Sinopsis The Crown Princess Episode 4 - 3

Pan dan Hin akhirnya bisa tenang dan beristirahat sekarang. Tapi aneh, Hin merasa sepertinya ada yang dia lupakan. Tapi apa yah?... Dia mencoba mengingat-ingat lagi kejadian tadi... hingga akhirnya dia ingat kalau dia menyembunyikan JC di gudang.

Hin langsung panik membuka gudang tapi malah mendapati JC sudah ketiduran, nyenyak lagi. Pfft! Saat dia terbangun, dia langsung heboh mencari Alice, benar-benar tidak tahu bahwa krisis sudah lewat dan segalanya sudah aman. Hin sampai geli mendengarnya.

"Hei Khun, pernahkah ada yang memberitahumu bahwa saat kau sedang tak sadarkan diri, kau sangat imut?"

Malu, JC sontak mendorongnya dengan kesal. "Aku tanya apakah Pangeran Alan sudah pergi? Di mana Putri?"

"Di rumah."

Alan langsung mengabarkan masalah ini ke Kate. Walaupun belum punya bukti, tapi dia yakin Alice sedang dilindungi oleh Dawin dan para anak buahnya. Kate tak senang mendengarnya ragu-ragu. Jadi Alice ada di Thailand atau tidak?

"Kalau kau ingin tahu, maka datanglah untuk menyelidikinya sendiri." Kesal Alan. "Kuberitahu kau. Baik Alice hidup atau mati, dia ada di sini atau tidak ada di sini, aku tidak peduli sama sekali. Kalau bukan karena Ibu yang menyuruhku mencarinya, aku tidak akan repot-repot."

Alan tidak pernah menyukai Alice, makanya dia tidak mau tahu apapun tentangnya. Dia menelepon Kate cuma karena dia ibunya tidak mengangkat teleponnya.

Jadi tolong Kate sampaikan ke ibunya kalau dia sudah melaksanakan perintahnya. Jika ibunya masih ingin menyelidiki yang lain, maka sebaiknya dia kirim orang lain untuk melakukan penyelidikan.

"Sekarang ini Ayah dan Bibi Mona sedang bermasalah dengan Kakek. Suasananya sedang tidak bagus. Akan kucari kesempatan untuk memberitahunya nanti. Sedangkan kau, sebaiknya kau diam saja dan tidak usah mengatakan apapun tentang Alice. Kalau Bibi Mona tanya, kau bilang saja kalau kau masih mencarinya. Mengerti tidak?"

"Oke, oke. Lagian juga aku tidak mau banyak bicara. Dan satu lagi, aku ingin memberimu selamat. Kakek akhirnya bisa melihat kegunaanmu."

"Lalu kapan kau akan kembali?"

"Segera. Aku ada kerjaan..." Hampir saja keceplosan. Alan buru-buru meralat. "Aku ada urusan."

Saat menyiapkan makan malam, Alice berterima kasih pada Dawin karena sudah menjaganya dengan baik. Yang waktu itu Dawin mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkannya dari kebakaran. Dan hari ini Dawin juga menyelamatkannya.

Harus dia akui, Dawin benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Malah lebih baik daripada yang dia kira. Dawin merasa tersanjung mendengarnya.

Bahkan sebagai ungkapan terima kasihnya, Alice dengan senang hati melayani makan malamnya Dawin. Menggantikan Dawin mengatur peralatan makan di meja, bahkan mengambilkan nasi untuk Dawin.

Alice janji mulai sekarang, dia akan berusaha lebih keras lagi dalam melakukan samarannya sebagai rakyat jelata. Bukan cuma demi keselamatannya sendiri, tapi juga demi rakyat yang menunggunya.

"Setelah makan, jangan lupa untuk pakai obat untuk lukamu nanti. Aku sudah menyiapkannya untukmu." Nasehat Alice sambil menyodorkan kotak obat padanya.

Dawin benar-benar tersentuh dengan perhatiannya. Tapi di sisi lain dia juga merasa canggung saat teringat peringatan JC tadi, bahwa Naree bukan rakyat jelata, dia adalah Alice - Putri Mahkota Hrysos.

Chatchai khawatir karena Alan jelas-jelas mencurigai mereka sekarang. Dawin juga cemas, jelas orang-orang itu tidak akan menyerah sampai mereka menemukan Alice.

Kalau begitu, Chatchai memutuskan untuk menugaskan Pan kembali untuk mengawal Alan, dan jangan bersikap mencurigakan. Chatchai lalu memberikan USB kiriman dari Petra pada Dawin. Di dalamnya berisi informasi tentang para tentara bayaran dan pemberontak. Kemungkinan merekalah yang menyerang Alice. Mungkin informasi itu akan sangat berguna untuk didiskusikan dengan Raja Henry dan Putri Alice.

Alan juga memberitahu Will masalah peralatan salon kerajaan yang dia lihat di rumahnya Hin kemarin. Makanya dia yakin kalau Alice kemungkinan tinggal di sana.

Dia juga tidak mengerti kenapa Alice tinggal di tempat semacam itu. Tapi dia pernah dengar ayah dan ibunya pernah bilang kalau Alice diserang.

Tapi Alan tidak terlalu banyak tahu. Malah sebenarnya dia tidak begitu peduli. Semakin banyak yang dia ketahui, malah membuatnya jadi tambah pusing. Jadi mending tidak tahu apa-apa.

"Jika Alice benar-benar diserang dan bersembunyi di sana, maka pasti ada tentara yang mengawalnya."

Begini saja, Will akan membantu Alan mencari tahu keberadaan Alice. Lagian kan Alan tidak peduli dengan masalah ini, jadi sebaiknya dia tidak usah repot-repot. Jika tidak, masalah ini mungkin akan memengaruhi 'pekerjaan besar' mereka.

Alan setuju banget. Lebih baik dia menyibukkan dirinya dengan masalah impor emas. Kalau begitu, Will menyuruhnya untuk segera menutup catatan akuntansinya dan mendapatkan uangnya. Baru setelah itu mereka bisa melanjutkan pencarian Alice.

Berniat mempercantik rumah, Alice menghias teras dengan berbagai macam bunga. Dia bahkan memperbaiki meja sendiri layaknya seorang tukang. Hin kagum juga saat melihat aktivitasnya itu dari CCTV dan langsung memotretinya.

Dawin baru pulang malam harinya dan heran melihat rumahnya sudah dihias bunga-bunga. Di dalam rumah pun sudah bersih. Hin menelepon saat itu, mengabarkan tentang apa saja yang dilakukan Alice seharian untuk rumahnya.

"JC bilang padaku bahwa hidupnya Putri Alice hanya dipenuhi oleh perintah, aturan dan batasan-batasan. Sejak dia kecil sampai dewasa, Putri tidak pernah memiliki kebebasan dan tidak pernah melakukan apapun. Inilah yang ingin dia lakukan."

Dawin tersentuh. Apalagi saat dia teringat saat Alice melayaninya makan malam kemarin. Di kamarnya sendiri, Alice tidak bisa tidur teringat betapa manis dan baiknya Dawin padanya selama ini.

Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu lalu mengirim chat ke Dawin, mengaku bahwa dia butuh bantuan Dawin. Dia ingin mempelajari sesuatu, dia jamin itu tidak akan berbahaya. Dawin setuju.

Alan termenung galau teringat bagaimana dulu dia melihat Alice sukses menegosiasikan bisnis dan Raja Henry dengan bangganya menjadikannya sebagai contoh yang baik, dan menuntut Alan untuk meniru Alice.

Alan mendadak jadi tidak yakin untuk melakukan bisnis emas dengan Will ini. Haruskah dia bilang dulu sama kakeknya? Tapi Will meyakinkannya untuk tidak melakukan itu dengan alasan agar Alan bisa membuktikan diri dan kemampuannya pada kakeknya. Dan bujukannya sukses, Alan akhirnya setuju untuk tetap melakukannya agar kakeknya mau menerimanya.

Bantuan yang maksud Alice ternyata adalah menemaninya belanja di supermarket. Alice mengaku kalau dia ingin belajar memasak masakan Thailand dan meminta Dawin untuk mengajarinya memasak. Dia ingin membuat kari hijau.

Mereka pun mulai membeli beberapa bahan, tapi Dawin sontak melotot heboh saat mendengar kasir menyebutkan total belanjaannya. Dia sendiri yang harus bayar lagi.

Alice dengan santainya keluar duluan, sementara Dawin masih harus mengurusi pembayarannya. Saat dia tengah melihat-lihat kosmetik, tak sengaja dia mendengar obrolan beberapa wanita tentang jalan depan yang diblokir gara-gara kedatangan seorang pangeran bernama Pangeran Will.

Saat Dawin menyusul tak lama kemudian, dia malah tak menemukan Alice dan hanya ada belanjaan mereka yang ditinggalkan begitu saja. Jelas saja Dawin jadi cemas. Apalagi Alice tidak mengangkat teleponnya.

Alice menyelinap di antara para penonton untuk melihat Will. Dia benar-benar senang melihatnya dan langsung memanggilnya. Suaranya memang teredam suara teriakan wanita lain, tapi Will sempat mendengarnya.

Tapi untungnya saat Will berbalik, Dawin muncul saat itu juga dan menghalangi pandangan Will. Para penjaga langsung menghadang Dawin, mengira dia mau mendekati Will, membuat Will jadi berpikir kalau dia punya penggemar cowok. Pfft! Dawin cuma mesem canggung mendengarnya lalu bergegas menyusul Alice. 

Alice benar-benar kesal pada Dawin, Pangeran Will itu kakak yang paling dekat dengannya. Negaranya Will memiliki militer yang kuat. Jika dia meminta Will untuk membuat tentara militernya membantunya menangkap para pemberontak yang berniat membunuhnya, Alice yakin kalau Will pasti akan membantunya.

Tapi Dawin tetap tegas melarangnya menemui Will, terutama karena belum menemukan pelaku yang menginginkan kematian Alice. Alice ngotot kalau Will bukan orang jahat, dia sangat amat percaya pada Will. Will adalah orang yang paling dia percayai sama seperti kakeknya dan tidak akan pernah menyakitinya.

"Saya tidak akan menghentikan Yang Mulia untuk mempercayai siapapun. Tapi tidak dalam situasi sekarang ini. Yang Mulia sudah berjanji pada saya untuk tidak membuat masalah apapun di luar rumah. Jadi tolong lakukan sesuai janji Yang Mulia." Tegas Dawin. Kesal, tapi tak ada yang bisa Alice lakukan selain menurutinya.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments