Sinopsis Good Witch Episode 2

Sinopsis Good Witch Episode 2


Seorang pria misterius mendadak membekap Sun Hee dan mengira dia Do Hee. "Kau pikir aku tidak akan tahu kalau kau pindah. Serahkan barang itu, kuberi waktu 4 hari." Ancam pria itu sebelum akhirnya melepaskan Sun Hee dan kabur.

Sun Hee sontak panik berteriak-teriak meminta pertolongan, tapi tak ada satupun yang datang menolongnya. Tepat saat itu, Do Hee akhirnya pulang.


Tapi dia santai-santai saat Sun Hee memberitahukan masalah barusan padanya. Sun Hee cemas, apa sebenarnya pria itu inginkan dari Do Hee? Apa dia diperas? Apa sebenarnya yang terjadi?

"Apa kau melihat wajahnya?"

"Dia memakai topi, aku tidak bisa melihat wajahnya."

"Apa ada yang melihat? Apa tadi ada orang tadi?"

"Tidak ada siapapun. Apa sebenarnya yang terjadi. Unnie akan membantumu, ceritakan padaku. Tidak! Kita harus melaporkannya ke polisi lebih dulu."

"Dia salah satu mantan pacarku."


Sun Hee jelas heran mendengarnya, kenapa mantan pacarnya memerasnya? Tapi Do Hee malah kesal menyuruh Sun Hee untuk tidak ikut campur dan mengusirnya.

Tapi saat Sun Hee hendak mengepak kotak makannya, dia melihat ada surat kontrak rumah kontrakan. Sun Hee bingung, apa Do Hee mau pindah lagi? Tapi kan dia baru pindah. Ah, apa Do Hee berusaha menghindari pria itu?

"Kubilang, pergi!"


Di tempat lain, Ibu dan Ayahnya Woo Jin sedang mengintai di depan rumah putra mereka. Ayah sudah bosen dan lapar, takut dikira penguntit juga kalau sampai ada yang melihat mereka.

Tapi Ibu tidak mau tahu lalu memperlihatkan CCTV yang menunjukkan Woo Jin sedang melakukan yoga yang bertujuan untuk menekan gairahnya terhadap wanita.

Ibu cemas karena putra mereka melakukan hal ini setiap hari. Kalau begini caranya, bisa-bisa Woo Jin tidak akan pernah menikah seumur hidup dan jadi jomblo yang aneh.


Dari percakapan mereka, ternyata Ayah (yang juga seorang pilot) mendapat promosi sebagai kepala kantor cabang di Jerman. Tapi Ibu tidak akan bisa pergi dengan tenang gara-gara Woo Jin.

Karena itulah, Ibu bertekad untuk melakukan hal yang benar untuk meluruskan kesalahan putra mereka. Ayah cemas kalau Ibu akan melakukan seperti apa yang Ibu katakan waktu itu.

Ibu memperingatkan. "Rahasiakan itu dari Woo Jin." Ia lalu menghubungi seorang agen real estate, entah untuk apa.


Sementara Ibu sibuk menata segala persiapan upacara peringatan Ayah, Sun Hee berusaha menghubungi Do Hee tapi tidak diangkat. Sun Hee jadi cemas, takut terjadi sesuatu pada Do Hee.

"Dia pasti sengaja mengabaikan telepon Ibu." Kata Cho Rong

"Biarkan saja dia. Sudah lima tahun dia tidak lagi mengikuti upacara kematian ayahmu. Dia bilang kita menyedihkan. Do Hee mengabaikan dan membencimu, kenapa kau baik sekali padanya? Apa kau lupa bagaimana dia memperlakukanmu?"

Flashback.


Dulu saat Sun Hee menikah, dia begitu antusias menunggu kedatangan Do Hee. Dia bahkan ngotot akan berjalan di altar hanya setelah Do Hee datang.

Do Hee akhirnya datang tak lama kemudian. Cheon Dae pun antusias, karena ini pertama kalinya bertemu dengan kembaran istrinya. Tapi Do Hee sama sekali tak menyambut uluran tangannya.

Bukannya datang mengucap selamat untuk sang kakak, Do Hee malah datang untuk melabrak Sun Hee gara-gara dia mendapat surat yang mengumumkan bahwa Sun Hee diterima jadi kru kabin di perusahaan penerbangan lain.

Dia langsung menyobek-nyobek surat itu lalu melemparnya ke muka Sun Hee dengan kasar. "Aku baru saja terpilih sebagai model kru kabin di perusahaanku. Tapi menurutmu apa yang akan terjadi jika mereka tahu kalau kembaranku bekerja di perusahaan saingan? Apa kau pikir mereka masih akan menjadikan model kru kabin?!"


Sun Hee sontak berkaca-kaca mendengarnya. Dia sama sekali tidak pernah bermaksud menghancurkan hidup Do Hee. Tapi Do Hee tahu sendiri kalau dia juga selalu bercita-cita untuk menjadi pramugari sejak dia kecil.

Do Hee tidak mau tahu. Pokoknya cari saja pekerjaan lain, pekerjaan yang lebih cocok untuk Sun Hee. Cheon Dae tidak terima, kenapa Do Hee boleh jadi pramugari tapi Sun Hee tidak?

"Hanya karena kami mirip, bukan berarti kompeten sepertiku. Kau tahu, kan? Kalau kau berada di dekatku, aku akan dianggap serendah dirimu. Aku bahkan pindah rumah agar orang-orang tidak tahu tentangmu. Jangan pernah mendekati bandara. Mengerti?!"


Do Hee menangis mendengarnya. "Kau jahat sekali. Terlepas dari perasaanmu, tidak seharusnya kau datang dan melakukan ini di pernikahanku."

"Bodoh! Berapa kali harus kutekankan. Aku muak denganmu dan juga Ibu. Aku ingin putus hubungan dengan kalian!"

Dia langsung pergi tanpa mempedulikan ibunya yang shock mendengar ucapan jahatnya barusan. Bahkan Ibu Mertuanya Sun Hee pun kaget melihat semua itu.

Flashback end.


"Kau seharusnya hidup seperti dia. Sun Hee, Ibu tidak suka kau bersikap terlalu baik seperti ayahmu. Ingat kejadian yang menimpanya usai terlalu mempedulikan orang lain?"

Walaupun Ibu sedih melihat Do Hee berubah jadi orang egois, tapi setidaknya Ibu tidak pernah mencemaskannya. Karena itulah Sun Hee juga harus hidup seperti Do Hee agar hidupnya juga menjadi lebih baik.


Pyeong Pan rapat bersama para eksekutifnya gara-gara insidennya Tae Ri yang membuat kondisi perusahaan jadi krisis. Parahnya lagi, tak ada satupun dari para eksekutif itu yang bisa memberinya solusi.

Kesal, Pyeong Pan pun menyuruh Sekretarisnya untuka memanggil Woo Jin dan Ayahnya kemari dan juga Kang Min.


Tapi Kang Min saat itu sedang mengunjungi Tae Ri di penjara dan memberitahunya kalau si wartawan mau menuntut Tae Ri.

Tae Ri langsung sinis menghina si wartawan sebagai pengemis. Orang-orang seperti itu hanya ingin merampas uangnya. Kekesalan Kang Min tampaknya sudah sampai ubun-ubun menghadapi tingkah istrinya itu.

Asal Tae Ri tahu saja. Banyak orang yang kesal karena orang kaya menyalahgunakan kekuasaan mereka. Mereka bahkan menandatangani petisi untuk memboikot Maskapai Donghae (perusahaan mereka) dan membuat nilai dan harga saham mereka anjlok.

"Menilai dari tanggapan masyarakat, kau tidak akan bebas semudah itu."


Dia lalu beralih topik membicarakan masalah pribadi mereka. Tae Ri pernah bilang kalau Tae Ri sudah muak padanya dan ingin bercerai, kan?

Dia berusaha mempertahankan rumah tangga mereka karena tidak ingin merasa gagal. Tapi sekarang Kang Min berubah pikiran. Dia akan menuruti keinginan Tae Ri.

"Aku juga sudah muak mengurusi masalahmu. Kalau kau ingin bercerai, mari kita bercerai."


Pagi-pagi, Sun Hee mendapat telepon yang sontak membuatnya shock. Dia langsung bergegas pergi ke tempat kerjanya. Ternyata bos mereka menggelapkan uang gaji mereka dan kabur.

Parahnya lagi, uang tabungan Sun Hee yang hendak dia gunakan untuk membeli food truck, dia titipkan pada bosnya juga. Para ahjuma yakin kalau bos mereka sudah merencanakan segalanya, dia pasti berpikir kalau Sun Hee gampang dibodohi. Sun Hee sontak terjatuh lemas dan tangisnya pun pecah. Tapi tiba-tiba dia ditelepon oleh bosnya.


Di kantor, Pyeong Pan diberitahu Kang Min tentang insiden Tae Ri menumbuk kepala si wartawan. Pyeong Pan langsung kesal melabrak Kang Min, kenapa dia malah tidak bisa mengontrol istrinya?

"Tugasmu adalah mengendalikan istrimu! Apa itu pekerjaan yang sulit?! Menyedihkan sekali. Bagaimana saham kita?"

Turun 13,38%. Sebelumnya, harga saham mereka belum pernah serendah ini. Ini buruk. Apalagi sekarang ini banyak investor asing yang mulai membeli saham kita.

Parahnya lagi, Kementerian Pertahanan, Infrastruktur dan Transportasi, mengumumkan kalau mereka harus mempertimbangkan ulang rencana mereka untuk membuat maskapai budget rendah.

Kesal, Pyeong Pan langsung menghantamkan sesuatu ke itunya Kang Min. Tapi dia sama sekali tidak berani mengeluh dan meminta maaf sambil berusaha keras menahan sakit dan kesal.


Pyeong Pan lalu meminta pendapat Kapten Song, tapi Kapten Song juga tidak punya solusi untuknya. Malah Woo Jin yang punya ide bagus untuknya.

Tak lama kemudian, Sun Hee datang ke sebuah rumah sakit. Yang tak disangkanya, dia mendapati bosnya sedang merawat putranya yang sakit parah. Menurut Woo Jin, ada seseorang yang bisa membantu mereka melewati krisis ini.

"Siapa?" Tanya Pyeong Pan antusias

"Oh Tae Yang."

"Putraku? Dia itu tidak punya otak. Dia lebih gila daripada Tae Ri."

Justru itu. Fakta kalau dia gila dan tidak punya otak adalah alasan yang tepat bagi mereka untuk memanfaatkannya. Woo Jin lalu membisiki sesuatu ke Pyeong Pan yang sontak membuat Pyeong Pan tersenyum.

"Di Mana Tae Yang?" Tanya Pyeong Pan


Jawabannya... lagi nge-shisha sambil ngerayu cewek-cewek seksi di Dubai.

 

Pyeong Pan kaget mendengar putranya lagi di Dubai. Ngapain dia di sana? Sekretaris berkata kalau Tae Yang bilang dia bosan belajar manajemen bisnis, makanya dia tidak ingin kembali ke Korea.

Stres, Pyeong Pan akhirnya memutuskan untuk pergi ke Dubai untuk menangkap si anak berandal itu. Siapkan peasawat!


Tak lama kemudian, Sun Hee tiba di sebuah rumah sakit. Yang tak disangkanya, dia mendapati bosnya sedang merawat putranya yang sakit parah. Bos benar-benar minta maaf pada Sun Hee karena telah menghabiskan uangnya Sun Hee untuk biaya operasi anaknya.

Ia tahu kalau penyakit putranya sudah terlalu parah dan operasi pun tidak akan berhasil. Tapi sebagai ibu, Bos tidak bisa membiarkan putranya mati begitu saja

"Aku harus tetap melakukannya tak peduli sebesar apapun biayanya. Maafkan aku, Sun Hee."


Walaupun sedih, tapi Sun Hee juga prihatin dengan situasi bosnya dan akhirnya memutuskan untuk mengalah dan hanya menyuruh Bos untuk melunasi uangnya dalam jangka waktu 10 tahun.

Dia pura-pura beralasan kalau dia bakalan sibuk mengurus Cho Rong saat dia sekolah nanti, jadi dia tidak akan ada waktu mengurus bisnis food truck.

"Kau boleh melunasinya nanti. Tapi jangan lupa bayar bunganya."

Sun Hee pun pergi dengan berlinang air mata meninggalkan Bos yang kontan terduduk lemas penuh rasa bersalah.


Do Hee diantarkan seorang pria. Tapi saat pria itu mengajaknya ngopi, Do Hee dingin menolaknya. Tidak terima penolakannya, pria itu langsung mengkritik sikap Do Hee.

Selama 3 bulan terakhir dia selalu mengantar jemput Do Hee dari bandara, tidak seharusnya Do Hee bersikap seperti ini padanya. Dia sudah bersikap baik, jadi seharusnya Do Hee memberinya imbalan.

"Kau sendiri yang mengajakku kenalan di pesawat dan bilang kalau aku boleh memanfaatkanmu seperti taksi. Sekarang kau aku memberimu balasan? Jangan jadi pecundang."

"Aku tahu kau temperamental, tapi ini berlebihan. Apa kau sedang datang bulan?"

"Kau benar. Aku sedang merasa kesal. Aku sudah menunggu lama untuk menyelesaikannya dan sekaranglah saatnya. Hal kecil pun bisa menggangguku. Jadi, berhentilah merengek."

"Kau pikir aku gampang diperdaya?"

"Cukup! Kita tidak perlu bertemu lagi."

"Apa artinya aku bagimu? Apa yang sudah kulakukan?"

"Harus kujawab? Kau pria beristri. Enyahlah sebelum aku mengusirmu."


Do Hee langsung merebut kopernya dari tangan pria itu dengan kasar. Tapi saat baru masuk rumah, tiba-tiba dia menemukan sebuah bros di karpet. Saat dia mengedarkan pandangannya, dia malah mendapati teko dan gelas air di dapur yang sepertinya habis dipakai orang. Wah?

Do Hee kontan shock dan ketakutan. Tiba-tiba semua lampu padam lalu sosok pria misterius itu muncul dari dalam kegelapan lalu perlahan berjalan mendekati Do Hee.

 

Cho Rong prihatin dengan masalah yang menimpa ibunya. Padahal selama ini Sun Hee bekerja sangat keras, sekarang malah semua uangnya hilang.

"Katanya dia akan melunasinya."

Cho Rong pesimis. "Menurut Ibu dia akan melunasinya? Aduh, ibuku sayang." Kata Cho Rong sambil menepuk-nepuk Sun Hee untuk menghiburnya.

Sun Hee sampai bingung sendiri dengan sikap putrinya. Sepertinya peran mereka tertukar sekarang. Cho Rong lalu memperlihatkan hasil googling-nya tentang 'orang baik'.


Menurut orang-orang, orang baik seperti Sun Hee itu adalah orang bodoh, bego dan gampang diperdaya. Dengan gaya sok dewasanya, Cho Rong memberitahu Sun Hee bahwa seperti inilah dunia sekarang ini. Orang baik selalu dimanfaatkan dan diperlakukan seperti orang bodoh.

"Ibu harus lebih kejam seperti Bibi Do Hee. Jika tidak, Ibu akan terus dimanfaatkan orang lain."

Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Sun Hee dan Cho Rong sontak panik, jangan-jangan Ibu Mertuanya Sun Hee yang datang. Dia bisa ngamuk-ngamuk kalau tahu Sun Hee kehilangan semua uangnya.


Tapi setelah bel pintu kedua berbunyi, Cho Rong merasa bukan neneknya yang datang. Kalau Nenek yang datang, dia pasti bakalan memencet bel kayak orang gila.

Mereka akhirnya membuka pintu dan yang datang ternyata Do Hee. Dia tampak baik-baik saja. Tapi tiba-tiba saja dia lemas dan ambruk seketika. (Waduh, diapain sama tuh cowok?)

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments