Sinopsis Something About 1% Episode 7 - Part 1

Episode 7: Arti sebuah hadiah. Dari Sekedar Kenangan Menjadi Harta Yang Berharga. 


Da Hyun diam membiarkan Jae In tertidur nyenyak di bahunya dengan tangan saling terkait satu sama lain, sementara para pasangan lain di sekitar mereka mulai beranjak pergi satu per satu.


Tapi kemudian ponselnya Da Hyun berbunyi. Da Hyun berusaha meraihnya tanpa membangunkan Jae In. Tapi karena jarak yang cukup jauh, Da Hyun harus mencondongkan tubuhnya dan pada akhirnya membuat Jae In bangun.

"Berapa lama aku tidur?"

"Tidak lama. Mungkin sekitar satu jam"

"Aku merasa segar kembali sekarang"

Da Hyun langsung menatapnya dengan iba. Jae In terlihat seperti cuma bisa makan sekali sehari, berapa jam dia bisa tidur? Jae In berkata kalau dia hanya bisa tidur 4 jam selama 3 hari terakhir ini.


Da Hyun cuma bisa menggembungkan pipinya dengan frustasi mendengar itu. Jae In dengan imutnya mengempeskan kembali pipi tembem Da Hyun. hehe, mereka cute deh.


Saat mengantarkan Da Hyun pulang, lagi-lagi dia mengingatkan Da Hyun untuk mengunci pintu rumahnya dengan baik. Tapi saat dia hendak pergi, Da Hyun tiba-tiba meminta ponselnya lalu mematikan speakernya, dan meminta Jae In untuk tidak melihat ponselnya sampai besok pagi.

"Tidur saja. Kalau tidak kau akan mati, mengerti tidak?"

"Mana bisa. Kau tahu betapa sibuknya aku..."

"Aku menunggumu selama 2 jam waktu itu. Apa kau tidak merasa bersalah padaku?"

"Apa kau masih marah padaku tentang itu?"

"Kau kan tidak berusaha melakukan apapun untuk membuatku merasa lebih baik. Yang kau lakukan cuma tidur. Pokoknya jangan lakukan apapun begitu sampai rumah dan tidur saja sampai besok pagi. Jika kau melakukannya maka aku akan memaafkanmu"


Jae In akhirnya berjanji akan melakukannya dan menelepon Da Hyun besok. Dia berbalik pergi, tapi baru beberapa langkah dia langsung balik lagi untuk memeluk Da Hyun "Maaf, sudah membuatmu menunggu"


Keesokan harinya, berkat saran Da Hyun untuk istrahat, Jae In kembali kerja dengan semangat menggebu-gebu. Begitu rapat usai, Pegawai Han langsung menggerutu heran, jangan-jangan bos mereka itu punya baterei di kepalanya? Bagaimana bisa orang bisa begitu energik hanya dalam waktu semalam?


Sementara itu di sekolah, Da Hyun memulangkan murid-murid-nya dengan mencap tangan mereka dengan stempel 'Kerja Bagus'.


Keesokan harinya, Jae In hendak berangkat kerja saat dia melihat hari ini adalah tanggal 25 juli. Jae In tampak sedih melihat mainan robot pemberian Da Hyun yang terpajang di raknya.

 

Dia lalu pergi menemui ibunya. Saat Ibu Jae In datang, dia menyerahkan sebuah amplop berisi dokumen pada Jae In. Kakek bilang kalau Pamannya Jae In sepertinya sedang merencanakan sesuatu. Ibu lalu menyuruhnya pulang, ia cemas karena belakangan ini Jae In jarang istirahat.

"Ah, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu" ujar Jae In lalu menyerahkan sebuah tas pada Ibu "Ini hadiah"

Jae In mengaku bahwa sebenarnya dia tidak yakin apakah Ibu akan menyukainya karena ini pertama kalinya dia memberikan sebuah hadiah untuk Ibu. Ibu mengeluarkan isinya dan langsung senang mendapati sebuah kotak kecil "Aku akan menyukai apapun yang kau berikan untukku"


Jae In sedang mempelajari dokumen pemberian ibunya itu saat Pegawai Han masuk untuk menanyakan masalah makan siang. Tapi yang mengejutkannya, Jae In malah berkata kalau dia mau keluar sebentar lagi dan mengizinkan mereka untuk pulang cepat karena hari ini kan weekend. Pegawai Han benar-benar tercengang dibuatnya.

Saat dia keluar, dia memberitahu rekan-rekannya kalau Jae In mengizinkan mereka pulang cepat hari ini "Si penggila kerja itu baru saja bilang padaku. Apa itu masuk akal?"

Yang lain sontak tercengang juga mendengarnya. Ketua Tim Kang langsung menggodanya, kalau Pegawai Han tidka mau pulang, bagaimana kalau dia melanjutkan bekerja bersamanya saja? Pegawai Han tidak mau dan langsung bersiap pulang dengan antusias.
 

Tepat saat Jae In keluar dari ruangannya, Joo Hee datang lagi. Jae In berusaha mengabaikannya tapi Joo Hee terus mengejarnya dan mengklaim ada sesuatu yang ingin dia katakan. Kesal, Jae In akhirnya meluangkan waktunya sebentar untuk bicara berdua dengan Joo Hee di cafe.

Joo Hee mengusulkan agar mereka balikan. Jae In langsung sinis mendengarnya "Kau kan tidak punya perasaan apa pun padaku. Omong kosong apa ini?"

"Kau kan juga tidak peduli tentang cinta. Dan seseorang sepertiku sudah pasti bisa membantumu."

Jae In mengakui Joo Hee benar, dia memang tidak peduli dengan hal-hal semacam cinta. Karena itulah dia tidak perlu memilih Joo Hee dan perusahaannya. Dia bisa menemukan banyak sekali pilihan yang lebih baik. Joo Hee yakin kalau kakek Jae In pasti akan senang memilikinya sebagai menantu karena kakek tahu betul apa yang terbaik untuk perusahaan.

"Kalau begitu kenapa tidak kau lamar saja kakekku?" ujar Jae In ketus lalu pergi (hahaha!).

 

Da Hyun menunggu saat Jae In akhirnya tiba di taman dan meminta maaf karena terlambat. Da Hyun pura-pura ngambek, tapi pada akhirnya dia menarik Jae In duduk di sampingnya, sama sekali tidak mempermasalahkan keterlambatan Jae In. 
 
Da Hyun bertanya apakah Jae In punya waktu bebas sekarang? Jae In berkata tidak, dia sangat sibuk tapi dia menyempatkan waktu untuk bertemu Da Hyun. Da Hyun langsung tersenyum senang mendengarnya.

"Kenapa kau senyum?"

"Ah, tidak. Aku hanya memikirkan apa yang harus kulakukan di saat luangmu yang berharga ini"

Jae In bertanya apa yang ingin Da Hyun lakukan? Kali ini giliran siapa yang memilih tempat kencan? Tapi tak ada satupun dari mereka yang ingat giliran siapa sekarang.


Sun Woo mengunjungi Hyun Jin di toko bajunya. Alasannya untuk mengunjungi Hyun Jin tapi sebenarnya untuk mencari informasi tentang pacarnya Da Hyun. Pria itu Lee Jae In dari SH Group, bukan? Hyun Jin membenarkannya. Apa keluarganya Da Hyun mengetahui masalah ini?

"Tentu saja tidak. Jadi sebaiknya oppa tutup mulut juga, mengerti?"

"Kenapa dia mengencani pria itu sih?"

"Itu bukan urusan kita. Pokoknya jangan sebarkan masalah ini ke mana pun. Orang tuanya pasti akan cemas"


Jae In mengklaim sepertinya kali ini adalah gilirannya dan menyarankan agar mereka ke hotel untuk menghadiri sebuah acara musim panas. Da Hyun langsung manyun mendengarnya. Dia penasaran, apa yang Jae In anggap paling penting di dunia ini?

"Uang" jawab Jae In "Uang adalah hal yang paling penting bagiku"

Da Hyun heran, kenapa Jae In terobsesi pada uang padahal dia adalah pewaris generasi ketiga? Jae In mengklaim bahwa itu bukan uangnya, itu uang Kakeknya. Dia tidak mau menjadi pewaris generasi ketiga, dia mau jadi kaya dengan usahanya sendiri.

 

Tiba-tiba Jae In melihat seorang remaja sedang bersepeda sembarangan sambil mainan ponsel sementara di depannya ada anak yang terjatuh dari sepatu rodanya. Panik, Jae In langsung berlari menarik anak itu menjauh dan membuat dirinya sendiri terjatuh. Syukurlah mereka baik-baik saja dan Da Hyun pun lega.


Jae In bertanya apakah anak itu baik-baik saja lalu mengomelinya untuk lebih berhati-hati lain kali. Setelah anak itu pergi, Jae In kembali duduk di bangku dan Da Hyun terus menerus menatapnya dengan penuh kekaguman sampai membuat Jae In risih dipandangi seperti itu.

"Apa?"

"Apanya?"

"Kau mengikuti dan menatapku terus!"

Da Hyun mengeluarkan stempel 'Kerja Bagus' lalu menyetempel telapak tangan Jae In. Apa-apaan itu? tanya Jae In tak suka. 
 
Da Hyun memberitahunya bahwa itu stempel penghargaan untuk Jae In lalu mengelus kepala Jae In seperti mengelus anak kecil dan berkata "Kerja bagus!"

Sekarang setelah mengerti arti stempel itu, Jae In pun akhirnya tersenyum. Da Hyun lalu menyarankan agar sebaiknya mereka bermain sepatu roda saja.


Ibu Jae In membuka kotak hadiah pemberian Jae In dan mendapati isinya adalah mainan robot. Ibu begitu terharu melihat hadiah itu lalu menaruhnya di rak bersama dengan mainan robot lainnya.

Di rak itu pula ada foto mendiang putranya "Kurasa adikmu, Jae In, masih berpikir kalau kau adalah hyung-nya. Dia membuat sesuatu yang sangat kau sukai dan memberikannya padaku"


Saat Jae In membantu memasangkan sepatu rodanya Da Hyun, dia mengaku bahwa ini adalah pertama kalinya dia bersepatu roda. Da Hyun juga mengaku kalau ini pertama kalinya baginya karena dulu di tempatnya tidak ada tempat untuk melakukan ini. Jae In mengaku bahwa dia tidak pernah diizinkan melakukan hal semacam ini karena berbahaya.

"Kalau begitu kita coba sekarang. Aku akan baik-baik saja, tapi kau mungkin akan patah tulang karena kau sangat tua!" olok Da Hyun

Bersama-sama, mereka meluncur dengan sepatu roda mereka. Saling berpegangan agar tak jatuh sebelum akhirnya mereka mulai bisa menyeimbangkan diri sambil saling tertawa bahagia. Da Hyun masih agak kesulitan sementara Jae In meluncur dengan lancar.


Da Hyun sampai curiga dan menuduh Jae In berbohong padanya tadi. Jae In bersikeras mengklaim kalau ini benar-benar pertama kalinya. Saat Da Hyun membantu Jae In berdiri, Jae In malah menariknya dan jadilah dia terjatuh menimpah Jae In.


Tae Ha sedang makan siang bersama ibunya dimana Ibunya memberitahu bahwa Kakek itu adalah orang yang sangat keras kepala. Dulu setelah Ayahnya Jae In memutuskan meninggalkan perusahaan dan keluarga hanya demi seorang wanita, Kakek tidak sedikitpun melirik Ayahnya Jae In. Karena itulah Kakek juga pasti akan tega membuang Jae In atau Tae Ha.

"Tapi jika Jae In tidak diadopsi oleh paman, apa ibu pikir keadaannya akan berbeda sekarang?" tanya Tae Ha

Ibu Tae Ha menduga mungkin Jae In akan ikut Ibunya ke Kanada dan tinggal di sana. Tapi karena kakaknya sudah tidak ada, Kakek mungkin akan tetap membawa Jae In kembali kemari. Ibu Tae Ha memperingatkan Tae Ha untuk tidak kalah dari Jae In dalam hal apapun. Jae In dan Tae Ha cuma beda nama keluarga saja.

"Kau harus melakukan yang terbaik. Kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi"

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam