Sinopsis Crush Episode 8

Dengan instruksi Wu Yan, Nian Qin membopong Wu Yan ke sofa dan mengambilkan jaketnya. Tapi dalam prosesnya malah tak sengaja membuat teko air terjatuh dan pecah.


Cemas dengan sakitnya yang cukup parah, Nian Qin pun membopong Wu Yan keluar rumah, berniat mau membawanya ke rumah sakit. Wu Yan memberinya instruksi arah, Nian Qin pun turun tangga pelan-pelan, meraba setiap anak tangga dengan kakinya.

Tapi di tengah tangga, lampu tiba-tiba mati. Nian Qin tidak masalah karena memang sudah terbiasa dengan kegelapan, tapi Wu Yan ketakutan dan langsung mengeratkan pelukannya. Tapi itu malah membuat Nian Qin jadi tidak fokus sehingga kakinya tergelincir dari tangga.

Lengannya jadi terbentur railing tangga saat dia terjatuh, tapi dia tetap menjaga erat Wu Yan tetap aman dalam gendongannya. Taksi datang tak lama kemudian, Nian Qin memasukkannya duluan. Dan kali ini giliran Wu Yan yang diam-diam melindungi kepala Nian Qin biar dia tidak terbentur atap mobil.
 
.
Di rumah sakit, dokter mendiagnosa Wu Yan kena campak. Karena Wu Yan sendirian di rumah, jadi Nian Qin memutuskan membawanya pulang. Dia sendiri tidak takut terkena campak karena sudah pernah kena dulu. 

Dia juga menelepon Xiao Lu, melarang Xiao Lu datang ke rumahnya selama beberapa hari. Dia memberitahu Wu Yan bahwa Xiao Lu belum pernah kena campak, makanya Xiao Lu tidak boleh dekat-dekat sama Wu Yan biar tidak tertular.

Wu Yan terbangun tengah malam dan mendapati Nian Qin sedang membaca buku di ruang tamu. Karena dia memberikan kamarnya pada Wu Yan, jadi dia akan tidur di ruang tamu.

Tapi malam itu juga, Wu Yan mengonfrontasi sikapnya yang tidak jelas dan perssaannya yang sebenarnya terhadapnya. Tapi Nian Qin diam saja menghindari pertanyaannya dan menghindari perasaannya.

Bahkan saat Wu Yan ketiduran di lantai, dia awalnya tak mau peduli dan cuma menyelimutinya lalu meninggalkannya tetap tertidur di sana. Tapi pada akhirnya dia tidak bisa tidak peduli dan akhirnya membopong Wu Yan kembali ke kamar dan menempelkan kompres demam ke dahinya.
 


Saat Wu Yan bangun keesokan harinya, Nian Qin memberinya sarapan telor ceplok yang sangat gosong. Wkwkwk! Yah mau gimana, dia tidak bisa melihat tingkat kematangannya dan tidak tahu sama sekali kalau makanan yang dia sajikan itu tidak layak makan.

Tapi ada hal lain yang menarik perhatian Wu Yan, ada bekas memerah di tangannya karena cipratan minyak tapi sudah diolesi dengan lidah buaya. Memang ada lidah buaya di pot di rak dapur. Wu Yan menduga kalau lidah buaya itu di letakkan di sana karena Nian Qin sering terluka.
 

Awalnya Wu Yan tidak memperhatikan karena Nian Qin pakai lengan panjang. Tapi keesokan harinya saat Nian Qin menyingsingkan lengan bajunya, Wu Yan baru melihat lengannya Nian Qin terluka cukup panjang (sepertinya karena benturan di railing tangga waktu terjatuh malam itu). 

Cemas, Wu Yan langsung mencari obat yang terletak di laci bawah. Saat Wu Yan sibuk mencarinya, Nian Qin meletakkan tangannya di atas kepala Wu Yan, berniat melindungi kepala Wu Yan biar tidak terkena laci bagian atas. Tapi ujung-ujungnya malah dia sendiri yang kepalanya terbentur laci atas. Hehe.

"Kau ini, kenapa selalu melukai diri sendiri?" Omel Wu Yan.

"Setiap kali selalu karenamu." (Pfft! Emang bener sih)

Geli, Wu Yan menunjuk ke suatu arah dan menyuruh Nian Qin duduk di sana. Tapi Nian Qin sontak protes. "Jangan selalu bilang ke sana, ke sini. Aku tidak bisa melihat kau menunjuk ke mana. Bagaimana aku bisa tahu?"
 


Geli, Wu Yan akhirnya mendorongnya untuk duduk di kursi lalu menyemprotkan antiseptik ke lengannya yang sontak membuat Nian Qin mengernyit kesakitan sebentar tapi setelah itu dia diam saja tak bereaksi. 

Wu Yan sinis menyindirnya, rupanya Nian Qin tahan sakit yah. Pasti karena ini pula Nian Qin berpikir kalau dia bisa menahan rasa sakit atas menghilangnya Nian Qin. Canggung dan merasa bersalah, Nian Qin akhirnya meminta maaf atas sikapnya yang pergi tanpa pamit.

Tentu saja Wu Yan langsung memaafkannya. "Lihatlah, aku mudah berbaikan. Kau harus belajar dariku." Ujar Wu Yan sambil refleks menepuk tangan Nian Qin, tepat di lukanya yang jelas saja membuat Nian Qin mengernyit kesakitan. Maaf! Maaf!
 

Malam itu, Nian Qin bermimpi buruk, memimpikan saat-saat kematian ibunya yang membuat tidurnya jadi tak tenang. Cemas, Wu Yan langsung berusaha membangunkannya. Nian Qin akhirnya membuka matanya. Tapi waktu Wu Yan menyalakan lampu, dia malah melihat Nian Qin memejamkan mata lagi. Sudah tidur lagi?

Wu Yan pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menatap wajah Nian Qin dari dekat... Saat tiba-tiba saja Nian Qin berkata. "Aku tidak akan melewatkan dua kesempatan berturut-turut."

Dia langsung menarik wajah Wu Yan mendekat, tapi malah Wu Yan duluan yang menciumnya. Sebenarnya ibunya selalu bilang padanya bahwa wanita tidak boleh berinisiatif duluan, ibunya memang benar, tapi bodo amat, Wu Yan tidak mau mendengarkannya dan langsung mencium Nian Qin lagi.
 

Tapi Nian Qin tiba-tiba memejamkan mata lagi. Tidur lagi? Wu Yan dengan canggung mau beranjak pergi, tapi Nian Qin tiba-tiba menariknya kembali dan kali ini dialah yang mencium Wu Yan.

"Yang kusukai adalah Su Nian Qin. Sejak pertama kali bertemu di tepi danau, aku sudah menyukainya."

"Kenapa?"

"Kenapa lagi? Love at first sight."

Nian Qin tertawa mendengarnya. "Aku tidak mengerti bahasa Inggris."

"Kalau tidak mengerti, kenapa kau tertawa? Hah?" Wu Yan langsung gemas menggelitikinya.
 
 
Keesokan paginya, Wu Yan membuka tirai rumahnya Nian Qin tak peduli biarpun Nian Qin protes dan mengingatkan bahwa ada atau tidaknya cahaya, sama sekali tidak ada bedanya baginya.

Wu Yan langsung mengaitkan jari-jemari mereka, mengarahkannya ke cahaya matahari sambil menuntunnya untuk memainkan jari-jemari mereka, membiarkan Nian Qin merasakan perbedaannya dan mengingatkan Nian Qin bahwa biarpun dia tidak bisa melihat cahaya, namun dia bisa merasakan kehangatannya. Bukankah matahari hari ini sangat panas?

Mendengar itu, Nian Qin pun menutup matanya lalu menggenggam tangan Wu Yan, dan memutuskan kalau yang panas itu telapak tangannya Wu Yan. Saat dia membuka matanya kembali, kita bisa melihat Wu Yan dari matanya Nian Qin, dia hanya melihat sosok buram wajah Wu Yan, tapi dia tetap senang.
 


Xiao Lu mendadak muncul yang kontan saja membuat Wu Yan canggung melepaskan diri dari Nian Qin. Saat itulah Nian Qin baru memperkenalkan Xiao Lu sebagai adik dari saudaranya.

Wu Yan hampir saja mau mengajaknya salaman, tapi sedetik kemudian dia ingat kalau dia belum sembuh sepenuhnya dan buru-buru memakai masker biar Xiao Lu tidak tertular. Tapi yang tak disangkanya, Xiao Lu mengaku kalau dia sudah pernah divaksin. (Pfft! Berarti Nian Qin bohong hanya supaya dia bisa berduaan dengan Wu Yan)

Canggung, Wu Yan pun pamit. Tapi Nian Qin tak ingin berpisah dan langsung mencengkeram lengan Wu Yan. Maka Wu Yan berbisik kalau dia cuma mau ambil barang-barangnya, nanti dia akan kembali.

Xiao Lu geli menyadari kedua sejoli itu sudah jadian. Kalau begitu, dia akan membersihkan kamar tamu buat Wu Yan menginap. Sebenarnya dia datang cuma untuk mengecek apakah Nian Qin perlu sesuatu. Tapi sepertinya kedatangannya tidak diperlukan. Pfft!
 

Karena wawancaranya selalu gagal dan juga karena dia sudah mengundurkan diri dari radio, jadi Xu Qian memutuskan untuk kembali ke band-nya dan dia diterima kembali dengan senang hati.

Tapi tempat latihan mereka sekarang tidak bisa dipakai. Wu Yan pun membantu mereka dengan menghubungi Nie Xi, lalu Nie Xi menghubungi Xiao Lu, akhirnya band mereka pun punya tempat latihan baru.

Bahkan Xiao Lu dan Nie Xi cukup tertarik dengan band mereka dan karya musik mereka.
Nie Xi bahkan ingin menggunakan mereka dalam acara terbarunya nanti. Xiao Lu juga membantu mereka untuk memperdengarkan lagu mereka pada temannya yang pemusik.
 
 
Wu Yan awalnya sempat marah saat mendengar Xu Qian mengundurkan diri dari radio. Tapi setelah dia cukup tenang dan bisa memikirkannya dengan baik, dia akhirnya bisa memahami Xu Qian dan bisa menerima keputusannya. Apapun pilihan Xu Qian, Wu Yan pasti akan mendukungnya.

Biarpun sekarang hubungannya dengan Wei Hao juga sudah membaik, tapi dia tetap tidak akan membawa hubungan mereka ke tingkat yang lebih jauh. Xu Qian harus mengemban beban dan tanggung jawab keluarga, dan dia tidak ingin melibatkan Wei Hao.

Bersambung ke episode 9

Post a Comment

0 Comments