sampai akhirnya Bei Xing terpaksa menyerah dan keluar.
Wan Sen begitu bahagia sepanjang hari. Tapi malah harinya saat dia dalam perjalanan pulang, tak sengaja dia mendapati Mai Zi seorang diri hendak dikeroyok geng preman lain. Wan Sen tanpa ragu langsung membantunya melarikan diri.
Tapi mereka malah terjebak di gang buntu. Untungnya di sana, Wan Sen mendapati hidran kebakaran. Mereka pun langsung bekerja sama menyemprotkan air bertekanan tinggi ke para preman... hingga sukses membuat para preman itu mundur.
Sudah aman, mereka pun nongkrong di kedai mie. Saat itulah Wan Sen akhirnya mengonfrontasi Mai Zi atas kejadian tadi pagi dan tanya kenapa Mai Zi memukulinya. Mai Zi meminta maaf dan menjelaskan kalau dia salah mengenali orang.
Wan Sen sudah tidak mempermasalahkannya. Malah dengan senang hati dia mengajak Mai Zi untuk menjadi temannya dan bermain bersamanya.
Di hari minggu, mereka belajar bersama di rumahnya Wan Sen. Wan Sen sibuk menjelaskan, tapi Bei Xing bahkan tidak mendengarnya, malah menatap tajam lengan kiri Wan Sen.
Berniat mau mengecek tangan Wan Sen hari ini juga, Bei Xing beralasan meminta Wan Sen untuk menjelaskan tentang ilmu fisika yang berhubungan dengan lengan. Dia beralasan kalau dia tidak paham maksudnya dan menuntut Wan Sen untuk memberi contoh langsung dengan tangannya sendiri.
Dia bahkan langsung memaksa Wan Sen untuk menunjukkan lengan kirinya... yang dalam prosesnya membuat Bei Xing berada di atasnya Wan Sen. Wajah mereka sangaaaaat dekat. Suasana di antara mereka jadi lebih intens dan romantis... hingga membuat Wan Sen larut dalam suasana dan langsung menutup mata. Wkwkwk!
Tapi tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, Wan Sen langsung beranjak bangkit untuk membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Pak Gao dan Gao Ge. Pak Gao datang untuk menyuruh mereka belajar bersama.
Begitu mendengar Bei Xing dan Wan Sen barusan belajar tentang lengan manusia, Pak Gao langsung semangat menggantikan Wan Sen untuk menjelaskan tentang lengan manusia dan fungsinya sebagai tuas yang kuat.
Bei Xing yang awalnya tidak sungguh-sungguh ingin mempelajari tentang itu, akhirnya terpaksa harus mendengarkan ajaran Pak Gao dari awal sampai akhir dengan bosan. Tiba-tiba Pak Gao ditelepon seseorang yang mengabarkan bahwa patung sekolah mereka rusak gara-gara badai.
Sebenarnya ini kesempatan bagus untuk mengumpulkan desain patung baru dari murid-murid. Tapi berhubung sekarang ujian anak-anak kelas 3 sudah semakin dekat, jadi Pak Gao memutuskan agar murid-murid kelas tiga tidak boleh ikutan biar mereka bisa fokus sepenuhnya untuk belajar.
Bei Xing dan Gao Ge sontak protes tak setuju, tapi keputusan Pak Gao tidak bisa diganggung gugat. Tapi Bei Xing tiba-tiba ingat tentang patung sekolahnya yang pernah mendapatkan penghargaan (di linimasa yang asli).
Malam harinya saat Pak Gao hendak, kembali ke rumah Wan Sen untuk mengecek hasil belajar ketiga anak itu, dia malah mendapati Chao Yang di depan pagar, bersikeras menyatakan kalau dia ingin diajari Pak Gao sekarang juga.
Dia bahkan langsung menerobos masuk dengan membawa masuk minumannya Pak Gao sehingga Pak Gao akhirnya terpaksa harus mengajarinya.
Yang tidak Pak Gao ketahui, sebenarnya ini idenya Gao Ge untuk menahan ayahnya di rumah biar mereka bisa punya banyak waktu untuk membuat desain patung. Gao Ge yang menggambar, Bei Xing yang memberinya arahan untuk menggambar patungnya sesuai dengan patung yang ada di linimasa aslinya dengan menggunakan lencana sekolah berbentuk bintang sebagai elemen dasarnya.
Sebenarnya penjelasannya Bei Xing tidak begitu detil sehingga Gao Ge harus menggambar beberapa sketsa... sampai akhirnya dia berhasil juga menggambar yang benar-benar sesuai arahan Bei Xing. Dia bahkan memahami makna dari patung itu: Buku bukan hanya berisi ilmu pengetahuan, namun juga lautan dan bintang (wawasan yang luas dan tak terbatas).
Wah! Bei Xing benar-enar kagum padanya yang ternyata pintar menggambar. Tak lama kemudian, ketiga orang itu tertidur. Namun Bei Xing tiba-tiba terbangun dan langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk diam-diam membuka lengan kiri Wan Sen, dan benar-benar menemukan adanya bekas luka berbentuk setengah bintang.
Biarpun tidak mengingat wajah penyelamatnya, Bei Xing ingat betul bahwa penyelamatnya terluka karena terkena besi panas yang merupakan cetakan kue berbentuk bintang. Sekarang Bei Xing benar-benar yakin bahwa penyelematnya memang Wan Sen.
Keesokan harinya saat mereka bertiga baru tiba di sekolah, Pak Liu tiba-tiba menyambut mereka dengan berita baik, patung desain mereka yang terpilih. Aaaargh! Bei Xing sontak menjerit bahagia sambil refleks memeluk Wan Sen. Pfft!
Wan Sen kaget banget sampai-samai dia hanya berdiri mematung di sana. Bei Xing baru sadar sedetik kemudian dan langsung melepaskan diri dengan canggung lalu bergegas pergi meninggalkan Wan Sen yang masih mematung.
Saat Gao Ge datang menyerahkan kumpulan tugas, Pak Gao tiba-tiba memuji sketsa patung buatannya. Gao Ge sontak tersenyum senang karena akhirnya mendapatkan sedikit perhatian dari ayahnya.
Sebulan kemudian... musim sudah berganti, patung baru itu pun sudah jadi. Berhubung patungnya sudah jadi, Gao Ge menyemangati Wan Sen untuk mengucap sesuatu ke Bei Xing. Tapi bahkan sebelum dia sempat mengatakan apa pun, dia malah bingung melihat Bei Xing cuma membeku di tempat.
Dia tidak mengerti kenapa, namun sebenarnya itu karena Bei Xing melihat seseorang di kejauhan yang kontan membuatnya cemas... yaitu, Mai Zi yang hari ini mengecat rambut gondrongnya jadi merah, sama persis seperti rambut merah preman yang menghajar Wan Sen di linimasa yang asli. (OMG! Masa dia sih pembunuh Wan Sen? Tapi biarpun preman, dia tidak kelihatan jahat kok).
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam