Sinopsis Rang Rak Prang Jai (Trace of Hidden Love) Episode 1 - Part 3

Berusaha mengendalikan emosinya, Usa mengalihkan pandangannya dan seketika itu pula mood sedihnya mendadak menguap dan berubah jadi antusias banget melihat pemandangan padang ilalang yang berada di depan mereka.

Dia bahkan meminjam HP-nya Tian hanya untuk memotreti pemandangan indah itu. Tapi seketika itu pula, tiba-tiba dia mendapat kilasan-kilasan ingatan saat dia memotreti padang ilalang. (Mungkin itu hobinya)

Kilasan ingatan itu kontan membuat Usa jadi pusing, tapi mungkin karena ingatan itu tidak jelas dan sepertinya tidak terlalu penting, jadi Usa memutuskan tak memikirkannya lebih jauh dan berpikir kalau dia mungkin hanya terlalu antusias melihat pemandangan sebagus ini. Dia langsung fokus lagi ke acara memotreti ilalang, dan tidak memberitahukan kilasan ingatannya itu ke Tian.


Dia heboh banget mengagumi pemandangan indah di hadapannya itu. Tian jadi kesal karena tak mendapat informasi yang dia inginkan dan langsung merebut kembali ponselnya sambil menegaskan bahwa ponselnya bukan untuk digunakan untuk hal-hal yang tidak masuk akal.

Hah? Yang benar saja. Apanya yang tidak masuk akal dari memotreti pemandangan alam yang indah? Zaman sekarang semua orang melakukannya. Seandainya dia memiliki ponsel atau kameranya sendiri, tidak bakalan dia meminjam ponselnya Tian.

Tian masa bodo. Kesal, Usa langsung merebut ponselnya dan jadilah mereka kejar-kejaran kayak pasangan pacaran di padang ilalang. Tapi ujung-ujungnya, Usa malah tak sengaja melemparkan ponsel itu entah ke mana.

Tepat saat mereka tengah berjongkok di rerumputan, tiba-tiba dua orang wanita tetangga kebetulan lewat. Mereka mengenali mobilnya Tian dan langsung memanggil-manggilnya. Waduh, gawat!

Tian sontak menyuruh Usa untuk menyembunyikan dirinya dengan berbaring di rerumputan dan berusaha mengusir kedua wanita itu secepatnya dengan alasan kalau dia cuma lagi buang air. Untungnya kedua wanita itu tidak curiga apa pun. Tapi saat mereka hendak pergi, tiba-tiba saja terdengar suara bersin.

Siapa yang bersin?... Usa yang bersin karena hidungnya kena ilalang, tapi Tian cepat--cepat menutupinya dengan mengklaim bahwa dirinya-lah yang bersin. Kedua wanita itu percaya dan akhirnya mereka pun pergi.

Tian pun lega, tapi Usa sontak protes kesal karena dialah yang paling tersiksa tadi. Lagian kenapa sih dia harus bersembunyi? Mereka kan cuma sedang mencari ponselnya Tian, masa iya begitu doang mereka bakalan digosipin?

Tian menegaskan bahwa statusnya adalah adik iparnya Usa. Membungkuk bersama kakak iparnya di padang ilalang seperti ini, warga sekitar pasti akan berpikir aneh-aneh. Usa yakin kalau Tian hanya berpikir berlebihan, tidak mungkin orang-orang akan berpikir sejauh itu.

"Kalau itu wanita lain, maka mungkin saja (orang-orang tidak akan curiga). Tapi ini kau." (Hah? Maksudnya apa? Kenapa dia bicara seolah Usa adalah wanita nakal?)

Intinya, Tian hanya khawatir dengan pemikiran orang-orang. Jadi sebaiknya mereka berhati-hati agar tidak ada gosip di antara mereka. Hidup di kota kecil seperti ini, mereka tidak bisa mengabaikan pandangan orang lain terhadap mereka.

Chawit berkunjung ke rumah tetangga untuk mengembalikan rantang makanan mereka. Tapi pembicaraan dengan cepat berubah ke masalah pekerjaannya Chawit dan kasus yang ditanganinya. 

Bibi tetangga penasaran kenapa Usa dibuang dari atas jembatan? Jangan-jangan... sejarah terulang lagi? (Hah? Sejarah apa? Pernah ada kasus serupa kah?) Sayangnya Chawit juga tidak bisa memberi informasi lebih jauh. Lagipula, kasus ini masih dalam tahap penyelidikan.


Malam itu, Tian tiba-tiba mendengar suara mencurigakan di luar, dia sontak mengambil tongkat baseball sebagai senjata, pelan-pelan merayap ke dapur untuk menyerang siapa pun yang berada di situ, tapi malah mendapati orang itu cuma Usa.

Dia cuma sedang mencari kotak P3K, dia butuh lotion gatal gara-gara alergi bunga-bunga yang ada di padang ilalang tadi. Jadilah Tian harus membantu memegangi cermin biar Usa bisa mengoles obatnya di bagian leher belakang.


Tapi Tian sendiri ternyata juga alergi dan sama gatal-gatalnya dengan Usa. Dia malah lebih parah karena ruamnya menjalar sampai ke punggung. Maka Usa pun menawarkan bantuannya untuk membantu Tian mengoleskan obat di punggungnya. Tian menolak, risih banget malah disentuh-sentuh Usa.

"Kenapa? Kau pikir aku bakalan 'bergulat' dengan adik suamiku?" Sinis Usa.

Canggung, Tian akhirnya menurut dan membiarkan Usa mengoleskan lotion obat ke punggungnya. Usa penasaran, dulu dia orang yang seperti apa? Dan kenapa tidak pernah ada saudara atau kerabat yang datang menjenguknya sejak dia bangun sampai sekarang?


Tian memberitahu bahwa kedua orang tua Usa sudah meninggal dunia, tapi Usa punya seorang adik perempuan. Tapi Tian sama sekali tidak tahu bagaimana menghubungi adiknya Usa. Dia tidak tahu apa-apa tentang adiknya Usa, soalnya dia bahkan tidak pernah bertemu dengan adiknya Usa.

Malah sebenarnya, banyak hal yang tidak dia ketahui tentang Usa juga. Soalnya dia pertama kali bertemu Usa dulu adalah pada waktu upacara pernikahan mereka. Setelah menikah juga, dia dan Usa hanya pernah bertemu beberapa kali soalnya dia tinggal dan mengelola cabang pabrik gula mereka yang berada di daerah lain.Mereka kakak-adik memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang harus mereka penuhi. 

Usa sinis mendengarnya, sejak dia bangun sampai sekarang, Tian selalu saja ngomongin masalah tugas dan tanggung jawab, dia tidak bosan apa?

"Bagaimana denganmu sendiri? Kau selalu bicara tentang perasaanmu. Jika kau menggunakan perasaanmu sebanyak ini, kenapa kau bisa tidak tahu seberapa besar kau mencintai kakakku? Kenapa kau malah bertanya padaku? Seharusnya akulah yang bertanya padamu! Apa yang kau lakukan dengan kakakku?!" Kesal Tian. (Jelas dia mencurigai Usa)

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

Baru sadar dirinya hampir keceplosan, Tian beralasan kalau dia cuma asal mengoceh lalu cepat-cepat balik ke kamar padahal Usa masih penasaran tentang adik perempuannya itu dan kenapa si adik itu tidak pernah menghubunginya.

Saat kembali ke kamarnya, Usa menemukan sebuah tablet di laci. Tapi tepat saat itu juga, tiba-tiba dia melihat sekelebat bayangan orang di luar jendela melalui layar tabletnya. Jelas saja Usa ketakutan dan langsung menjerit memanggil Tian.

Tapi begitu Tian mengecek kamarnya, tidak tampak ada siapa-siapa di sana. Aneh sekali, Usa yakin dengan apa yang dilihatnya. Tapi Tian tidak mau ambil pusing lagi dan menyuruh Usa untuk tidur saja, sudah malam. Biar Usa cepat tidur, dia menyuruh Usa untuk meminum obat tidur yang diresepkan Dokter Chan untuknya.

Setelah itu Tian langsung balik ke kamarnya, menutup kedua telinganya pakai earphone dan memutar lagu. Pada saat yang bersamaan Usa juga sudah mulai lelap. Mereka jadi sama-sama tidak sadar bahwa benar-benar ada orang yang menyusup masuk ke kamarnya Usa.


Orang misterius itu langsung menyerang Usa tanpa ampun. Usa berusaha berteriak minta tolong, tapi Tian benar-benar tidak mendengarnya. Untungnya Usa berhasil mengambil vas dan menghantamkannya ke orang itu. Dia berusaha menarik kupluk orang itu, tapi orang itu dengan cepat mendorong Usa lalu kabur. Seketika itu pula pandangan Usa tiba-tiba mengabur lalu pingsan.


Saat Usa terbangun keesokan paginya, dia malah mendapati dirinya terbangun di atas kasur dan kamarnya rapi seperti tak pernah terjadi apa pun semalam. Hah? Masa cuma mimpi? Tapi lehernya terasa sakit kok.

Tian belum berangkat saat Usa turun tak lama kemudian. Usa langsung menceritakan kejadian semalam, dia curiga kalau penyerangnya itu adalah pembunuhnya Tiew. Tapi Tian malah tak percaya dan menuduh Usa cuma bermimpi. Err... tapi sikapnya tampak canggung dan aneh, dan Usa memperhatikan keanehannya itu. Mencurigakan.

Usa penasaran obat apa yang Tian berikan padanya semalam. Tian mengklaim kalau itu cuma obat tidur yang diresepkan oleh Dokter Chan. Makanya dia yakin kalau Usa cuma bermimpi semalam.

Hmm... benarkah? Usa jelas tak percaya. Maka begitu Tian pergi ke kantor, dia langsung diam-diam membawa mobil yang satunya untuk menemui Dokter Chan untuk menanyakan obat itu.

Dokter Chan mengiyakan bahwa obat itu memang dia yang meresepkannya. Tapi anehnya, obat itu tidak seharusnya habis secepat ini. Dokter Chan juga sudah bilang pada Tian agar obat ini diminum hanya saat Usa benar-benar tidak bisa tidur dan tidak boleh diminum setiap hari, apalagi sampai melebihi dosis yang ditentukan.

Ini bukan obat tidur biasa, obat ini hanya boleh dikonsumsi dibawah pengawasan dokter. Karena jika dikonsumsi tidak sesuai dosis, maka akan ada efek sampingnya, seperti: Bingung, gelisah, dan halusinasi.

Terang saja informasi dari dokter itu membuat Usa jadi curiga sama Tian yang jelas-jelas membiarkannya mengonsumsi obat itu melebihi dosis. Tian pasti sengaja melakukannya agar Tian bisa menuduhnya berhalusinasi.

Usa pun langsung mendatangi kantor polisi, berniat menemui Chawit, namun malah shock mendapati Chawit sedang bersama Tian. Pemandangan itu kontan membuat Usa jadi sangat ketakutan, mengira semua orang di kota ini berkomplot untuk menjahatinya. 

Karena itulah, dia berniat melarikan diri dari kota ini. Tapi sayangnya, dia malah terhalang para polisi yang tengah melakukan penyekatan di jalan. Sikapnya yang tampak jelas gugup, membuat polisi mencurigainya. Usa jadi makin ketakutan dan akhirnya nekat kabur. Sayangnya, polisi dengan cepat mencegahnya dengan menembak ban mobilnya.

Dari percakapan Tian dan Chawit di kantor polisi, kita akhirnya tahu bahwa sebenarnya Tian memang mengetahui kejadian semalam. Namun itu terjadi saat si penjahat sudah kabur dan Usa pingsan di kamarnya.

Dia langsung menelepon Chawit, dan ternyata Chawit-lah orang yang menyuruhnya untuk merapikan kamar Usa seperti sedia kala dan bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa malam itu. Soalnya Chawit ingin menguji sesuatu.

Sayangnya, kasus kali ini mirip dengan kasusnya Tiew. Mereka sama sekali tidak bisa menemukan sidik jari lain selain sidik jarinya Usa di vas pecah itu. Jelas pelaku di kedua kasus ini memiliki perilaku yang sama. Sedangkan tentang Usa, dia sama sekali tidak menunjukkan sikap yang mencurigakan dan hanya bingung tentang semalam. Tepat saat itu juga, anak buahnya Chawit melaporkan tentang penangkapan Usa. 

Tian langsung menemui Usa di ruang interogasi. Tapi Usa sontak histeris ketakutan begitu melihat Tian dan langsung melabraknya. Dia sudah tahu segalanya. Dia tahu kalau Bibi Suree, Tian pekerjakan untuk mengawasinya. Dia tahu kalau Tian sengaja memberinya obat tidur dosis tinggi. Dia tahu kalau Tian pura-pura bersikap seolah tak terjadi apa pun semalam padahal jelas-jelas dia diserang oleh seseorang.

"Kenapa kau melakukan semua itu? Katakan!"

"Karena aku juga ingin tahu siapa yang membunuh kakakku dan bagaimana dia mati!"

"Apa hubungannya denganku?!"

"Itu tidak ada hubungannya denganmu? Kalau begitu katakan padaku, kenapa polisi hanya menemukan sidik jarimu dan P'Tiew, dan tidak menemukan jejak orang lain?! Ditambah lagi ada noda darah di TKP, tapi semua itu hanya darahmu dan P'Tiew. Hanya kau dan P'Tiew yang tahu tentang kejadian itu. Jika kau jadi aku, menurutmu siapa yang paling mencurigakan?"

Usa shock, dia mengerti sekarang. "Aku? Aku adalah tersangka utama dalam kasus pembunuhan suamiku sendiri?"

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments