Song Sun terburu-buru keluar dari apartemennya sambil menelepon seseorang dan dengan penuh semangat memberitahu si penelepon bahwa dia akan datang 30 menit lagi. Dia sama sekali tidak menyadari di belakangnya ada seorang tetangganya yang sedang mengawasinya.
Song Sun ternyata sedang terburu-buru untuk menghadiri wawancara sebuah majalah, dimana dia mengatakan pada reporter bahwa ekpresi wajah merupakan penggambaran emosi manusia. Dan dari semua ekpresi wajah, ekspresi yang paling mampu memikat seseorang adalah senyuman. Dan karena itulah senyuman sering digunakan dalam kejahatan.
"Senyuman merupakan tipu muslihat yang sering digunakan untuk menyembunyikan emosi. Jika kau melihat senyuman itu dengan lebih mendalam maka kau akan tahu niat orang itu. Apa yang sebenarnya tersembunyi dalam keramahannya" ujar Song Sun
"Karena profesor seorang ahli jadi anda bisa membaca ekspresi. Tapi bagaimana orang biasa seperti saya, menghindari orang seperti itu?" tanya reporter
"Seorang penguntit biasanya tidak memilih korban yang menunjukkan sikap yang kuat dan tegas karena penjahat biasanya ingin mengontrol seluruh tubuh dan pikiran korbannya. Jika anda tidak menyukai seseorang yang sedang mendekati anda dengan senyuman maka tolak mereka dengan sikap yang tegas"
Pada saat yang bersamaan, orang misterius itu sedang mengetik surat ancaman untuk Song Sun di laptopnya: Apa kau ingat aku? Hidupku kacau karenamu. Dan akan semakin kacau di masa depan nanti. Aku akan membunuhmu
Di kantor konseling, Frost sedang membaca artikel majalah wawancara Song Sun saat Sung Ah datang dan menyapanya dengan senyum ceria. Frost melihat Sung Ah memakai jaket pemberiannya tapi sedetik kemudian Frost langsung memalingkan wajahnya dengan cuek. Sung Ah langsung mendesah kecewa dengan reaksi cuek Frost itu.
Sung Ah lagi-lagi ditelepon detektif Nam yang menanyakan Frost tapi kali ini Sung Ah berbohong mengatakan Frost tidak ada di kantor dan dia tidak tahu dimana Frost berada.
Tapi bahkan setelah Sung Ah terang-terangan berbohong dihadapannya, Frost cuma diam membisu sambil dengan santainya melanjutkan membaca majalahnya. Sung Ah benar-benar terheran-heran dengan reaksi diam Frost, kenapa dia cuma diam saja melihatnya berbohong pada detektif Nam.
"Kalau telepon itu penting, kau pasti akan menyambungkannya padaku bahkan sekalipun aku tidak mau. Dan aku pernah bilang kan kalau kau boleh mengabaikan telepon untukku karena kau bukan manusia penyampai pesan" kata Frost
"Ternyata kau pendendam" gumam Sung Ah
Frost tiba-tiba beranjak pergi untuk menangani sebuah kasus. Dia langsung pergi tanpa mengajak Sung Ah sampai membuat Sung Ah kesal.
"Dia sama sekali tidak punya sedikitpun perhatian" gerutu Sung Ah
Mumpung Frost sedang keluar, Sung Ah memanfaatkan keadaan untuk mengecek kedalam laci meja kerjanya Frost dan ternyata hadiah pemberiannya yang berupa ponsel LG G3 (haha... iklan) masih utuh didalam kotaknya. Sung Ah juga melihat majalah yang Frost baca adalah artikel wawancaranya Song Sun.
Di kantornya, Song Sun gelisah ketakutan membaca pesan ancaman dari si orang misterius. Saat Sung Ah untuk menunjukkan artikel majalahnya, dia berusaha tersenyum dan menyembunyikan pesan ancaman itu. Dengan antusias, Sung Ah membaca artikel wawancaranya tapi Song Sun terlalu gelisah untuk mendengarkan Sung Ah. Saat Sung Ah menyadari Song Sun tampak gelisah, Sung Ah langsung cemas. Tapi Song Sun berusaha tersenyum dan menutupi masalah ini dari Sung Ah.
Klien yang Frost temui ternyata ketua tim Bae Dong Han. Dengan malu-malu, Dong Han mengatakan pada Frost bahwa dia cemas pihak universitas akan salah paham kalau mereka sampai tahu kalau dia sering konsultasi.
Hanya dengan sekilas memperhatikan penampilan Dong Han, Frost langsung tahu kalau Dong Han tidak bisa tidur beberapa hari ini. Frost lalu bertanya apakah hal itu karena pacarnya. Dong Han langsung membenarkannya, semua ini karena pacarnya masih belum mau berkonsultasi. Ketua tim Bae mengatakan bahwa pacarnya itu tidak mau berkonsultasi karena dia tidak mau diperlakukan seperti orang gila.
Frost akhirnya menawarkan diri untuk membantu Dong Han mengamati pacarnya dengan cara menemui pacarnya itu. Tapi Dong Han malah cemas dengan tawaran itu, karena kalau pacarnya sampai tahu maka hubungan mereka akan berakhir.
"Kalau begitu tidak ada yang bisa kulakukan untuk membantumu. Tanpa menemui orang terkait konsultasi semacam ini tidak akan bisa membantu" Frost beranjak pergi
Dong Han cepat-cepat mengejarnya dan memberitahu Frost bahwa kemarin dia melihat pacarnya sedang bersama dengan pria lain "Aku ingin mengakhirinya saja tapi dia bilang kalau dia tidak punya siapa-siapa selain aku dan dia menyuruhku untuk mempercayainya saja"
Frost heran sendiri dengan Dong Han, kenapa dia mencintai pacarnya itu. Apa sebenarnya alasan yang membuat Dong Hantidak bisa mengakhiri hubungan mereka.
"Tidak bisa kalau bukan aku. Tidak ada satupun di dunia ini yang bisa mencintai orang itu sebesar aku mencintainya" ujar Dong Han sambil melamun penuh cinta
Setelah memarkir mobilnya, Song Sun berjalan pulang ke apartemennya sambil bertanya-tanya siapa pengirim surat ancaman itu. Sung Ah langsung celingukan mencari seseorang yang mencurigakan. Setelah yakin tidak ada siapapun, Song Sun pun masuk ke apartemennya. Tapi ternyata ada seseorang yang tengah bersembunyi mengawasinya.
Sementara itu, detektif Nam sedang berada di sebuah TKP. Korban adalah seorang pria yang ditabrak oleh seseorang sampai sekarat lalu melarikan diri dan tidak ada saksi mata yang melihat wajah tersangka. Diduga pelaku adalah orang yang sedang mabuk tapi detektif Nam sangat meragukan dugaan itu karena jika si pelaku melakukannya dalam keadaan mabuk maka tidak mungkin si pelaku bisa melarikan diri semudah itu.
Korban kali ini bukan yang pertama karena ternyata sebelum ini sudah ada beberapa korban penyerangan yang semuanya adalah pria. Yang membingungkan detektif Nam adalah semua korban tidak memiliki hubungan apa-apa dan kesamaan diantara mereka semua hanyalah mereka sama-sama pria.
Kejahatan ini sepertinya dilakukan oleh penjahat yang sama dan orang itu melakukan kejahatannya dengan cukup sempurna karena dia melakukannya di tempat dimana kamera CCTV disekitar tempat kejadian sedang rusak. Tidak ada tanda-tanda perampokan dan sepertinya pelaku tahu betul apa saja kebiasaan para korban. Detektif Cha menduga mungkin kejahatan ini dikarenakan dendam.
"Bagaimana dengan keadaan korban yang dibawa ke rumah sakit?" tanya detektif Nam
"Operasinya berjalan dengan baik tapi mereka bilang secara psikologi korban sedikit ketakutan" jawab detektif Cha
"Kalau ada yang baik-baik saja setelah mengalami kejadian semacam itu di tengah malam, berarti orang itu aneh" sergah detektif Nam
Di kampus, Sung Ah sedang menggerutu kesal pada Frost karena walaupun Frost mengatakan padanya untuk mengabaikan telepon yang mencari Frost tapi tetap saja Sung Ah tidak bisa mengabaikan telepon itu.
Lelah mendengar ocehan Sung Ah, Frost langsung mengkonfrontasinya "Apa ini ekspresi emosional dendam yang kau sebut kemarin?"
"Aku tidak dendam!" protes Sung Ah
Mereka mengunjungi Song Sun dikantornya yang saat itu sedang membaca sebuah surat dengan ketakutan. Frost yang memperhatikan ketakutan Song Sun langsung merampas surat itu dan membacanya. Surat itu adalah surat ancaman kedua yang mengatakan: Kulihat kau membicarakan tentang aku di majalah. Pada akhirnya kau memperlakukanku sebagai orang gila.
Walaupun ketakutan tapi Song Sun bersikeras kalau ancaman itu bukan apa-apa dan menolak bantuan Frost. Apa seseorang yang kau curigai? tanya Sung Ah. Song Sun menduga mungkin orang yang mengiriminya surat ancaman itu adalah salah satu dari kliennya tapi dia tidak menemukan seseorang yang mencurigakan.
Frost pun mulai meneliti isi surat ancaman itu. Kalimat pertama di surat ancaman yang pertama 'hidupku kacau karenamu' adalah kata kerja masa lalu yang menunjukkan kalau kemarahan orang itu sudah dimulai sejak lama. Sedangkan kalimat kedua 'Dan hidupku akan semakin kacau di masa depan nanti' menunjukkan bahwa kemarahan orang itu dimulai kembali baru-baru ini.
Cara si pelaku mencetak suratnya menunjukkan bahwa si pelaku melakukan aksinya dengan terencana. Akan tetapi jarak antara surat ancaman pertama dan kedua terlalu dekat, yang artinya tindakannya ini tidak terencana. Maka kesimpulannya, si pelaku melakukannya secara impulsif.
"Kedua aksi ini terlalu acak" kata Sung Ah
"Itu hanya dugaan Dr Baek" ujar Song Sun
"Surat yang kedua dibuat dengan terburu-buru, kemungkinan setelah membaca majalahnya" Frost menduga
Sung Ah pun langsung membaca artikel wawancara Sung Ah di majalah. Dalam artikel itu, Song Sun mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk takut. Ketakutan hanya akan membuat seseorang jadi paranoid. Paranoia adalah suatu keyakinan bahwa seseorang berada dalam bahaya, sebuah perasaan kompleks dipenuhi rasa takut bahwa semua masalah bisa merusak diri sendiri.
"Kurasa dia menulis surat kedua setelah membaca artikel ini" ujar Sung Ah
Frost lalu memerintahkan Sung Ah untuk mencari klien yang memiliki gejala paranoid. Sung Ah bertanya apakah Song Sun tidak akan melaporkan masalah ini ke polisi. Song Sun mengatakan bahwa dia tidak bisa melaporkan masalah ini ke polisi karena polisi pasti akan memintanya untuk menunjukkan catatan konsultasi para kliennya. Sebagai seorang psikolog, dia tidak boleh mengekspos catatan konsultasi para kliennya.
"Song Sun, jika ancaman diulang maka itu adalah tanda bahaya" Frost mengingatkan Song Sun
"Kalau begitu kita hanya perlu menemukan orang itu terlebih dulu" cetus Sung Ah "Profesor Song, dimana file konsultasinya?"
Song Sun lalu beranjak ke sebuah laci tempat dia menyimpan berkas-berkas catatan kliennya. Tapi saat dia melihat file-file itu dia langsung cemas karena sepertinya ada seseorang yang telah menyentuh file-file itu. Ditengah-tengah kebingungan mereka, tiba-tiba ada seseorang yang menelepon kantornya Song Sun dan memberitahunya bahwa salah satu kliennya yang bernama Kim Moon Sung sedang dirawat di rumah sakit.
Mereka bertiga langsung cepat-cepat pergi menemui Kim Moon Sung di rumah sakit. Kim Moon Sung dirawat setelah mengalami penyerangan dan kejadian ini membuatnya ketakutan dan panik, Song Sun pun langsung berusaha menenangkannya.
Detektif Nam dan detektif Cha menemui 2 orang pria yang sudah pernah menjadi korban sebelumnya. Kedua korban mengatakan bahwa walaupun mereka tidak diancam tapi mereka merasa ada seseorang yang mengawasi mereka. Detektif Cha bertanya apakah ada orang yang dendam pada mereka tapi mereka malah bingung sendiri siapa orang yang punya dendam pada mereka.
Karena tidak mendapat petunjuk apapun dari kedua korban, mereka akhirnya pergi ke rumah sakit untuk menemui korban selanjutnya. Dalam perjalanan menemui korban yang saat ini dirawat di rumah sakit, detektif Cha ditelepon seseorang yang memberitahunya sebuah petunjuk tentang apa kesamaan dari ke-5 korban, yaitu selama sebulan ini mereka ke-5 korban mengunjungi universitas Yongang. Mereka pun memutuskan untuk menginterogasi korban dulu baru setelah itu mampir ke universitas Yongang.
Mereka hendak masuk ke ruang perawatan korban. Namun saat detektif Nam melihat siapa orang yang sedang berada di ruang rawat itu, dia langsung cepat-cepat bersembunyi dengan panik.
"Apa yang dia lakukan disini?" detektif Nam bertanya-tanya dengan senyumnya merekah
Tentu saja sikap aneh detektif Nam ini membuat detektif Cha kebingungan. Detektif Nam tiba-tiba bertanya bagaimana penampilannya saat ini.
Detektif Cha memperhatikan penampilan detektif Nam sangat lusuh "Anda terlihat kurang bersih"
Detektif Nam langsung mengendusi bau badannya dengan panik lalu berusaha sedikit merapikan penampilannya seperti seorang pria yang hendak menemui gebetannya. Dan ternyata detektif Nam sepanik itu karena orang yang berada di dalam ruang rawat korbanadalah Song Sun dan korban penyerangan yang sedang ditanganinya saat ini adalah Kim Moon Sung.
Saat dia masuk, detektif Nam langsung menyapa Song Sun dengan senyum malu-malu. Sung Ah sampai heran sendiri melihat sikap malu-malu detektif Nam pada Song Sun.
Detektif Nam lalu mengajak Frost dan Sung Ah keluar untuk menanyai mereka tentang hubungan korban dengan Song Sun. Sung Ah memberitahu kalau pria itu adalah kliennya Song Sun. Frost bertanya kasus apa yang sedang ditangani detektif Nam saat ini. Detektif Nam mengatakan bahwa kemarin korban mengalami tabrak lari oleh seorang pemabuk yang naik sepeda motor.
"Apa ada korban yang lainnya?" tanya Frost
Sung Ah dan Detektif Nam langsung kaget mendengarnya "Bagaimana kau bisa tahu?"
Mereka kemudian pergi ke kantor polisi dimana detektif Nam mengawal Song Sun seperti seorang bodyguard yang sedang mengawal pejabat negara. Sung Ah bertanya pada Frost, bagaimana Frost bisa tahu kalau ada korban lain.
"Kim Moon Sung diserang tadi malam tapi lihatlah detektif Nam. Bajunya berkerut, dia belum bercukur dan rambutnya juga belum dicuci" kata Frost sembari melihat penampilan lusuh detektif Nam "Semua itu adalah tanda kalau dia sedang menangani kasus ini selama beberapa hari"
"Wow, daebak" Sung Ah memuji Frost
Tapi Frost malah dengan dinginnya mengejek kurangnya kemampuan Sung Ah dalam melakukan penelitian "Hal seperti ini bisa dilakukan oleh siapapun kalau kau mau sedikit memperhatikan. Dibandingkan dengan kemampuan menyetirmu dan rasa penasaranmu yang terlalu berlebihan. Kemampuan observasimu sangat kurang"
Saat Frost berlalu pergi, Sung Ah langsung menggumam kesal mengejek Frost "Tata kramamu sangat kurang dan kau juga sangat tidak perhatian!"
Detektif Nam memperlihat foto-foto kelima korban pada Song Sun dan ternyata kelima korban itu adalah kliennya Song Sun yang akhir-akhir ini datang ke kantornya.
Sementara Sung Ah dan detektif Nam sibuk membicarakan apakah kasus penyerangan ini ada hubungannya dengan kasus surat ancaman, Frost memperhatikan Song Sun tampak sangat gelisah.
Detektif Nam tengah meminta Song Sun untuk menyerahkan catatan para kliennya saat perutnya Sung Ah tiba-tiba berbunyi nyaring. Frost melihat jam tangannya dan langsung menyindir Sung Ah karena perutnya Sung Ah berbunyi tepat jam 7 malam.
"Aku tidak lapar!" Sung Ah protes karena malu
"Lalu itu tadi bunyi apa?" tanya Frost
"Bunyi alarm. Aku bukan seorang jenius seperti anda profesor. Aku punya sebuah alarm yang memberitahuku saatnya untuk makan"
Karena sudah saatnya alarm berbunyi maka detektif Nam pun langsung mengajak semua orang untuk makan malam bersama. Awalnya Song Sun menolaknya karena dia tidak berselera makan tapi detektif Nam terus membujuk Song Sun sampai akhirnya Song Sun mau ikut.
Setelah makan malam, mereka berkumpul bersama di bar Mirror. Bartender yang lebih tua ngomel-ngomel kesal karena yang pesanan gengnya Frost bukan minuman alkohol yang mahal tapi malah kue kering, teh dan susu hangat.
"Memangnya tempat ini warung teh?" gerutunya
"Samakan saja harganya dengan harga cocktail (minuman keras)" ujar Frost yang langsung sukses membuat bartender yang lebih tua tersenyum senang.
Detektif Nam dan Sung Ah menikmati pesanan minuman mereka tapi Song Sun sangat gelisah sampai tidak enak makan. Sung Ah berusaha membujuknya untuk makan kue tapi Song Sun langsung menolaknya. Saat Sung Ah terus menerus membujuk bahkan menyodorkan sebuah kue pada Song Sun, Frost langsung memberitahu Sung Ah kalau kue yang sedang ia tawarkan pada Song Sun itu adalah kue yang mengandung kacang almond dan Song Sun tidak boleh memakannya karena dia alergi berat pada kacang.
Bagaimana dengan file yang hilang di lemari arsip? tanya Frost. Song Sun mengatakan bahwa file-file konsultasi itu berantakan padahal hanya dia saja yang bisa mengaksesnya. Detektif Nam menduga pasti ada seseorang yang melihat-lihat file itu lalu kabur.
"Apakah file para korban juga berada dalam lemari arsip itu?" tanya detektif Nam
"Iya" jawab Song Sun
Karena kasus penyerangan ini mungkin belum selesai, detektif Nam meminta Song Sun untuk menyerahkan semua file konsultasi para klien padanya. Song Sun langsung menolak perintah itu karena sebagai psikolog dia tidak bisa mengekspos kerahasiaan kasus para kliennya apalagi mereka tidak punya bukti kuat. Tapi detektif Nam langsung menyelanya dan mengingatkan Song Sun bahwa saat ini hal paling penting adalah mencegah bertambahnya korban.
Saat Song Sun hendak pulang, Frost ingin mengantarkan Song Sun. Song Sun menolak niat baik Frost tapi Frost tetap bersikeras untuk mengantarkan Sung Ah ke hotel.
"Kau sepertinya sedang mengkhawatirkanku. Tapi kau bukan orang seperti itu" sindir Song Sun
"Itu bukan salahmu" ujar Frost
"Apa maksudmu?"
Dari reaksi Song Sun yang tidak ingin menyerahkan file konsultasi para pasiennya, Frost yakin kalau Song Sun merasa bersalah karena si penjahat itu adalah salah satu dari kliennya.
"Semua orang bisa membuat kesalahan dalam menangani pasien. Tapi bagaimanapun juga, jika itu adalah salahmu..."
"Dan bagaimana kalau itu adalah salahku?. Bagaimana jika memang gara-gara aku, hidup seseorang jadi berantakan?"
Pertanyaan itu langsung membuat Frost terdiam bingung.
Sung Ah baru keluar dari bar saat dia melihat interaksi antar Frost dan Song Sun. Sung Ah langsung terlihat muram saat dia melihat Frost menatap kepergian Song Sun.
Mereka semua tidak menyadari, ada orang lain yang diam-diam memperhatikan Frost dan Sung Ah sambil mengepalkan tangannya dengan penuh amarah.
Di apartemennya, Frost menatap pemandangan malam dari jendelanya. Saat itu tiba-tiba dia teringat saat dia sedang menatap foto wanita yang sering muncul dalam khayalannya.
Keesokan harinya, Sung Ah masih sibuk meneliti tentang Frost. Kali ini dia berusaha menduga-duga apa hubungan Frost dengan Song Sun. Apakah mereka saingan ataukah mantan pacar?
Kesibukannya terganggu saat Dong Han tiba-tiba datang membawa setumpuk file yang diminta oleh Song Sun dan dia datang untuk meminta bantuan Sung Ah mengantarkan file itu ke kantornya Song Sun karena hari ini kantornya Song Sun terkunci. Sung Ah dengan senang hati menyetujui permintaan Dong Han.
Setelah meletakkan tumpukan file itu di meja. Dong Han melihat meja kerjanya Frost kosong, dia lalu bertanya apakah Frost masih belum datang dan Sung Ah pun langsung mengiyakannya. Sung Ah memperhatikan hari ini ekspresi wajah Dong Han tampak sangat ceria. Apakah hari ini terjadi sesuatu yang menyenangkan? tanya Sung Ah.
Dong Han langsung tersenyum malu mendengarnya, dia lalu memberitahu Sung Ah bahwa dia akan segera menikah dan dia ingin melamar pacarnya. Sung Ah pun dengan antusias memberi ucapan selamat dan lalu memberi nasehat lamaran seperti apa yang biasanya disukai wanita.
"Wanita tidak suka dengan cincin dalam kue atau es krim" kata Sung Ah
"Lalu apa yang mereka suka?" tanya Dong Han
"Saat kalian sedang makan malam bersama, kalian mendengarkan cerita di radio dan ternyata cerita itu adalah lamaran. Ah, itu hanya khayalanku, jangan terlalu dipikirkan. Wanita akan menerima lamaran yang dilakukan dengan tulus"
Dong Han tampak mempertimbangkan saran itu dengan serius "Ah iya, terima kasih"
Frost datang tak lama setelah Dong Han pergi. Saat Frost menanyakan tumpukan file itu, Sung Ah memberitahu bahwa Dong Han memintanya untuk mengantarkan file itu ke kantornya Song Sun karena kantornya Song Sun terkunci. Mendengar Song Sun tidak masuk kantor, Frost langsung cemas seketika. Dia langsung memerintahkan Sung Ah untuk menelepon Song Sun dan jika tidak mendapat jawaban maka Sung Ah harus segera menelepon detektif Nam dan meminta detektif Nam mengecek Song Sun ke hotel.
Sementara itu Frost berusaha masuk ke kantornya Song Sun. Karena dia tidak mengetahui passwordnya, dia berusaha menerka-nerkanya. Dia berpikir bahwa kode rahasia biasanya terdiri dari 2 kriteria. Yang pertama adalah informasi pribadi dan yang kedua adalah informasi yang tidak akan pernah lupakan oleh seseorang. Saat itu Frost tiba-tiba teringat tanggal kematian adiknya Song Sun. Frost mencoba menggunakan tanggal kematian adiknya Song Sun dan pintu kantor itu akhirnya terbuka.
Didalam kantor itu, Frost menemukan surat ancaman ketiga di lantai yang sepertinya baru saja diselipkan dibawah pintu. Surat itu mengatakan: Pada akhirnya kau tidak mengingatku. Aku akan membuatku mengingatku.
Sementara Sung Ah sibuk mengecek catatan konsultasi kliennya Song Sun, Frost sibuk memperhatikan meja kerjanya Song Sun. Dari semua barang-barang yang tertata rapi di meja, Frost mendapati ada satu barang yang tidak sesuai tempatnya, sebuah pigura foto Song Sun yang terbalik. Saat Frost membalik pigura foto itu tapi ternyata pigura foto itu kosong. Frost langsung curiga, jangan-jangan pelaku adalah orang yang menderita Erotomania (gangguan mental dimana si penderita berkeyakinan bahwa seseorang mencintainya).
Pada saat yang bersamaan, detektif Nam cemas karena dia tidak bisa menemukan Song Sun di hotel. Dia dan detektif Cha langsung pergi ke apartemennya Song Sun untuk mengecek rekaman CCTV semalam tapi tidak menemukan apapun. Dia lalu menelepon Frost dan memberitahunya kalau Song Sun tidak pernah check in di hotel dan juga tidak pulang ke rumah. Mereka lalu pergi ke kampus untuk menemui Frost.
Setelah mendapat laporan dari detektif Nam, Frost menduga kalau Song Sun mungkin diculik. Dia lalu melaporkan kejadian ini pada Sang Won. Menurut Sang Won surat ancaman yang diterima Song Sun bukan dikarenakan dendam tapi hanya pesan yang meminta agar Song Sun mengingatnya.
"Apa menurut anda Song Sun akan pergi sendiri mencari pelakunya?" tanya Frost
"Tidak, tapi dia mungkin berpikir kalau dia telah membuat klien yang lainnya berada dalam bahaya" jawab Sang Won
Ucapan Sang Won itu membuat Frost teringat kembali pada semua kegelisahan Song Sun dan pernyataan Song Sun yang merasa kalau dia telah bersalah karena telah merusak hidup seseorang. Sang Won yakin bahwa pelaku kasus ini adalah orang yang terobsesi kalau dia adalah orang yang paling penting dalam hidup Song Sun.
Tapi Frost bingung karena surat-surat ancaman itu menunjukkan kalau pelakunya menderita Paranoia. Tetapi penyerangan yang dilakukan pada para korban pria dan juga tindakan mencuri foto Song Sun, menunjukkan si pelaku menderita Erotomania.
Dalam perjalanan kembali ke kantornya, Frost berhenti di tengah jalan dan termenung mengingat kembali percakapannya dengan Sang Won.
Pada saat itu, Sung Ah juga sedang berjalan-jalan di sekitar kampus. Saat dia melihat Frost, dia langsung tersenyum senang tapi senyum itu langsung sirna seketika saat dia mendengar beberapa mahasiswa kebingungan menatap sesuatu di atap gedung. Sung Ah memalingkan pandangannya ke atap gedung dan melihat seseorang hendak menjatuhkan sebuah pot bunga tepat ke arah Frost.
Sung Ah langsung berlari dan mendorong Frost dengan panik, menyelamatkan Frost tepat saat pot bunga itu terjatuh disebelah mereka. Mereka lalu cepat-cepat mengejar si pelaku dari 2 arah yang berbeda. Tapi sayang mereka terlambat dan pelaku sudah menghilang saat mereka tiba di atap.
Song Sun terbangun di sebuah kamar yang gelap dalam keadaan kaki dan tangan terikat.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam