Bukan cuma memberinya kunci rumah, Yan Xin bahkan mempercayakan rumahnya pada Qi Nian dia bahkan berterima kasih atas sarapannya dan memuji kerja keras Qi Nian. Bicaranya lembut banget bak suami pamit kerja sama istri.
Qi Nian senang banget. Biarpun tidak ada pernyataan cinta langsung, tapi semua ucapan Yan Xin tadi jelas bermakna 'Aku menyukaimu'. Dia harus menanyakannya secara langsung setelah Yan Xin pulang kerja nanti.
Tak lama kemudian, Ji Qiu mendadak muncul di depan pintu dan jelas kaget melihat Qi Nian di dalam rumah. Dia tak percaya kalau Qi Nian di sini karena Qi Nian punya hubungan dengan Yan Xin, bahkan menuduh Qi Nian sebagai sasaeng fan yang menerobos masuk ke rumah Yan Xin karena patah hati dicampakkan oleh Yan Xin.
Maka untuk membuktikannya, Qi Nian langsung menelepon Yan Xin, dan yang tak disangkanya, Yan Xin dengan senang hati mengonfirmasi bahwa dia sendiri yang mengizinkan Qi Nian masuk rumah. Bahkan dengan lembut dia menyuruh Qi Nian untuk memperlakukan tamu dengan baik.
Lu Qing Wu mendatangi cafe tempat kerjanya Si Qi, tapi malah diberitahu kalau Si Qi sudah mengundurkan diri. Qing Wu kecewa. Sepertinya dia berencana mau merekrut Si Qi ke dalam timnya, bukan cuma karena Si Qi berbakat menggambar tapi juga karena dia cakep.
Yang tidak Qing Wu ketahui, Si Qi sebenarnya lewat di belakangnya. Dia sebenarnya sedang melamar kerja di perusahaan komiknya Qing Wu. Hanya saja dia mengalami hambatan KTP-nya hilang dan diharuskan membuat KTP baru. Yang jadi masalah, membuat KTP baru kan butuh KK, dan KK-nya ada pada 'Dia' (Hmm, siapakah dia?). Tepat saat itu juga, Si Qi melihat sebuah telepon umum.
Qi Nian sekalian memanfaatkan kedatangan Ji Qiu untuk mengorek informasi tentang apa yang sebenarnya ada di dalam ruang rahasia itu. Tapi Ji Qiu juga sebenarnya tidak tahu, satu-satunya yang dia tahu, ada sebuah telepon model kuno di dalam ruang rahasia itu. Itu satu-satunya benda yang dibawa Yan Xin saat pindah dari rumah lama.
"Kutebak, dia sedang menunggu seseorang." Duga Ji Qiu.
"Siapa?"
"Orang yang sudah pergi beberapa tahun yang lalu. Beberapa tahun ini semuanya berubah. Telepon itu mungkin adalah satu-satunya cara berhubungan mereka. Kakak sepupu selalu bengong di kamar itu. Kutebak, dia sedang menunggu telepon itu berbunyi."
Dan tak lama kemudian, tiba-tiba terdengar bunyi telepon dari ruang rahasia itu. Waduh! Gimana nih? Ji Qiu tidak berani masuk. Dulu dia pernah tak sengaja masuk ke situ, akibatnya, dia dicuekin selama setengah tahun. Ji Qiu tidak mau mengalami hal itu lagi.
Tapi bagaimana jika yang menelepon itu benar-benar orang yang ditunggu Yan Xin? Bisa gawat kalau tidak diangkat. Maka Qi Nian nekat saja masuk ke ruang rahasia itu dan mengangkat teleponnya, tapi tidak ada suara apa pun dari seberang. Malah dengan cepat dimatikan. Qi Nian langsung berusaha menelepon balik, tapi tidak diangkat... karena telepon itu datang dari telepon umum (Hmm, bukankah itu telepon umum yang dilihat Si Qi tadi?).
Qi Nian gelisah banget karena teleponnya tidak diangkat-angkat. Parahnya lagi, Yan Xin mendadak muncul di belakangnya. Sorot matanya tampak menunjukkan kemarahan besar lalu tanpa mengucap banyak kata, dia langsung menyeret Qi Nian keluar dari mengusirnya.
Ji Qiu yang sedari tadi cuma bisa bersembunyi sakit takutnya sama Yan Xin, jadi merasa bersalah karena tidak memperingatkan Qi Nian tadi. Yan Xin langsung mengurung diri di kamar. Qi Nian sebenarnya ingin meminta maaf, tapi dia tidak berani mengetuk pintunya.
Malam harinya saat Yan Xin sedang menggambar sambil mendengarkan musik, tiba-tiba dia mendengarkan suara rekamannya Qi Nian yang meminta maaf karena mengkhianati kepercayaan Yan Xin.
Dia mengaku kalau dia mungkin lupa diri. Dia ingin lebih dekat dengan Yan Xin, dia ingin lebih mengenal Yan Xin, makanya dia melakukan ini tanpa sadar kalau dia sudah melewati batas.
Qi Nian berjalan pulang dengan sedih, mengira kalau Yan Xin belum memaafkannya. Padahal sebenarnya Yan Xin diam-diam mengintipnya dari balik tembok lalu menggunakan ponselnya sebagai remote untuk menyalakan lampu jalan untuk menerangi jalannya Qi Nian.
Ji Qiu dengan takut-takut berusaha membujuk Yan Xin untuk memaafkan Qi Nian. Tapi Yan Xin malah balas mengomelinya untuk mengurusi urusannya sendiri saja lalu mengusirnya.
Saat SI Qi pulang, dia mendapati QI Nian termenung sedih di tangga jalan. Dia pun bercerita bahwa 'Temannya' diabaikan oleh orang yang dia sukai karena 'Temannya' itu melanggar 'area ranjau' orang yang dia sukai itu.
Mendengar itu, Si Qi pun berusaha menghiburnya dengan memberitahu Qi Nian bahwa cerita 'Janggut Biru' sebenarnya bisa ditafsirkan lain. Si Janggut Biru sadar betul kalau istrinya tidak tahan godaan, tapi dia tetap memberinya kunci ruang rahasia itu.
Bisa jadi, si Janggut Biru itu sengaja untuk menguji kesetiaan dan kepercayaan istrinya. Namun dalam penafsiran lain, bisa juga si Janggut Biru sejak awal ingin istrinya masuk ke dalam ruang rahasia itu, dengan harapan istrinya akan tetap bisa menerima dirinya apa adanya bahkan setelah si istri sudah mengetahui fakta yang sebenarnya tentang dirinya. Tapi nyatanya, tidak ada seorang pun dari istri-istrinya yang bisa menerimanya.
Ucapan Si Qi itu membuat Qi Nian jadi punya perspektif baru akan sikap Yan Xin. Apakah sebenarnya Yan Xin sedang memberinya kesempatan untuk lebih mengenal Yan Xin?
Demi menghibur Qi Nian, Si Qi memesankan hotpot super pedas kesukaan Qi Nian untuk makan malam mereka berdua. Qi Nian benar-benar berterima kasih padanya, mood-nya benar-benar membaik berkat Si Qi. Yang jadi masalah, jelas-jelas Si Qi sama sekali tidak kuat makan pedas, tapi terus memaksakan diri.
Akibatnya, keesokan harinya dia jadi diare dan harus bolak-balik ke toilet. Dia bahkan jadi kesulitan melakukan pekerjaan menggambarnya.
Wah! Qi Nian tak menyangka kalau Si Qi ternyata jauh lebih manja dari yang dia kira. Mulai sekarang, dia melarang Si Qi makan hotpot lagi. Si Qi sontak menyalahkan kakaknya untuk itu, kakaknya tidak pernah membiarkannya melakukan apa pun, makanya dia jadi tidak bisa apa-apa.
Menurut Qi Nian, itu artinya kakaknya Si Qi menyayanginya. Si Qi tak percaya. Kakaknya itu orang gila, takkan ada seorang pun yang menyukainya. Satu-satunya yang dimiliki kakaknya itu hanya perusahaannya sendiri.
Yan Xin kerja di rumah hari itu. Saat dia tengah menggambar, tiba-tiba dia bersin. Refleks dia memanggil Qi Nian dan menyuruhnya menutup pintu, dan baru sadar sedetik kemudian kalau Qi Nian tidak ada dan fakta itu membuatnya jadi sedih.
Selama beberapa hari kemudian, Qi Nian menyibukkan diri dengan komiknya dengan dibantu oleh Si Qi. Dia kesulitan menentukan judul dan nama karakter komiknya, dan kurang mengerti teorinya Si Qi tentang bagaimana mengembangkan cerita cinta.
Jadi Si Qi membantunya dengan menyuruhnya main game dan berinteraksi dengan tokoh utama dalam game-nya, Tuan J. Tapi kemudian dia malah menyadari kalau si Tuan J ini karakternya mirip banget sama Yan Xin.
Si Tuan J bahkan menerapkan aturan yang sama persis dengan aturannya Yan Xin. Tapi aturan yang terakhir agak beda seolah dia ngerti banget situasinya Qi Nian dan Yan Xin, yaitu memintanya untuk tidak menurutinya jika dia menyuruhnya pergi dan memintanya untuk kembali.
Qi Nian akhirnya lulus game-nya dan menjadi teman Tuan J, dia bahkan sudah boleh menambahkan Wechat Tuan J. Qi Nian jadi sedih, padahal dia dan Yan Xin saja belum pernah saling menambahkan kontak satu sama lain.
Baru juga dibicarakan, tiba-tiba ID atas nama Yan Xin, menambahkannya di Wechat. Qi Nian hampir saja senang. Tapi saat orang itu nge-chat, ternyata dia Ji Qiu yang pura-pura jadi Yan Xin.
Ji Qiu bahkan langsung video call dia dan memarahinya. Jelas saja Qi Nian jadi kesal dan hampir mematikannya. Tapi kemudian Ji Qiu memberitahu kalau yan Xin mengurung diri di kamar seharian, makanya dia meminta Qi Nian balik sekarang juga. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dia bahkan tidak bisa mengurus Qi Bao.
Qi Nian akhirnya menyerah dan bergegas pergi ke rumah Yan Xin, dan mendapati Yan Xin agak pucat. Tapi Yan Xin malah cuma menatapnya dalam diam. Mengira kalau Yan Xin masih marah dan tidak ingin melihatnya, Qi Nian langsung berbalik pergi.
Tapi Yan Xin tiba-tiba menariknya dengan terlalu keras sehingga mereka sama-sama terjatuh ke lantai. Lega melihatnya kembali, Yan Xin tiba-tiba membelai lembut wajah Qi Nian lalu mencubit gemas pipinya.
Qi Nian mencoba membujuknya untuk ke rumah sakit, tapi Yan Xin menolak, bersikeras kalau dia cuma demam ringan dan butuh istirahat. Qi Nian berniat membantu menurunkan suhu tubuhnya dengan terlebih dulu menyuruhnya buka baju, tapi Yan Xin malah sengaja memanfaatkan kesempatan untuk menggoda Qi Nian dan sukses membuat Qi Nian malu banget.
Makanya, lain kali sebelum menyuruh orang melakukan sesuatu, sebaiknya dia pikirkan dulu resikonya. Dia meyakinkan kalau dia baik-baik saja dan menyuruh Qi Nian pergi saja. Tapi Qi Nian menolak pergi. Dia tidak peduli biarpun Yan Xin mau menghukumnya dengan apa pun, pokoknya dia tidak mau pergi.
"Kenapa?"
"Karena kau spesial bagiku. Berbeda dari orang lain."
Bahkan karakter game pun tidak sebanding dengan Yan Xin. Dia sudah memikirkannya dengan baik, dan dia menyadari kalau dia lebih menyukai Yan Xin yang asli daripada karakter game.
"Hanya kau. Orang lain bukan apa-apa di mataku."
Yan Xin setengah tidak paham dengan omongannya tentang game. Tapi secara garis besar, dia mengerti dan dia senang. Dia langsung membelai lembut kepala Qi Nian dan memperingatkannya untuk tidak mengulanginya lagi.
Qi Nian sontak sumringah mendengarnya, berarti Yan Xin sudah tidak marah lagi. Dia langsung cerewet ingin membelikannya obat atau memasakkan bubur untuknya, tapi Yan Xin langsung menutup mulutnya dan menyuruhnya diam saja.
Yan Xin tertidur di sofa, dan Qi Nian menjaganya sepanjang hari. Tiba-tiba teleponnya berbunyi dan tak sengaja Qi Nian menyenggol dua botol obat saat dia mau mengambil HP-nya.
Si Qi yang menelepon dan langsung cemas (sepertinya dia cemburu) mendengar Qi Nian masih di rumah bosnya. Dia baru bisa merasa tenang saat Qi Nian meyakinkan kalau dia baik-baik saja. Si Qi lalu mengalihkan topik, memberitahu bahwa dia mendapatkan dua tiket acara tanda tangan dua orang komikus dan mengajak Qi Nian pergi bersamanya besok.
Tapi bahkan sebelum dia sempat memberitahukan siapa komikusnya, Yan Xin mendadak merebut HP-nya Qi Nian lalu memberitahu Si Qi kalau Qi Nian sibuk.
Si Qi kaget. "Kau siapa?!"
Bersambung ke episode 7
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam