Tapi sayangnya, Si Yue dengan cepat memalingkan mukanya dengan canggung, berusaha menyembunyikan senyumannya yang begitu lebar dari Ding Xian. Ding Xian juga jadi malu.
Mengalihkan topik kembali ke cita-citanya Ding Xian, karena Ding Xian sekarang sudah unya tujuan yang jelas, maka Si Yue menyarankannya untuk memulainya dengan menentukan target kecil dulu.
"Kita berusaha bersama."
"Baik."
Sayangnya acara kemah itu harus diakhiri dengan cepat saat Ding Xian mendapat telepon penting dari ibunya. Ternyata neneknya Ding Xian sedang sakit parah sehingga Ibu harus bergegas pulang kampung.
Jun Cong juga ia bawa karena dia masih kecil, dan Ding Xian jelas belum bisa mengurusnya, sedangkan Ayah harus menginap di sekolah karena mengajar kelas tiga, sehingga Ding Xian terpaksa harus tinggal sendirian di rumah.
Ibunya Si Yue mencoba mengajak Ding Xian untuk tinggal di rumah mereka saja untuk sementara waktu, tapi Ding Xian merasa tak enak harus merepotkan keluarga lain, jadi dia menolaknya. Si Yue tampak jelas rada kecewa dengan penolakannya
Tapi malam harinya saat dia pulang sendirian sambil menelepon Sha Di, tiba-tiba dia mendengar suara-suara aneh dari luar, ternyata ada perampok yang mengincar rumahnya. Ding Xian ketakutan, tapi alih-alih memanggil bala bantuan, dia malah berniat mau menghadapi si perampok sendiri.
Untungnya Sha Di cepat bertindak menelepon Si Yue yang bergegas ke sana menyelamatkannya. Untungnya si perampok itu baru menandai rumahnya dan langsung kepergok sama pak satpam di depan.
Tapi tetap saja tidak aman jika Ding Xian sendirian di rumah. Jadi Ding Xian akhirnya harus tinggal di rumahnya Si Yue untuk sementara waktu sampai Ibu kembali. Tapi sebelum itu, Si Yue membawa Ding Xian belanja beberapa barang kebutuhannya dulu. Dia memilihkan beberapa snack, tapi Ding Xian malah diam-diam mengembalikan snack-snack itu ke rak.
Si Yue lalu memilihkan shampo anti rontok untuknya, Ding Xian bingung kenapa dia harus pakai shampo anti rontok, maka Si Yue pun menjawabnya dengan menyisir rambutnya Ding Xian dan seketika itu pula beberapa helai rambutnya benar-benar rontok.
Tapi tetap saja Ding Xian merasa tidak perlu shampo anti rontok dan memilih shampo biasa saja, rambutnya banyak kok. Dia juga menolak beli sabun karena sabun di rumahnya masih banyak. Si Yue kagum juga dengan sikapnya yang cukup hemat.
"Kau saja yang terlalu boros."
Saat mereka melihat-lihat alat tulis, Si Yue mendadak tertarik dengan pulpen yang bisa berbunyi. Dia benar-benar kayak anak kecil yang menemukan mainan baru sampai Ding Xian geli dibuatnya.
Tak sengaja mereka bertemu Ke Ke yang lagi jalan sama Jiang Chen. Dari Ke Ke-lah, Sha Di jadi tahu juga kalau Ding Xian tinggal di rumah Si Yue.
Bahkan saat dia menelepon Ding Xian, tak sengaja dia mendengar percakapan Ding Xian dengan Ibunya Si Yue bak percakapan calon mertua dan calon menantu. Ibu bahkan sangat mengagumi Ding Xian hingga ia ingin sekali punya anak perempuan seperti Ding Xian.
Ibu dengan riang menunjukkan beberapa foto masa kecilnya Si Yue, termasuk fotonya pakai baju cewek. Pfft! Si Yue jelas malu dan langsung merebut foto-foto itu.
Mungkin karena belum terbiasa, Si Yue asal saja membuka kamar mandi, tapi malah kaget mendapati Ding Xian baru selesai mandi dengan rambutnya yang masih basah dan kontan saja itu membuat Si Yue jadi canggung.
Tinggal bersama juga membuat Si Yue mengetahui kalau Ding Xian ternyata tukang molor. Dia sudah siap berangkat sekolah, tapi Ding Xian malah masih enak-enakan tidur. Tapi tetap saja, keduanya sama-sama bahagia bisa tinggal serumah.
Si Yue juga jadi punya teman makan malam sekarang. Biasanya dia makan malam sendirian karena ibunya biasanya keluar untuk main mahjong dengan teman-temannya.
Saat mereka mau nonton TV, Si Yue sengaja menggodanya dengan menyembunyikan remote-nya. Tapi dia tidak sadar siapa yang sedang dia lawan, Ding Xian dengan mudahnya merebut remote itu darinya.
Jelas dalam hal ini mereka tidak sebanding, Ding Xian anak sulung yang sudah berpengalaman rebutan remote sama adiknya, sedangkan Si Yue anak tunggal yang tidak pernah rebutan remote dengan siapapun.
Ding Xian mengaku sudah menggunakan situs yang Si Yue buat itu dan dia menyukainya. Si Yue menanggapinya dengan sok cool. Baguslah kalau Ding Xian suka, tidak sia-sia dia menghabiskan waktu untuk membuatnya. Ding Xian juga boleh pakai komputernya kalau mau. Jelas mau, Ding Xian langsung meninggalkan TV-nya untuk memakai komputernya Si Yue saat itu juga.
Tapi tinggal serumah juga membuat Ding Xian mengetahui rahasia keluarganya Si Yue yang ternyata tidak seharmonis kelihatannya. Saat mereka baru pulang sekolah, mereka malah mendengar ayah dan ibunya Si Yue bertengkar hebat dengan Ibu yang menuduh Ayah berselingkuh. Ayah membantah tuduhan itu, tapi Ibu tak percaya.
Tapi saat mereka melihat anak-anak pulang, mereka langsung mengubah sikap mereka, pura-pura seolah tak pernah ada masalah di antara mereka. Dan Si Yue pun diam saja, tampak jelas kalau dia sudah terbiasa mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.
Baru malam harinya, dia jujur mengakui kalau keluarganya sebenarnya memang tidak begitu harmonis. Karena ibunya seorang ibu rumah tangga, jadi fokus utamanya hanya pada ayahnya. Sedangkan ayahnya juga jarang di rumah karena pekerjaannya yang berada di luar kota. Makanya ibunya sering mencurigai dan salah paham pada ayahnya.
Tapi ibunya juga bukan seorang pendendam dan selalu cepat melupakan masalahnya. Tapi Si Yue selalu mengingat setiap kesedihan dan penderitaan yang dialami ibunya. Apa Ding Xian kecewa mengetahui kalau ternyata dia tidak sebaik yang Ding Xian pikir?
Ding Xian menyangkal, justru menurutnya Si Yue sangat baik. Dia meyakinkan Si Yue untuk tidak bersedih apalagi terlalu membebani dirinya sendiri, bagaimanapun, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dan lagi, suami-istri bertengkar itu biasa. Dia juga bersumpah kalau dia tidak akan membocorkan rahasia keluarganya Si Yue ini pada siapapun.
"Aku berbeda dari ayahku. Aku pasti tidak akan membiarkan orang-orang di sekitarku bersedih." Ujar Si Yue sambil menatap Ding Xian penuh arti.
Ding Xian benar-benar bahagia bisa semakin mengenal setiap sisi Si Yue, baik kelebihan maupun kekurangannya, termasuk kerapuhannya. Si Yue yang seperti ini, terasa lebih nyata dan tidak akan hilang dari hatinya.
Si anak rese hari ini tiba-tiba berubah total dan terus melamun di sekolah karena ternyata ayahnya tertimpa kemalangan di tempat kerjanya. Sha Di sebenarnya masih dendam atas segala hal buruk yang dia lakukan selama ini.
Tapi Ding Xian dan Si Yue sama sekali tidak ada dendam padanya dan tanpa ragu menyumbangkan sejumlah uang yang mereka miliki untuk si anak rese. Melihat itu, si anak rese akhirnya meminta maaf atas sikapnya selama ini sekaligus berterima kasih atas sumbangan mereka.
Saat mereka belajar bersama malam harinya, Ding Xian bertanya-tanya apakah Si Yue akan langsung direkomendasikan masuk Huaqing jika dia menjadi juara satu dalam olimpiade nanti. Si Yue membenarkannya, Ding Xian jadi iri. Kalau Si Yue masuk Huaqing nanti, maka dia akan bisa tinggal di kota yang sama dengan ayahnya, kota Jiangling itu besar nan makmur. Ding Xian juga ingin melihatnya.
"Ding Xian, bagaimana kalau kau juga kuliah ke Jiangling saja?" Usul Si Yue.
Bersambung ke episode 13
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam