Sinopsis Forever and Ever Episode 3

Ngomongnya makan camilan malam, tapi ternyata Chen membawa Shi Yi ke ruang privat di restoran mewah dan memesankan berbagai makanan mewah hanya untuk mereka berdua.

 

Chen berkata kalau dia membawa Shi Yi kemari karena dia pikir kalau Shi Yi menyukainya karena Shi Yi pernah bilang suka membaca sastra kuno. Chen merasa mereka punya banyak kesamaan. 

Contohnya, Shi Yi kan suka membaca sastra kuno Kumpulan Lima Novel Dinasti Ming. Chen juga suka mengoleksi sulaman 'Lagu Rakyat dan Balada Kebangsaan Han di Wudi'. Shi Yi sontak canggung dan aneh mendengarnya, soalnya itu kan kumpulan lagu dan puisi rahasia gadis. Jelas kesukaan mereka berdua tidak sama.

Mengalihkan topik, Shi Yi menanyakan masalah pekerjaannya Chen yang langsung dijawab dengan antusias oleh Chen. Tiba-tiba pelayan datang membawakan hidangan kepiting, mereka memang tidak memesannya, tapi itu hadiah dari restoran yang hari ini merayakan ulang tahun.

Shi Yi senang-senang saja memakannya, tapi Chen sontak menatap makanan itu dengan ngeri dan menolak makan. Pfft! Soalnya sekarang dia pelihara kepiting, makanya dia ngeri kalau harus makan kepiting.

Usai makan, Chen mengantarkannya sampai ke depan apartemennya dan memberitahu bahwa selama 3 bulan ke depan, dia akan sering bolak-balik Shanghai-Zhenjiang. Namun yang tak disangkanya, Shi Yi mengaku bahwa rumah leluhurnya juga berada di Zhenjiang. Kebetulan sekali.

Sudah waktunya berpisah, Shi Yi pun pamit. Tapi jelas keduanya berat untuk berpisah. Shi Yi pun langsung berbalik hanya untuk dadah-dadah pada Chen. 

Paman Lin sumringah banget sepanjang perjalanan pulang. Sungguh dia tak menyangka kalau ternyata Chen punya belahan jiwa. Pfft! Chen menyangkal dan mengoreksi kalau mereka hanya teman biasa. Iya deh, teman biasa... teman biasa yang sangat penting. Chen langsung mesem lebar mendengarnya.


Keesokan harinya, Shi Yi menceritakan tentang semalam pada Xiao Yu. Tapi dia berpikir kalau Chen berada di Zhenjiang hanya untuk dinas. Dia bahkan tidak berpikir kalau mobil yang ditumpanginya semalam itu mobil pribadinya Chen, malah mengira kalau itu mobil fasilitas dari kantornya Chen di Zhenjiang. 

Kedua wanita itu sama sekali tidak kepikiran kalau Chen itu orang kaya karena profesinya yang memang bukan profesi yang bisa menghasilkan uang banyak.


Di tempat lain, Chen baru saja berkuda bersama Mei Xing dan memberitahu kalau semalam dia pergi makan malam bersama Shi Yi. Mei Xing jadi tambah penasaran ingin tahu lebih banyak tentang gadis bernama Shi Yi itu dan langsung menuntut Chen untuk bercerita.

"Tidak bisa diceritakan secara singkat." Ucap Chen sambil tersenyum lebar.


Hari ini hari pernikahan Wen Chuan dan Jia Ren. Wen Chuan tampak jelas lebih agresif dalam berbisnis, bahkan dia sekalian memanfaatkan momen itu untuk membicarakan kerja sama bisnis dengan para relasi yang datang.

Karena itulah, jika Chen tidak mau kalah, Mei Xing menyarankannya untuk bertindak tegas dengan langsung mengumumkan rencananya di Asosiasi Dagang nanti, Chen harus bisa menggoyahkan kepercayaan diri orang-orang yang menentangnya.

Tapi Mei Xing juga mengingatkan bahwa walaupun Chen anak sulung dan pewaris bisnis keluarga, tapi untuk bisa menguasai bisnis keluarganya ini, Chen harus menikah. Karena tertera jelas dalam surat wasiat mendiang ayahnya, bahwa semua anak akan mendapatkan bagian saham mereka jika mereka menikah. (Ah, berarti Wen Chuan mau menikahi Jia Ren biarpun dia sadar Jia Ren tidak menyukainya, cuma buat menguasai bisnis keluarga)

Mei Xing menyarankannya untuk mengambil alih bisnis keluarga secepatnya. Karena dari hasil investigasinya, Mei Xing menduga kalau bisnis yang dilakukan Wen Chuan tidak legal. Kalau benar, maka seluruh keluarga mereka yang akan susah.

Mei Xing punya usul bagus. Kalau Chen tidak punya calon yang tepat... maka Chen menikah saja dengan Shi Yi. Bukankah mereka sama-sama punya perasaan pada satu sama lain (Pfft! Ide bagus). Chen akui kalau Shi Yi memang spesial baginya. Tapi kalau tiba-tiba mengajak Shi Yi menikah kan konyol.


Belum sempat membicarakan masalah ini lebih lanjut, Chen tiba-tiba dipanggil ibu mereka (kita panggil dia Nyonya Zhou saja) yang memperkenalkan Shi Yi dengan gadis pilihannya. Shi Yi jelas tidak tertarik sedikit pun dan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya dengan merespon setiap pertanyaan gadis itu dengan kata-kata singkat tanpa bertanya balik yang jelas saja membuat gadis itu jadi canggung dan Nyonya Zhou jadi tak enak sama gadis itu.

Untungnya Chen cepat terselamatkan dari situasi tak mengenakkan ini berkat kedatangan Ren yang menuntut untuk bicara berdua dengan Chen. Setelah Nyonya Zhou dan gadis itu pergi, Ren memberikan sebuah amplop pada Chen yang didalamnya berisi data informasi tentang Shi Yi. Hah?

Ah! Jadi ternyata keluarga mereka sebenarnya tahu hubungan Chen dengan Shi Yi sejak saat mereka pertama kali bertemu di bandara. Dan Ren mendapatkan informasi ini dari ayahnya (Jadi sebenarnya Ren ini adik sepupunya Chen, anaknya Zhousheng Xing, tapi aku masih belum mengerti kenapa dia memanggil Nyonya Zhou sebagai 'Ibu' juga). 

Ren setuju banget kalau Chen bersama Shi Yi, cantik dan cukup terkenal lagi. Tapi jelas dari sikap Nyonya Zhou yang malah memperkenalkan Chen dengan gadis lain, Nyonya Zhou tidak setuju Chen bersama Shi Yi. Chen dengan canggung mengklaim kalau dia dan Shi Yi cuma teman biasa, tapi Ren jelas tak percaya. 

Galau dengan semua ini, maka hari itu juga, Chen memutuskan kembali ke Shanghai. Dalam perjalanan dia melihat-lihat foto-foto masa kecil Shi Yi yang kontan membuat senyum Chen merekah.

Shi Yi sendiri galau antara ingin menelepon Chen tapi harus ngomong apa. Sayangnya dia tidak sadar kalau Chen sedang berdiri di luar studionya, tidak meneleponnya dan tidak berani masuk juga, takut menganggu pekerjaannya Shi Yi. Dia sendiri tidak suka diganggu saat sedang bekerja.

 

Tak lama kemudian, mereka melihat Shi Yi keluar untuk mengambil orderan makanannya. Tapi Chen malah menarik Paman Lin bersembunyi di balik tembok, menyaksikan betapa baik hatinya Shi Yi saat dia memberikan obat untuk si kurir yang terluka karena terjatuh dari sepeda motornya dalam perjalanannya mengantarkan pesanannya Shi Yi.

Setelah Shi Yi masuk kembali, Chen langsung menyuruh Paman Lin untuk mengantarkan si kurir ke rumah sakit. Paman Lin dengan geli memberitahu si kurir kalau tuannya ini adalah pacarnya gadis itu. Wah! Si kurir kagum mendengarnya, mereka pasangan yang baik hati. Pfft!

Chen langsung pulang kembali ke Zhenjiang malam itu tanpa bertemu Shi Yi sama sekali. Dia baru tiba pagi harinya dan langsung diinterogasi sama Mei Xing. Chen mengaku kalau dia memang sengaja pergi jauh-jauh ke sana tanpa bertatap muka dengan Shi Yi hanya untuk menguji perasaannya.

Apakah dia benar-benar punya perasaan pada Shi Yi, apakah dia akan merasa bosan melakukan perjalanan PP 8 jam hanya untuk bertemu dengannya. Dan sekarang dia sudah punya jawabannya, dia merasa senang tanpa merasa lelah.

"Akhirnya kau mengakuinya. Lalu apa rencananya selanjutnya?"

"Selanjutnya adalah... Melamarnya."

Shi Yi dan kedua orang tuanya mau ziarah kubur ke makam leluhur di Zhenjiang tapi malah terjebak macet karena adanya pemeriksaan polisi. Ibu penasaran melihat putrinya yang terus memegangi HP-nya sedari tadi. 

Shi Yi mengaku kalau dia punya teman di Zhenjiang, makanya dia sedang bimbang antara meneleponnya atau tidak. Takutnya dia malah tidak sedang berada di Zhen Jiang sekarang.

Ibu langsung bisa menebak dengan tepat kalau teman yang dimaksudnya itu adalah seorang pria. Ibu sih tidak masalah Shi Yi mau berteman atau pacaran. Tapi kalau pacaran, maka Shi Yi harus membawa pria itu ke rumah agar mereka bisa menilai pria itu.

"Ibu bicara ngawur lagi."

"Ibumu terkadang sangat bimbang. Dia takut seleramu terlalu tinggi dan tidak dapat pasangan untuk menikah nanti. Namun juga takut kau terlalu cantik sehingga dikejar orang berkuasa lalu ditipu untuk melakukan sesuatu yang buruk." Ujar Ayah.

"Tidak akan. Aku tidak tertarik dengan uang. Semua itu tidak bisa menghadapi."

Tapi Shi Yi heran kenapa macetnya separah ini, mengira kalau tahun ini banyak sekali orang yang berziarah. Ayah mengoreksi, dua hari terakhir ini banyak pengusaha yang datang ke Zhenjiang karena ada acara pertemuan bisnis untuk membahas proyek investasi. Orang yang mengadakan acara itu ingin menarik modal untuk mengembangkan manufaktur lokal kelas atas.

"Orang yang mengundang itu, sangat memiliki visi." Komentar Shi Yi kagum.

"Bukan hanya visi, juga harus punya kemampuan untuk menarik lebih banyak dana." Timpal Ayah.

"Dan hati nurani untuk meningkatkan perekonomian nasional."

Ibu geli mendengar percakapan ayah dan anak itu. "Kalian memang ayah dan anak, satu saluran."

Yang tidak mereka ketahui, acara yang mereka bicarakan itu adalah Asosiasi Dagang yang diadakan oleh Chen. Dalam perjalanan mengantarkan Chen dan Mei Xing siang itu, Paman Lin tak sengaja melihat Shi Yi dan langsung memberitahukan itu ke Chen. Berjodoh sekali mereka, yang mau dilamar, akhirnya datang sendiri ke kota ini. Tapi Chen lagi-lagi belum siap bertemu langsung dengannya.

"Kenapa? Takut lamaranmu gagal?" Goda Mei Xing.

Jelas lah, tiba-tiba melamar gadis yang baru dikencaninya satu kali, apa mungkin bakalan berhasil? Mei Xing meyakinkannya untuk lebih percaya diri, Chen punya pesonanya sendiri kok.

Akhirnya setelah menggalau ria cukup lama, dia langsung meminjam ponselnya Paman Lin (Kenapa dia belum punya ponsel juga?) untuk menghubungi Shi Yi. Tapi karena risih dilihatin Paman Lin dan Mei Xing, Chen langsung naik ke lantai atas dan menutup kamarnya.

Pamannya Shi Yi tiba-tiba mengajak Shi Yi untuk pergi ke acara Asosiasi Dagang karena ingin menjodohkan Shi Yi dengan anak seorang kenalannya. Shi Yi jelas tak mau dan buru-buru menghindar ke kamar Shi Yuan Yuan (sepupunya).

Tepat saat itu juga, Chen meneleponnya dan to the point mengaku bahwa dia tahu Shi Yi ada di Zhenjiang, dia juga punya data informasi keluarganya Shi Yi dan nopol mobil ayahnya Shi Yi.  Tapi itu tidak penting dibahas karena ada hal paling penting yang harus dia tanyakan pada Shi Yi.

Jadi begini... "Aku sekarang perlu bertunangan dengan seseorang."

Shi Yi jelas langsung patah hati mendengarnya, mengira Chen benar-benar sudah punya tunangan tapi malah tetap jalan sama dia. Terus Chen anggap apa dia ini. Cepat-cepat menguasai diri, Shi Yi berusaha tabah saat dia mengucap selamat padanya.

Menyadari Shi Yi salah paham, Chen cepat-cepat menjelaskan maksudnya yang sebenarnya. "Shi Yi, apa kau mau bertunangan denganku?" (Pfft! Kenapa nggak langsung ngajak nikah aja, bang?)

Shi Yi jelas kaget sampai-sampai dia cuma bengong. Chen meyakinkan kalau dia serius. Mereka berdua kan bukan orang asing dan sama-sama punya perasaan pada satu sama lain. Jadi mereka bisa mencoba bertunangan.

"Punya perasaan, perlu bertunangan?"

"Aku tidak mengenal banyak gadis. Jika harus bertunangan, kuharap kau orangnya. Kau boleh menolakku kalau kau punya pilihan lain yang lebih baik."

"Tidak punya!" Refleks Shi Yi. (LOL!)

Chen lega mendengarnya. Dia menjelaskan kalau dia ini orang yang lamban, terutama dalam hal pemupukan hubungan, mungkin akan butuh waktu lama. Jika nanti setelah mereka saling mengenal lebih dekat dan Shi Yi menyadari kalau Shi Yi tidak menyukai sifatnya ini atau tidak menyukainya sama sekali, maka dia akan mencari cara yang paling sesuai untuk mengakhiri hubungan mereka kapan saja dan tidak akan membuat Shi Yi kesulitan. Jika Shi Yi tidak setuju, maka Chen tidak akan lagi menganggunya di masa depan.

Shi Yi jadi galau... tapi akhirnya, dia setuju bertunangan dengan Chen. Wah! Yuan Yuan langsung mangap heboh saking kagetnya mendengar percakapan mereka. Chen juga sama kagetnya, saking tak percayanya mendengar Shi Yi setuju secepat ini, Chen malah jadi terdiam sampai membuat Shi Yi bingung. Chen tidak bercanda kan?

"Aku tidak bercanda!"

Selanjutnya... Chen perlu ukuran tubuh Shi Yi. Hah? Belum apa-apa udah minta ukuran tubuh? Chen cepat-cepat menjelaskan kalau dia butuh karena dia ingin membuatkan baju buat Shi Yi. Oh, Shi Yi pun tanpa ragu memberikan tiga ukuran tubuhnya: 92, 62, 90.

Tapi Chen perlu ukuran yang lebih mendetil seperti panjang lengan, lingkar leher, panjang kaki, dll. Semua itu belum pernah Shi Yi ukur, dia mau ukur dulu deh, nanti dia kirim hasilnya ke Chen.

Chen langsung sumringah saat menutup teleponnya, lamarannya sukses. Tapi tiba-tiba saja dia melihat Mei Xing sedang menguping di luar. Hehe. Mei Xing kagum juga padanya. Chen benar-benar cowok yang efisien. Telepon pertama, mengajak makan malam. Telepon kedua, langsung mengajak tunangan.

Sekarang karena lamarannya sudah berhasil, Chen perlu menyiapkan beberapa hadiah untuk dia persembahkan untuk calon mertuanya dan meminta bantuan Paman Lin untuk memberinya pendapat. 

Shi Yi gugup saat dia menyeret ibunya ke kamarnya Yuan Yuan untuk mengabarkan kabar mengejutkan ini. Jelas Ibu kaget dan ragu tak ingin putrinya terlalu terburu-buru dalam masalah sepenting ini, apalagi mereka juga belum mengenal pria itu. Tapi karena Shi Yi keukeuh membujuknya untuk bertemu dulu dengan Chen yang akan datang besok dan meyakinkan kalau mereka pasti akan menyukai Chen, Ibu akhirnya setuju untuk bertemu.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments