Malam itu, Tian tiba-tiba ditelepon Chawit, tapi telepon itu kontan membuatnya gemetar, dia masih trauma teringat malam itu, saat dia menerima telepon dari Chawit yang mengabarkan kematian kakaknya.
Begitu mendapat telepon, dia bergegas pergi ke rumah sakit dan juga menghubungi Paman dan Bibi mereka. Bibi sontak menangis histeris saat melihat mayat Tiew sebelum kemudian kesal merutuki Usa.
Dari ucapannya, jelas Bibi tak pernah suka dan tak pernah menyetujui pernikahan Tiew dan Usa. Sejak awal dia selalu berkata bahwa Usa itu kutukan yang akan membawa nasib buruk bagi Tiew, dan sekarang ucapannya benar-benar menjadi kenyataan.
Cepat-cepat menguasai diri dari traumanya, Tian akhirnya mengangkat teleponnya. Dari ucapannya, jelas masih banyak hal yang mereka sembunyikan dari Usa. Chawit bahkan menelepon hanya untuk mengingatkan Tian untuk tidak memberitahukan segalanya pada Usa. Hmm, sepertinya mereka tidak mempercayai Usa.
Usa menemukan sebuah album foto yang penuh berisi foto-foto pernikahannya dengan Tiew, mereka tampak bahagia di foto-foto itu. Tapi tak peduli sebanyak apa pun foto-foto itu, Usa sama sekali tidak merasakan familiaritas terhadap suaminya.
Dia jadi merasa bersalah karenanya. Karena itulah, biarpun dia sama sekali tidak ingat sama suaminya, tapi Usa akhirnya memutuskan untuk tetap memakai cincin kawinnya demi menghormati cinta mereka yang tampak di foto-foto pernikahan itu.
Keesokan harinya, Usa terbangun oleh gedoran pintu Bibi Suree, pembantu rumah itu, yang langsung cerewet memberondongnya dengan segudang pertanyaan tentang kondisinya yang katanya amnesia, dan semua pertanyaannya terjawab dengan sendirinya saat Usa menanyakan dia siapa, soalnya Usa benar-benar tidak ingat sama dia.
Bibi Suree akhirnya tidak mempermasalahkannya lebih lanjut dan mengundangnya turun untuk sarapan. Selama Usa makan, Bibi Suree menjelaskan tentang siapa dirinya dan pekerjaannya di rumah ini. Kalau begitu, Usa mengizinkan Bibi Suree untuk tetap bekerja di rumah ini.
Tapi ada yang aneh bagi Bibi Suree, Usa sekarang bicara padanya dengan menggunakan kalimat yang lebih sopan. (Hmm, sepertinya Usa yang dulu tidak pernah sesopan ini pada Bibi Suree. Kok aneh yah, hilang ingatan bisa mengubah sifat orang kah?)
Bibi Suree sampai heran melihat perubahan sifatnya ini, mungkin kepalanya terbentur sangat keras sampai Usa berubah total seperti ini.
Saat Bibi Suree tak sengaja hampir menjatuhkan pajangan bola kristal, dia sontak panik memohon ampunan pada Usa agar gajinya tidak dipotong. Jelas dari sikapnya bahwa Usa yang dulu adalah majikan yang kejam.
Usa sampai heran. Dia setuju untuk tidak memotong gaji Bibi Suree, asalkan Bibi Suree menjawab pertanyaannya. Usa penasaran seberapa pentingnya sebenarnya bola kristal ini sampai Bibi Suree begitu ketakutan seperti ini?
"Hah? Anda benar-benar tidak ingat apa-apa? Bola kristal musik ini, Khun Tiew sangat menyukainya. Dia bilang itu hadiah ultah setelah kencan 3 bulan. Dia juga bilang 'aku sangat mencintai benda ini'. Aduh! Mendengarkannya saja lebih manis daripada dongeng." Ujar Bibi Suree rada lebay.
Ngomong-ngomong tentang Tiew, Bibi Suree kasihan karena dia mati dengan cara seperti itu. Usa penasaran bagaimana kesehariannya dengan Tiew dulu? Bibi Suree berkata bahwa mereka berdua saling mencintai dan sangat mesra di mana pun mereka berada. Tiew juga sangat romantis dengan mengirim bunga setiap hari untuk Usa, semua penduduk kota ini sampai iri sama Usa.
Mereka juga tidak pernah terlihat bertengkar, Tiew selalu memanjakan Usa dan memenuhi apa pun yang Usa inginkan. Wah! Pernikahan mereka sesempurna itu? Beruntung sekali Usa.
Tapi Bibi Suree penasaran melihat sikap Usa, apa dia tidak merindukan mendiang suaminya? Apa dia tidak merasa sedih atas kematian suaminya? Usa juga tidak pergi ke pemakamannya. Dia bersikap seolah mereka tidak pernah tidur seranjang.
Iya juga yah. Bibi Suree benar, bagaimana bisa dia bersikap seperti ini pada mendiang suaminya sendiri. Kejam sekali dia.
Maka kemudian dia memaksa Bibi Suree untuk mengantarkannya ke makam Tiew, tapi dia malah pakai baju merah gonjreng kayak mau kondangan alih-alih ziarah kubur. Wkwkwk!
Apa boleh buat, dari sekian banyak baju di lemarinya, hanya ini baju paling tepat yang bisa dia temukan. Sepatu yang dimilikinya juga semuanya sepatu high heels, tidak ada satu pun sepatu flats. Bibi Suree berkata bahwa Usa dulu pernah bilang bahwa sepatu flats bisa membuatnya terpeleset. Hmm, tapi Usa yang sekarang tampak kurang nyaman dengan sepatu high heels dan berniat mau membeli sepatu baru nanti.
Tiew rasa baju apa pun yang dia pakai itu tidak masalah, yang penting kan hatinya. Dia datang kemari untuk menghormati roh mendiang. Cuma sebentar saja lalu pulang.
Tapi yang tak disangkanya, Tian, Bibi dan Paman juga ada di sana. Karena ternyata hari ini adalah upacara peringatan 50 hari meninggalnya Tiew.
Paman masih menyapa Usa dengan ramah, namun Bibi menatapnya seolah ingin membunuhnya. Usa jelas bingung, apalagi dia tidak mengenal mereka... errr, lebih tepatnya, tidak ingat siapa mereka.
Tian menjelaskan bahwa mereka adalah Paman dan bibinya, merekalah yang membesarkannya dan Tiew setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia. Berhubung Usa sudah datang, terpaksa mereka tetap mengajaknya untuk ikut melakukan upacara doa di kuil untuk mendiang.
Para tamu menatapnya dengan sinis, apalagi dia memakai baju yang sebenarnya kurang pantas untuk acara seperti ini. Usai acara, Bibi dengan lantang menyindir pakaian yang Usa kenakan dan menuduh Usa melakukan itu karena dia tidak menghormati suaminya.
Bibi mau kembali ke Bangkok, sedangkan Tian masih harus mengurus pekerjaan di sini. Bibi memperingatkannya untuk tidak mudah percaya pada sembarang orang seperti yang dilakukan mendiang Tiew. Dia harus hati-hati, terutama pada orang yang dekat dengannya.
Usa sedih mendengarnya, sadar betul siapa yang disindir Bibi. Tapi Usa cukup berani balas mengonfrontasinya, bahkan membahas bagian warisan yang seharusnya menjadi miliknya. Yang tidak dia mengerti, kenapa Tiew tidak memberikan sebagian haknya atas pabrik? Kenapa Tiew tidak mempercayainya?
Inti dari yang dia permasalahkan adalah ketidakpercayaan Tiew padanya. Tapi Bibi hanya fokus pada bagian warisannya, dan itu kontan membuat Bibi semakin meyakini kalau Usa adalah cewek matre yang hanya menginginkan hartanya Tiew. Pantas saja hari ini Usa malah datang pakai pakaian mentereng, dia pasti senang banget suaminya mati.
Usa sontak membela diri, pakai baju warna-warni bukan berarti dia tidak sedih atas kematian suaminya. Bibi malah jadi tambah dan histeris, tidak terima dirinya diperlakukan seperti ini oleh istrinya Tiew yang bahkan baru dinikahinya kurang dari satu tahun. Memangnya harta apa yang Usa miliki waktu dia menikah ke dalam keluarga mereka?
Usa jadi terpancing emosi karenanya, sama sekali tidak mengerti kenapa lama-kelamaan pembicaraan ini malah semakin menjurus ke masalah harta. Tian buru-buru menyela mereka dan memohon pada Usa untuk mengalah dan tidak mempermasalahkannya lebih jauh. Apalagi mereka jadi tontonan para tamu sekarang.
Usa jadi kesal pada Tian hingga dia menolak diantarkan pulang, dan ngotot untuk pulang sendiri jalan kaki tak peduli biarpun jaraknya masih sangat jauh. Tian berusaha meminta pengertian Usa terhadap bibinya. Apalagi Bibi termasuk tetua yang seharusnya lebih dihormati. Dia sadar kalau ucapan bibinya memang agak kasar, karena itulah, dia mewakili bibinya meminta maaf pada Usa.
"Hanya karena dia orang tua, jadi dia bisa bicara pada siapa pun dan dengan cara apa pun seenaknya sendiri?"
Usa merasa ini tidak adil, mereka baru bertemu hari ini tapi Bibi malah langsung menilainya seenaknya. Tian meralat, bibinya sudah melihat Usa sebelum ini, jadi penilaiannya terhadap Usa bukan hanya berdasarkan apa yang dia lihat hari ini.
"Tapi aku merasa... aku bukan orang yang seperti itu." Usa bingung.
Tian tidak setuju dengan caranya menilai dirinya sendiri berdasarkan emosinya sendiri. Itu tidak benar. Sekarang ini, semua orang mungkin lebih mengetahui seperti apa Usa sebenarnya daripada Usa sendiri.
Benar juga sih, Usa bahkan tidak mengenal dirinya sendiri sekarang. Tapi dia sungguh tidak tahu kalau hari ini adalah peringatan 50 hari kematian Tiew. Tidak ada yang memberitahunya juga. Seharusnya Tian memberitahunya, kenapa Tian merahasiakannya? Seandainya dia tahu, dia pasti tidak akan datang pakai baju seperti ini dan tidak akan dimarahi orang.
Tian jadi merasa bersalah mendengarnya. "Maaf, aku memang salah tidak memberitahumu tentang hari ini."
"Khun Tiew suamiku. Aku harus tahu."
Masalahnya, Tian tak yakin kalau Usa bakalan mau datang, apalagi kemarin dia bahkan tidak mau memakai cincinnya. Jika dia memberitahu Usa, tapi Usa tidak mau datang, maka dia pasti akan sangat sakit hati. Kesal, Usa langsung menunjukkan cincin kawin yang sekarang sudah dipakainya. Tian jadi semakin merasa bersalah.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam