Sinopsis Once We Get Married Episode 17

Senyum Si Chen seketika menghilang melihat yang datang malah Xi Wei dan bukannya istrinya. Ngapain dia datang? Buat apa lagi kalau bukan untuk menyatakan cintanya sekali lagi lalu menyatakan bahwa kehadiran Xi Xi adalah perusak hubungan mereka dan merusak kehidupannya.

Si Chen tetap tegas dengan pendiriannya, bahwa menurutnya Xi Wei hanya salah paham tentang perasaannya. Perasaan suka Xi Wei terhadapnya itu hanya ilusinya belaka. Dan satu-satunya orang yang dia sukai hanya Gu Xi Xi seorang.

Xi Wei masih saja ngotot menolak mempercayainya dan terus berusaha menghasut Si Chen, mengklaim kalau Xi Xi tidak seperti yang Si Chen pikirkan.

"Mau dia orang seperti apa, tidak perlu kau beritahukan padaku!"

Xi Wei berusaha menyentuhnya, tapi Si Chen sigap menghentikannya. Tapi Xi Wei seolah tak punya harga diri, malah memohon pada Si Chen untuk memberikan sedikit cinta untuknya. Si Chen jelas bisa membaca kelicikannya, dia datang kemari hanya untuk mengacaukan ultahnya Xi Xi dan membuat Xi Xi salah paham sama mereka. 

Tapi Xi Wei tidak sadar kalau triknya ini terlalu kuno. Dan lagi, seharusnya dia sadar dengan statusnya, trik semacam ini tidak cocok dengan statusnya. Jadi sebaiknya Xi Wei pergi saja. Xi Wei akhirnya pergi juga dengan patah hati.

Sementara Xi Xi malah mendatangi Zi Xin yang sontak sumringah begitu melihatnya muncul. Dia sudah menyiapkan hadiah untuk Xi Xi sejak Xi Xi berumur 1 tahun. Tapi sayangnya, Xi Xi datang bukan untuk membalas perasaan cintanya, melainkan untuk menolaknya dengan sopan.

Dia menegaskan bahwa selama ini dia hanya menganggap Zi Xin sebagai teman, mitra kerja dan idola. Perasaannya terhadap Zi Xin tidak pernah lebih dari itu. 

"Aku tidak bisa membohongi hatiku. Aku menyukai Yin Si Chen." 

Zi Xin patah hati, tapi dia berusaha tetap tegar menerima penolakan itu. Tapi dia harap mereka bisa tetap berteman. Tentu saja Xi Xi setuju lalu bergegas pergi ke Si Chen, tapi malah terjebak macet parah di jalan.


Xi Xi akhirnya memutuskan lari tanpa memedulikan hujan yang mengguyurnya. Tapi setibanya di sana, dia malah diberitahu bahwa Si Chen sudah pergi. Tapi di tengah kebingungannya, tiba-tiba lampu sorot di depan menyala... dan di sanalah Si Chen menunggunya.

Terharu, Xi Xi langsung lari kepadanya dan menciumnya mesra. Mereka lalu merayakan ultahnya Xi Xi. Kali ini Xi Xi yang menuntut Si Chen untuk menyanyikan lagu ultah dan Si Chen dengan senang hati mengabulkan keinginannya.


Si Chen juga sudah menyiapkan kejutan berupa kembang api, tapi kembang apinya tidak bisa menyala gara-gara hujan. Pfft! Tapi tidak masalah, dia masih punya sparklers. 

Xi Xi benar-benar terharu. "Terima kasih atas segalanya. Aku sangat tersentuh. Aku juga lupa mengatakannya tadi. Aku juga menyukaimu."

"Aku tahu. Aku tahu kalau kau juga pasti suka padaku."

Begitulah bagaimana mereka melewatkan malam itu dengan penuh cinta dan kebahagiaan.

 Keesokan harinya, si ular Xi Wei datang lagi ke tokonya Xi Xi karena di sana sedang ada Si Chen. Alih-alih menjawab sapaannya, Si Chen dengan sengaja menggenggam tangan Xi Xi sambil menatapnya dengan penuh cinta, benar-benar tidak memberikan perhatian sedikit pun terhadap Xi Wei.

Xi Wei jelas sakit hati melihat itu, tapi dia tetap pasang muka sok baik saat dia mengklaim kalau dia datang untuk meminta maaf atas insiden wawancara itu.


Tepat setelah Xi Wei pergi, Fei Ang menelepon Si Chen untuk rapat. Tapi Si Chen masih belum ingin berpisah dengan istrinya jadi dia membatalkan rapatnya. Tapi Xi Xi sontak merebut ponselnya lalu menegaskan bahwa rapat akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal dan Si Chen akan datang tepat waktu.

"Gu Xi Xi, sekarang kau sudah berani bertindak dulu baru melapor di depanku."

"Kenapa ini disebut bertindak dulu baru melapor? Sebagai presdir, kenapa dengan mudahnya melakukan itu? Aku sedang membantumu menjaga citra seorang presdir."

"Kalau begitu, sebagai suamimu, aku juga tidak bisa membuatmu menunggu."

"Tapi aku sudah berjanji pada Fei Ang. Kalau kau tidak pergi, bukankah aku akan disalahkan? Jangan khawatir, aku akan baik-baik di toko, menunggumu pulang." Bisik mesra Xi Xi.

Si Chen akhirnya mau juga pergi. Di kantor, dua orang pegawai wanita lewat di depannya Si Chen sambil menggosikan keanehan bos mereka itu seharian ini. Tadi saat ada pegawai yang melakukan kesalahan, Si Chen sama sekali tidak marah. Malah belakangan ini dia jadi murah senyum pada siapa pun. 

Kebetulan dalam kalimat mereka terselip kata 'xixi'. Si Chen yang mendengarnya, jadi mengira kalau mereka sedang membicarakan Xi Xi, padahal bukan itu yang mereka maksud, mereka bahkan tidak kenal sama Xi Xi. 

Si Chen juga memperhatikan mereka memakai baju rancangannya Xi Xi dan itu membuatnya makin senang hingga tiba-tiba saja dia memutuskan untuk memberi kedua pegawai itu bonus.


Si Chen lalu mendatangi Shang Ke untuk meminta Shang Ke mengajarinya tentang pacaran. Shang Ke sampai bingung kenapa Si Chen ingin diajari tentang pacaran padahal dia sudah menikah, Si Chen mau selingkuh yah?

"Selingkuh apanya? Aku hanya merasa kalau aku dan Gu Xi Xi dari kenalan sampai menikah kilat, melewati tahap pacaran. Aku ingin menebus penyesalan ini."

Shang Ke mengerti. Dia lalu memberikan buku catatannya buat Si Chen pelajari. Di buku itu, Shang Ke menulis segala macam hal tentang percintaan dari berbagai pengalamannya berpacaran dengan banyak wanita sebelum dia bertemu Ruo Na. 


Si Chen lalu mengajak Xi Xi makan di restoran dan memberinya sebuket bunga dengan disertai rayuan gombal. Xi Xi langsung bisa menebak kalau dia pasti belajar ngegombal dari Shang Ke.

Si Chen melihat pasangan di meja sebelah suap-suapan. Pemandangan itu kontan membuat Si Chen berkhayal liar suap-suapan mesra sama Xi Xi yang diakhiri dengan ciuman romantis. Si Chen jadi ingin mewujudkan khayalannya itu dan langsung berusaha mengisyaratkan Xi Xi untuk menyuapinya.

Tapi Xi Xi nggak nyambung dan asyik aja memakan steak-nya dengan lahap, sampai Si Chen harus terang-terangan menunjukkan keinginannya. Oh, Xi Xi akhirnya mengerti. Dia langsung menarik wajah Si Chen mendekat dan berbisik mesra. "Aku tahu apa maumu. Tapi... tetap tidak boleh."

 

Suap-suapan gagal, Si Chen kemudian mengajak Xi Xi nonton film horor, dengan harapan Xi Xi bakalan ketakutan dan berlindung padanya. Nyatanya? Malah Si Chen sendiri yang jejeritan heboh dan memeluk Xi Xi erat-erat tiap kali hantunya muncul. Xi Xi-nya malah lempeng aja, bahkan sengaja mengusili Si Chen dan sukses membuatnya teriak ketakutan.


Bahkan setelah filmnya selesai, Si Chen masih saja takut. Xi Xi pun berusaha menghiburnya dengan kecupan manis, dan Si Chen malah sengaja memanfaatkannya biar terus menerus dikecup sama Xi Xi, sebelum kemudian dia mulai menciumnya mesra.

Xi Xi terbangun keesokan harinya dengan senyum merona dan mendapati suaminya sedang menatapnya dengan penuh cinta, sekarang dia sudah resmi menjadi Nyonya Yin seutuhnya, dan rasanya begitu indah seperti mimpi. Dan mereka pun menghabiskan hari itu dengan kencan romantis.


Tapi keesokan harinya, Xi Xi tiba-tiba flu dan demam, seisi rumah yang bingung dan cemas. Nenek dan Si Chen ingin dia diperiksa dokter tapi Xi Xi ngotot tidak mau, lagian dia hanya perlu minum obat, pasti akan sembuh.

Dia bahkan mau pergi ke toko, tapi Si Chen tegas melarang. Dia juga sudah menugaskan Fei Ang untuk pergi ke tokonya Xi Xi dan membantu di sana sehari ini, dan Si Chen akan tetap di rumah menemani Xi Xi.


Tak lama kemudian, Zi Xin menelepon karena tidak melihat Xi Xi di toko hari ini dan langsung cemas mendengar Xi Xi sakit. Dia jadi ingin datang menjenguk Xi Xi nanti. Si Chen yang kebetulan mendengarnya, sontak merebut ponselnya Xi Xi dan mematikan teleponnya.


Dia bahkan menyita ponselnya Xi Xi dan memaksa Xi Xi minum obat herbal. Xi Xi ogah, dia mau minum teh susu. Si Chen jelas melarang, Xi Xi jadi tambah ngambek. Gregetan, Si Chen akhirnya berinisiatif mentransferkan obat itu lewat mulut ke mulut. Pfft! 


Xi Xi akhirnya menyerah dan meminum obat itu dengan cara normal lalu bermanja ria meminta Si Chen untuk tetap menemaninya di kamar. Jadilah Si Chen harus bekerja dengan satu tangan karena tangannya yang satunya digenggam Xi Xi erat-erat sampai kram. 

Keesokan harinya, Zi Xin datang menjenguk Xi Xi dengan membawa sebuket bunga. Si Chen sontak cemburu dan langsung merangkul istrinya dengan sok mesra, dan jadi makin kesal saat melihat Zi Xin membelikan teh susu boba kesukaan Xi Xi, padahal dia juga baru saja membuatkan teh susu untuk Xi Xi.

Si Chen menuntut Xi Xi untuk pilih salah satu saja. Xi Xi bingung musti pilih yang mana. Akhirnya dia pakai cara cap-cip-cup kembang kuncup dan berakhir di teh susunya Zi Xin. Jelas Si Chen tidak terima dan langsung menenggak teh susunya Zi Xin sampai habis sambil memelototi Zi Xin.

Zi Xin tidak mau kalah dan langsung menenggak teh susunya Si Chen sampai habis. (Pfft! Kekanak-kanakan banget) Puas balas dendam, Zi Xin pun pamit. Xi Xi cuma bisa terdiam pahit karena semua teh susunya sudah habis tak bersisa.

Begitu Zi Xin pergi, Xi Xi sontak memprotes Si Chen tapi malah dapat pelototan dari Si Chen. Xi Xi sampai harus memanjakannya bak seorang Ibu membujuk anaknya biar berhenti ngambek.

Xi Xi datang ke toko keesokan harinya dan langsung sibuk rapat dengan Zi Xin dan Xiao Ya untuk mendiskusikan rencana pemasaran mereka untuk bulan berikutnya. Tapi bahkan sebelum mereka selesai berdiskusi, lampu mendadak mati.

Tepat saat Zi Xin sedang memperbaiki lampu, Si Chen datang dan sontak saja kedua pria itu langsung saling sindir-sindiran halus. Tapi saat Zi Xin hendak turun dari meja, Si Chen refleks mengulurkan tangannya untuk membantu Zi Xin turun dan Zi Xin pun refleks menyambut tangannya. 

Keduanya sampai kaget. Dan tepat saat mereka masih berpegangan tangan, Xi Xi dan Xiao Ya baru kembali, dan jelas kaget melihat pemandangan itu. Pfft!

***


Shang Ke lagi-lagi menggodai Ruo Na di kantor, bahkan menciumnya tanpa sadar kalau ibunya sedang memperhatikan mereka dari kejauhan. Baru setelah Ruo Na pergi, Shang Ke melihat ibunya dan jadi canggung sendiri.

Dia bahkan sampai berburuk sangka mengira Ibu bakalan jadi kayak ibu-ibu konglomerat di drama-drama yang melempar uang ke wanita biar si wanita pergi. Padahal Ibu bahkan tidak marah dan tidak berburuk sangka terhadap Ruo Na.

Bersambung ke episode 18

Post a Comment

0 Comments