Sinopsis Forever and Ever Episode 4

Shi Yi tidak bisa tidur saking gelisahnya memikirkan hari esok. Yuan Yuan juga jadi tidak bisa tidur gara-gara dia bergerak-gerak terus, dia juga antusias ingin segera bertemu calon kakak iparnya. Feeling-nya mengatakan kalau calon kakak iparnya itu orang baik.

 

Chen sendiri belum tidur dan masih sibuk berkutat dengan ponsel yang baru dibelinya. Dan orang pertama yang dia kirimi sms pastinya Shi Yi, mengabarkan bahwa besok dia akan datang jam 10. Iya, sms, bukan chat. Hari gini, masih ada orang kirim sms, Yuan Yuan sampai heran saat dia ikutan melihat ponselnya Shi Yi.

Chen mengaku pada Mei Xing bahwa melamar Shi Yi ini adalah satu-satunya hal paling impusif yang pernah dia lakukan dalam hidupnya. Dia khawatir hasilnya tidak baik dan justru akan menunda kebahagiaan Shi Yi.

Mei Xing tak setuju, justru menikah memang harus impulsif. Dia mengaku bahwa dia pernah melihat seorang gadis di Xi'an yang menarik perhatiannya (Shi Yi). Dia masih ingat betul wajah gadis itu seolah wajah gadis itu terukir dalam pikirannya. Seandainya dia bertemu lagi dengan gadis itu, dia mungkin juga akan melakukan hal yang sama dengan Chen, langsung melamarnya. Tapi dia tak yakin bisa bertemu gadis itu lagi dari sekian banyak orang di dunia ini.

"Jika berjodoh, pasti akan bertemu lagi." Ujar Chen.

"Wah! Setelah ilmuwan jatuh cinta, kau juga mulai mempercayai hal tak nyata semacam ini?"


Keesokan harinya tepat jam 10, Shi Yi bergegas keluar menyambut Chen yang membawa beberapa orang pelayan bersamanya, tampak necis dengan setelan jas dan kacamata. Shi Yi penasaran, apa dia rabun jauh?

"Sedikit rabun dekat?"

"Rabun dekat? Itu kan mata tua." Ceplos Shi Yi yang kontan saja membuat Paman Lin dan para pelayan mendengus geli.

Yang paling tak disangka semua orang, bahkan Shi Yi pun sampai tercengang saat melihat berbagai hadiah yang dibawa Chen, semuanya adalah benda-benda keramik antik yang pastinya mahal selangit. Dia bahkan menghadiahkan liontin giok mewah untuk Yuan Yuan.

Dia beralasan kalau ibunya tidak bisa ikut karena masalah kesehatan dan mengklaim bahwa semua ini adalah hadiah dari ibunya. Namun yang paling menarik perhatian mereka, terutama pamannya Shi Yi, adalah pengakuan Chen bahwa keluarganya-lah penyelenggara utama Asosiasi Dagang.

Shi Yi benar-benar kaget menyadari Chen ternyata dari keluarga konglomerat, tapi mengingat hubungan mereka, dia harus menyembunyikan reaksinya dan pura-pura seolah dia mengetahui semua ini.

Pamannya Shi Yi langsung nyerocos antusias, soalnya dia sendiri seorang pengusaha dan acara itu jelas menarik perhatiannya. Sungguh tak disangka kalau penyelenggara acara itu ternyata masih satu keluarga dengannya.

"Benar, satu keluarga." Chen setuju.

Siang itu juga, giliran Shi Yi yang mengunjungi calon mertuanya. Chen menyiapkan sebuah Cheongsam (Gaun tradisional Cina) untuk Shi Yi karena ibunya biasanya memakai Cheongsam dan juga beberapa perhiasan.

Saat Shi Yi keluar kamar tak lama kemudian, semua orang terpana melihatnya yang tampak begitu cantik mempesona memakai cheongsam warna pink dihiasi kalung zamrud, apalagi Chen yang tampak begitu terpesona melihatnya.

Seperti biasanya, Chen terdiam canggung sepanjang perjalanan. Malah Paman Lin duluan yang berbasa-basi menanyakan apakah Shi Yi mau minum. Setelah gelisah beberapa saat, Chen akhirnya memberanikan diri memberikan sebuah hadiah untuk Shi Yi, calon istrinya.

Sebuah kalung gembok panjang umur yang terbuat dari emas murni, di bagian belakang ada sebutir batu giok dan terukir tanggal lahirnya Chen (kalung gembok yang biasanya diberikan pada bayi sebagai simbol keberuntungan, kesehatan, dan panjang umur). Shi Yi ingat kalau dia juga punya dan berencana mau memberikannya pada Chen sebagai hadiah pertukaran.

Karena Shi Yi penasaran, Chen pun memberitahunya tentang bisnis keluarganya yang kebanyakan berkecimpung dalam investasi. Dan terkait nama dalam undangan Asosiasi Dagang yang hanya tertera nama keluarga 'Zhou' dan bukannya 'Zhousheng', itu karena dia anak sulung dan aturan dalam keluarganya mengharuskan hanya anak sulung yang memakai nama Zhousheng, sedangkan yang lain hanya bermarga 'Zhou'. (Ah! Itu menjelaskan kenapa Wen Chuan dan Wen Xing beda marga sama dia. Tapi kenapa Ren dan ayahnya juga bermarga 'Zhousheng'?)

Saat Shi Yi tanya apakah itu artinya hanya dia seorang dalam keluarganya yang bermarga 'Zhousheng', Chen agak bimbang untuk menjawabnya. Dia menjelaskan ada beberapa kondisi khusus tentang itu, nanti Shi Yi akan tahu setelah bertemu keluarganya.


Tapi dia khawatir tentang pertemuan dengan ibunya nanti, maka terlebih dulu dia menyarankan Shi Yi untuk menyiapkan batin sebelum bertemu ibunya nanti, karena mungkin ibunya akan bersikap dingin padanya. Tapi dia meyakinkan kalau itu bukan karena Shi Yi, melainkan karena dirinya.

Shi Yi penasaran, waktu itu Chen bilang kalau dia punya data informasinya. Chen membenarkan, itu karena keluarganya ingin memahami tentang Shi Yi mengingat pertemuan pertama mereka yang unik di bandara waktu itu.

"Apa mereka takut kalau aku ini orang jahat? Tapi aku memanggilmu waktu itu, aku sendiri juga kaget."

 

Setelah itu mereka diem-dieman lagi sepanjang sisa perjalanan... sampai akhirnya mereka tiba di kediaman keluarga Zhou, kediaman tua dan tradisional yang super duper mewah, besar dan luas. 

Mereka disambut seorang pelayan pria bernama Lin Fei yang merupakan keponakannya Paman Lin. Chen mengaku bahwa waktu kecil, dia pernah tinggal di sini selama beberapa tahun saja, tidak lama. 

Entah berapa hektar luas rumah itu, tempat parkirnya saja bisa menampung puluhan mobil, halaman depannya juga sangaaaaaaat besar dan panjang, belum lagi halaman-halaman lain yang harus mereka lewati selanjutnya, sebelum akhirnya mereka tiba di paviliun pinggir kolam tempat Nyonya Zhou dan yang lain berkumpul.

Chen menggenggam tangannya saat dia memperkenalkan Shi Yi ke Nyonya Zhou. Sayangnya, walaupun Nyonya Zhou tampak menyambutnya dengan sopan, tapi jelas dia tidak sopan, bahkan seketika itu pula dia mengusir Shi Yi secara halus dengan tidak mengundangnya makan siang di rumah dengan alasan tradisi keluarga yang hanya ada makanan dingin di rumah (makanan yang tidak dimasak di atas api) selama festival Qingming.

Shi Yi jelas kecewa dan sakit hati. Chen juga kesal dengan sikap Nyonya Zhou itu. Bahkan saat Nyonya Zhou menyuruhnya untuk datang menemuinya nanti malam, dia tegas menyatakan tidak akan pulang. Shi Yi diam saja saat mereka berjalan keluar, Chen pun jadi tak enak padanya. Paman Lin pun langsung bisa menduga apa yang terjadi dan jadi prihatin.

Chen lalu membawanya makan di sebuah restoran. Terlepas dari penolakan Nyonya Zhou, Chen jelas menolak menyerah dan tetap akan meneruskan pertunangannya dengan Shi Yi. Dia bahkan menanyakan ukuran jarinya Shi Yi dan model cincin tunangan seperti apa yang Shi Yi sukai.

Tapi Shi Yi jelas masih sedih teringat penolakan Nyonya Zhou. Chen mengaku bahwa Nyonya Zhou memang sangat mementingkan masalah pernikahannya. Bahkan Nyonya Zhou sudah mulai merencanakan pernikahannya sejak dia mulai beranjak dewasa. Semua hadiah pernikahan yang disiapkannya selama bertahun-tahun, ternyata jadi sia-sia sekarang, makanya dia kecewa.

Tak mempermasalahkannya lagi, Shi Yi penasaran gadis seperti apa yang pernah diperkenalkan Nyonya Zhou padanya. Maka Chen pun meminta Paman Lin untuk membawakannya sebuah dokumen yang cukup tebal dan dengan tak enak hati berkata bahwa di dalam dokumen ini berisi foto beberapa wanita yang pernah dijodohkan dengannya. Hah? Sebanyak itu?

Tapi anehnya, dia malah diam-diam tersenyum geli. Dan saat Shi Yi membuka dokumen itu, ternyata isinya malah menu makanan. (Wkwkwk! Si Abang bisa bercanda juga rupanya)

Tepat saat itu juga, Ren dan dua orang wanita muncul, ingin ikut makan bersama mereka karena bosan makan makanan dingin di rumah. Chen memperkenalkan Ren pada Shi Yi, tapi jelas dia jenis orang yang tidak terlalu akrab dengan para sepupunya, dia bahkan tidak tahu siapa kedua wanita itu padahal mereka masih saudara. Yang satu adalah sepupu mereka, Zhou Wen Fang. Dan yang sedang hamil besar adalah istri dari sepupu mereka, Tang Xiao Fu.

Mereka memutuskan duduk bersama di luar dan bercengkerama akrab sambil menggosipkan tentang aturan dan tradisi turun temurun keluarga Zhou yang menyebalkan dan sayangnya, tidak bisa dihindari karena para tetua yang masih keukeuh mempertahankan tradisi itu. Untungnya tradisi semacam ini hanya diadakan tiap 4 tahun sekali. Kalau tidak, mungkin mereka bisa gila.

Xiao Fu penasaran mereka akan tinggal di mana setelah menikah nanti. Chen berkata karena pekerjaannya Shi Yi berada di Shanghai, maka dirinya-lah yang akan sering PP Shanghai-Zhenjiang. Geli, Xiao Fu menyarankan Shi Yi untuk mengikat Chen erat-erat, hubungan jarak jauh itu bisa memengaruhi hubungan. 

Suami-istri harus tinggal bersama, itu baru namanya menjalani hidup. Dan bagaimana jika mereka punya anak nanti, masa Shi Yi harus mengurus anak mereka sendirian? Chen jadi galau mendengar semua itu.

Dalam perjalanan mengantarkan Shi Yi pulang ke rumah pamannya, Chen mengaku bahwa dia harus dinas selama setengah bulan dan meminta Shi Yi menunggunya. Nanti setelah dia pulang, dia akan datang ke rumah Shi Yi untuk membicarakan masalah pertunangan. Shi Yi khawatir, apakah Chen tidak akan mempertimbangkan pendapat ibunya?

"Dalam hal ini, hanya pendapat satu wanita yang layak dipedulikan, yaitu kau." Ujar Chen (Aww, so sweet)

"Namun kelak aku harus menghadapinya."

"Pasti akan baik-baik saja."

Tapi nanti saat dia bekerja, akan sulit menjawab panggilan telepon setiap saat. Karena itulah, mereka pun sepakat untuk membuat jadwal menelepon harian. Yaitu 3 kali sehari: Pagi jam 7, siang jam 11 dan malam jam 11.30.

Mereka mulai saling menelepon keesokan harinya, cuma saling bilang: Selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam. Wkwkwk! Mei Xing sampai heran mendengarnya. Tapi yah terserah mereka sajalah. Selama tunangannya Chen itu senang, yah tidak masalah.

Keesokan harinya, Shi Yi dan kedua orang tuanya kembali ke Shanghai dan Chen datang untuk mengantarkan mereka. Kedua orang tua Shi Yi suka sama dia, apalagi sikapnya yang sangat sopan. 

Tapi Ibu penasaran apakah Shi Yi tidak pernah bosan saat mereka bersama. Tidak tuh, malah Shi Yi merasa kalau sikap Chen ini menunjukkan kalau Chen serius terhadapnya.


Kembali ke Shanghai, Shi Yi baru memberitahu Xiao Yu tentang lamarannya Chen yang jelas saja membuat Xiao Yu shock mendengar pesatnya hubungan mereka. Tapi bukannya Chen kerja di Jerman, terus bagaimana mereka akan hidup nantinya? Masa mau LDR beda negara?

"Dia sudah berencana pulang sejak awal, Sebelumnya dia pergi ke Xi'an tujuannya untuk mempersiapkan laboratorium baru. Beberapa hari yang lalu, dia terbang ke Jerman untuk mengundurkan diri. Kurasa perlu serah terima selama beberapa bulan, baru bisa sepenuhnya pulang." Cerocos Shi Yi.

Hadeh! Informasinya terlalu banyak, Xiao Yu terlalu sulit untuk mencerna semuanya sekaligus. Beri dia waktu untuk mencerna semua informasi itu.


Shi Yi mulai men-dubbing drama 'One and Only' lagi. Kali ini dia dengan berlinang air mata menarasikan ucapan perpisahan Cui Shi Yi pada keluarganya sebelum dia mati bunuh diri. (Nama marga dia di kehidupan sebelumnya adalah 'Cui', namun sebelum dia bunuh diri menyusul Pangeran Nanchen yang mati secara tak adil, dia memutuskan untuk mencoret marga Cui dari namanya sehingga dia hanya bernama Shi Yi, mati sebagai muridnya Pangeran Nanchen, dan itulah mengapa namanya di kehidupannya yang sekarang hanya Shi Yi)


Usai dia bernarasi, seseorang memberitahu bahwa mereka mendapat kiriman makanan dari kelurganya Shi Yi. Semua orang langsung makan dengan gembira sambil bertanya-tanya penasaran, ingin bertemu dengan keluarganya Shi Yi itu, ingin tahu seperti apa pria beruntung yang berhasil mendapatkan Shi Yi itu. Tapi ada satu pria di antara mereka yang tampak jelas tak senang mengetahui Shi Yi ternyata sudah punya kekasih, seorang sutradara bernama Sutradara Wang Yi Dong yang tampak jelas naksir Shi Yi.

 

Shi Yi mengenali nama restorannya yang mereka datangi waktu itu. Chen mengaku bahwa dia memesan di sana lagi karena waktu itu Shi Yi tampak senang makan di sana, makanya dia pikir kalau makanan restoran itu cocok untuk Shi Yi.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments