Sinopsis Something About 1% Episode 6 - Part 2

Saat Jae In kembali ke ruang sekuriti, dia melihat di salah satu rekaman, ada satu orang misterius yang masuk ke ruang staf dengan membawa sebuah tas.

Jae In dan para anak buahnya bergegas masuk ke ruangan itu. Anak buahnya tegang saat Jae In mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas itu. Dengan hati-hati dia membuka kotak itu dan muncullah mainan prank yang kontan membuat semua orang kaget tapi langsung lega sedetik kemudian menyadari kalau itu cuma mainan.

Tapi biarpun ini cuma prank dan masalah sudah berakhir, tapi Jae In tetap menginstruksikan para anak buahnya untuk lebih meningkatkan keamanan. Tak lama kemudian, Ketua Tim Kang menelepon Pegawai Han karena HP-nya Jae In tidak bisa dihubungi dan melaporkan bahwa Mr. Robinson terkena serangan jantung tapi sekarang dia sudah melewati masa kritis.

Sekarang setelah segalanya usai, Jae In baru bisa melihat jam dan langsung frustasi menyadari dia sudah sangat terlambat. Dia langsung bergegas ke cafe secepat mungkin. Tapi sayangnya, Da Hyun sudah tidak ada di sana. 

Da Hyun memang sudah pergi sedari tadi saking kecewanya menunggu Jae In sedari siang dan tidak bisa menghubungi Jae In juga. Tapi saat dia tiba di depan rumahnya, dia mendapati Jae In sudah menunggu di sana, berusaha tetap memenuhi janjinya untuk datang menemuinya biarpun sudah terlalu terlambat.

Tapi Da Hyun terlalu kecewa dan marah padanya, sehingga dengan sinis dia mengingatkan Jae In bahwa sekarang sudah lewat waktu janjian mereka. Ditambah lagi, Jae In memilih untuk tidak menceritakan masalah bom itu, mungkin agar tidak membuat Da Hyun khawatir, dan hanya beralasan kalau dia tadi ada urusan mendesak di tempat kerja.

Tapi alasannya itu justru membuat Da Hyun jadi semakin kesal padanya. Dia mengingatkan Jae In bahwa semua orang di dunia ini juga sibuk, tapi mereka masih berusaha menyempatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan.

"Apa kau marah padaku?"

Da Hyun menyangkal walaupun dia akui kalau dia hanya merasa tidak senang. Lagipula mereka bertemu kan cuma untuk memenuhi jumlah pertemuan mingguan yang sudah mereka sepakati dalam kontrak. Jadi dia berusaha keras untuk tidak marah.

Jae In agak sakit hati mendengarnya. Dia hampir saja mau menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya, tapi tiba-tiba dia ditelepon Ketua Tim Kang yang memintanya untuk kembali ke kantor untuk menangani masalah penting.

Jae In berusaha meyakinkan Da Hyun bahwa ini urusan mendesak dan berjanji akan menelepon Da Hyun nanti. Tapi Da Hyun langsung melepaskan pegangan tangan Jae In dan berkata bahwa Jae In tidak perlu melakukan itu, mereka bicara lagi minggu depan saja, dan mengingatkan bahwa mereka harus mengakhiri sandiwara ini secepatnya.


Da Hyun langsung masuk rumah, dan saat itulah dia hampir menangis. Tapi dia berusaha menahan diri dan mengingatkan dirinya sendiri kalau mereka hanya pacaran, bukan berarti mereka akan menikah. Heran dia, kenapa Jae In selalu sibuk sepanjang waktu.


Jae In benar-benar sibuk lembur sepanjang malam, dan baru selesai pagi. Pun begitu, dia tidak pulang atau beristirahat. Dia cuma mandi sebentar sebelum kemudian lanjut kerja. 

Sementara itu, Da Hyun bercerita ke Hyun Jin tentang semalam. Hyun Jin heran mendengarnya, waktu dia melihat mereka bersama, dia merasa kalau Jae In tuh benar-benar suka sama Da Hyun. Aneh sekali Jae In malah tidak datang memenuhi janjinya hanya karena sibuk.

Biasanya pria akan menyempatkan waktu sesibuk apa pun mereka demi bertemu dengan wanita yang mereka sukai. Terus, apakah Da Hyun kecewa karena Jae In tidak datang?

Da Hyun menyangkal, tapi sekarang dia mulai menyadari sesuatu dan langsung merapal mantra untuk mengingatkan dirinya sendiri agar tidak terbawa perasaan apalagi jatuh cinta pada Jae In hanya karena mereka beberapa kali berkencan. 

Tapi pada akhirnya dia tetap melihat HP-nya dengan penuh harap, mengharap telepon atau pesan dari Jae In tapi ternyata tidak ada apa-apa. Da Hyun kecewa. Melihat itu, Hyun Jin pun berusaha menghibur Da Hyun dengan mengajaknya minum-minum.

Di sela kesibukannya, Jae In akhirnya menyempatkan waktu untuk menelepon Da Hyun. Tapi bahkan sebelum dia sempat melakukannya, tiba-tiba dia ditelepon kakeknya.

Di luar, para pegawai menggerutu kesal karena sudah 3 hari ini mereka dipaksa lembur sama si bos mereka yang kejam itu. Baru juga dibicarakan, Jae In mendadak muncul lalu memerintahkan Ketua Tim Kang untuk merilis berita tentang pembukaan hotel mereka yang berada di Hawaii dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian media dari kasus ancaman bom semalam.

Jae In lalu pergi menemui Kakek untuk melaporkan masalah insiden semalam. Dia menduga kalau kasus semalam bukan cuma sekedar prank biasa. Kakek bertanya-tanya apakah Jae In punya tersangka yang dia curigai. Jae In mengaku bahwa dia hanya mencurigai satu tersangka... yaitu, Kakek. Pfft!

Kakek sontak terbatuk-batuk heboh saking kagetnya (Hah? Beneran Kakek pelakunya?). Jae In dengan santainya mengemukakan kecurigaannya akan alasan Kakek melakukan ini. Dulu Kakek menjual hotel itu kepadanya, sekarang setelah hotelnya mengalami banyak peningkatan, Kakek pasti sedang menunggu kesempatan untuk merebutnya kembali, iya kan? Terbukti dengan mata-mata yang Kakek tempatkan di hotelnya.

Tapi jangan khawatir, Jae In janji akan melapor ke Kakek kalau hasil investigasi polisi sudah keluar nanti. Dia langsung pamit pergi setelah itu, meninggalkan Kakek yang cuma bisa melongo sebelum kemudian ketawa ngakak mengagumi kehebatan Jae In.

Dalam perjalanan kembali ke hotel, Jae In terus berusaha menelepon Da Hyun tapi tidak diangkat-angkat. Akhirnya dia tidak sempat memikirkannya lagi karena kemudian dia mendapat telepon dari Ketua Tim Kang.

Dia tidak tahu kalau Da Hyun tidak bisa menerima teleponnya karena Da Hyun lagi mandi. Da Hyun baru melihat misscall dari Jae In itu saat dia keluar dari kamar mandi tak lama kemudian. Da Hyun galau antara harus menelepon balik atau tidak. Tapi bahkan sebelum dia sempat memutuskan, tiba-tiba dia mendapat telepon dari Ji Soo.

Di SH Mall, Tae Ha mendapat pesan dari seseorang yang melaporkan sesuatu padanya. Tak lama kemudian, dia diam-diam mengawasi Da Hyun yang sedang melihat-lihat topi cowok di salah satu toko.

Dia hampir saja mau menghampiri Da Hyun. Namun tiba-tiba dia melihat Ji Su datang dan merasa aneh melihat interaksi mereka yang terlalu akrab bak sepasang kekasih.


Usai membelikan Ji Su topi, mereka pun indah ke cafe di mana Da Hyun mengajari Ji Su matematika. Tapi tidak bisa fokus memikirkan misscall-nya Jae In. Dia langsung keluar sebentar, galau antara harus menelepon Jae In atau tidak.

Tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Tapi saat dia hendak kembali, dia malah tak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang membuat HP-nya terjatuh sampai pecah.

Malam harinya, Jae In mendatangi rumah Da Hyun. Dia mengetuk beberapa kali, tapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. Dia menunggu denngan sabar, terus menerus berusaha menghubungi Da Hyun, tapi Da Hyun tidak bisa dihubungi sama sekali. Setelah beberapa lama, akhirnya dia melihat Da Hyun pulang.

Da Hyun langsung kesal melihatnya di sana. Dia langsung melangkah ke arah Jae In dengan penuh amarah, tapi begitu sampai di depannya Jae In, dia langsung belok dan mengabaikannya. Jae In tidak terima di abaikan begitu saja dan langsung protes.

Da Hyun akhirnya berbalik kembali padanya dan tanya apa yang dia lakukan di sini. Jae In langsung balas mengkritik Da Hyun yang pulang terlalu larut malam.

"Urus saja urusanmu sendiri. Lagian ngapain kau di sini? Kau kan sangat amat sibuk."

"Aku sekarang sangat sibuk tapi aku menyempatkan waktu untukmu. Tapi karena kau pulang terlambat, aku... menyia-nyiakan waktu satu setengah jam."

"Bagaimana bisa itu salahku? Siapa suruh kau menunggu di sini tanpa menelepon?"

"Dan kenapa kau tidak mengangkat teleponmu?"

"Kenapa juga aku meneleponku di saat yang tidak tepat?" 

"Ah, sudahlah. Aku perlu menjelaskan tentang diriku padamu."

"Silahkan. Aku memang harus memberimu kesempatan untuk setidaknya menjelaskan."

Tapi Jae In tidak mau menjelaskan di sini dan langsung mengajak Da Hyun untuk makan malam bersamanya. Dia lapar soalnya, belum makan malam sedari tadi.

Da Hyun masih kesal saat dia dengan terpaksa mengikuti Jae In ke restoran. Tapi saat akhirnya Jae In menjelaskan tentang kejadian kemarin, Da Hyun shock dan langsung mencemaskan Jae In, takut dia terluka.

Jae In menjelaskan bahwa itu bukan bom betulan, melainkan hanya prank. Tapi entah jika lain kali ada bom betulan. Jika benar-benar ada bom betulan, maka segalanya akan menjadi sangat buruk.

Da Hyun bertanya-tanya apakah mungkin itu terjadi karena Jae In terlalu kejam terhadap orang lain. Bukannya tersinggung, Jae In justru merasa bahwa Da Hyun mungkin benar.

"Karena itulah, jadi orang yang lebih baik mulai sekarang. Jika tidak, takutnya benar-benar akan terjadi sesuatu yang buruk."

"Tapi aku tidak melakukan sesuatu yang sangat amat buruk sampai pantas dibom, oke?"

Da Hyun heran, bagaimana bisa hal seperti itu bisa terjadi di sebuah hotel? Dia pikir kalau hotel itu tempat untuk tidur. Jae In malah menggoda Da Hyun dan dengan penuh arti berkata bahwa hotel memang bukan cuma tempat untuk tidur, melainkan ada banyak hal yang bisa dilakukan di dalam kamar. Pfft! Da Hyun paham maksudnya dan langsung memalingkan pandangannya dengan canggung dan malu.


Saat Da Hyun kembali dari toilet tak lama kemudian, Jae In tiba-tiba menarik Da Hyun untuk duduk di sampingnya lalu menggenggam tangan Da Hyun. Da Hyun bingung, dia ngapain sih?

Jae In menjawabnya dengan menyuruhnya untuk melihat ke sekitar mereka, para pasangan lain lagi mesra-mesranya dengan pacar masing-masing. Tapi Da Hyun tak nyaman dan berusaha melepaskan tangannya.

Tapi Jae In dengan cepat menariknya kembali dan menjalin jari jemari mereka. Mereka pun duduk diam dalam posisi seperti itu sambil menyesap minuman masing-masing. Da hyun terus mengedarkan pandangannya ke arah lain sehingga dia tidak menyadari Jae In yang mulai terkantuk-kantuk... hingga tiba-tiba saja kepala Jae In tersandar ke bahunya. Da Hyun kaget, tapi akhirnya dia membiarkan Jae In tertidur di bahunya.

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam