Sinopsis Forever and Ever Episode 5

Di laboratorium di Jerman, Chen baru memberitahu rekan-rekannya bahwa dia sekarang sudah punya tunangan. Kabar yang kontan mengagetkan mereka, karena selama ini mereka mengira kalau Chen mendedikasikan hidupnya hanya untuk sains.

Manajernya Shi Yi, Mei Lin, sudah dengar kabar yang mengatakan bahwa belakangan ini studio rekaman mereka setiap hari, 3 kali sehari, rutin mendapat kiriman makanan dari pacarnya Shi Yi. Mei Lin benar-benar penasaran sama pacarnya Shi Yi ini, ingin sekali dia bertemu dengannya. 

Shi Yi mengabaikannya dan ganti topik minta izin cuti beberapa hari. Dubbing drama ini terlalu menguras energinya karena kebanyakan nangis. Ngomong-ngomong tentang pekerjaan, Mei Lin mengucap selamat untuknya. Karena sekarang, Shi Yi akan mendapat penghargaan dalam acara award mendatang. Err... Sebenarnya baru masuk nominasi sih, tapi kabarnya dia yang akan menang.

Tepat saat itu juga, alarm -nya berbunyi, saatnya menelepon Chen, Shi Yi langsung melesat naik ke rooftop dan melupakan masalah award itu sepenuhnya dari pikirannya. Tapi Chen sepertinya sedang sakit, tiba-tiba dia terbatuk saat bicara di telepon.

Shi Yi jadi khawatir dan menyuruhnya untuk minum obat sekarang juga. Tapi Chen mengaku sedang tidak punya obat sekarang... Karena ternyata dia sedang menunggu di depan kantornya Shi Yi. (Pantas saja dia sakit, dia terburu-buru pulang dari luar negeri tanpa memedulikan kesehatannya sendiri hanya demi melihat Shi Yi)

Shi Yi langsung sumringah melihatnya datang tiba-tiba dan langsung melesat keluar saat itu juga. Shi Yi mengira kalau Chen akan ada kegiatan lain selain menemuinya, tapi Chen mengaku tidak ada kegiatan lain, dia hanya ingin mengantarkan Shi Yi pulang.


Hmm, dia romantis juga. Dia bahkan membawakan tasnya Shi Yi dengan gaya canggungnya yang imut banget (Pfft! Si Abang menggemaskan sekali). Dan seperti biasanya, Chen cuma terdiam canggung sepanjang jalan.

Shi Yi yang akhirnya buka suara duluan menanyai nama lengkap Paman Lin. Yang tak disangkanya, Paman Lin ternyata juga bermarga Zhou, Zhou Lin. Chen menjelaskan bahwa para pengurus rumah senior di rumahnya, semuanya bermarga Zhou, termasuk Lin Fei yang nama panjangnya Zhou Lin Fei. Mereka semua adalah kerabat jauh. Biar tidak terlalu membingungkan antara keluarga inti dengan para pengurus rumah, biasanya para pengurus rumah dipanggil dengan nama mereka saja tanpa marga.


Dia diam lagi sepanjang sisa perjalanan pulang, tapi Shi Yi sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikapnya itu. Setibanya di depan apartemennya, Shi Yi tiba-tiba berinisiatif mengundang Chen masuk, soalnya dia ingin menyeduhkan obat flu untuk Chen.

Chen agak ragu, soalnya ini sudah agak larut, apalagi dia belum pernah masuk sendirian ke rumah seorang gadis (Pfft! Polos banget si Abang). Shi Yi benar-benar heran mendengarnya, dia akui kalau Chen memang agak membosankan.

Tapi dia penasaran, Chen bilang bahwa hubungan mereka adalah salah satu dari arah penelitiannya. Tapi bagaimana jika arah penelitian itu salah?

Chen meralat, konsepnya Shi Yi salah. Arah penelitian itu tidak ada perbedaan yang benar atau salah. Metode eksperimennya yang mungkin salah. Jika metodenya salah, maka bisa diubah dengan metode lain, namun arah penelitiannya sendiri tidak berubah.

Begitu juga dengan hubungan mereka. Fakta bahwa mereka sekarang bersama itu tidak bisa diubah. Jika misalnya terjadi masalah di tengah jalan, maka mereka hanya perlu mengubah cara bergaul mereka untuk mempertahankan hubungan mereka.

Chen akhirnya masuk juga ke rumah Shi Yi tapi dia agak ragu untuk meminum obat herbal yang Shi Yi seduhkan untuknya itu. Shi Yi meyakinkan kalau obat ini sangat ampuh... Kenapa? Jangan-jangan Chen curiga kalau dia hanya cari-cari alasan untuk mengundang Chen masuk rumah, yah?

Chen dengan malu-malu mengaku bahwa tadi sebenarnya tidak bermaksud menolak undangan Shi Yi. Hanya saja, dia merasa agak terlalu gegabah dalam masalah pertunangan mereka. Makanya dia sekarang dia ingin membawa hubungan mereka secara perlahan-lahan. Tapi... dia akui bahwa sebenarnya dia memang ingin sekali masuk ke rumah Shi Yi. Pfft!

Tapi Chen mengaku bahwa dia harus kembali ke Zhenjiang malam ini juga, soalnya tradisi keluarganya mengharuskan mereka untuk berkumpul dan makan pagi bersama.

Mendengar itu, Shi Yi pun langsung mengusirnya sekarang juga biar dia ada waktu istirahat sebentar di rumahnya sebelum makan pagi besok. Chen menurut dengan patuh, dia bahkan terlebih dulu menghabiskan obat herbal pahit itu. 

Sebelum pergi, dia mengaku bahwa dia pulang kali ini karena Shi Yi masuk nominasi penghargaan dan ingin menghadiri acara award itu bersama Shi Yi. Dan sisa waktunya ingin dia gunakan untuk mempersiapkan acara pertunangan mereka.

Yang tidak Shi Yi ketahui, Chen sebenarnya tidak langsung pergi, malah sengaja berlama-lama di luar, menatap jendela kamar mandinya Shi Yi mulai dari lampu kamar mandi itu menyala sampai mati lalu lalu kamar tidur menyala. Total semuanya memakan waktu 25 menit, berarti Shi Yi kalau mandi sekitar 25 menit.

Paman Lin heran mencium aroma obat herbal dari tubuh Chen, biasanya Chen tidak pernah mau minum obat herbal karena tidak suka baunya. Chen mengaku tak enak sama Shi Yi, makanya dia habiskan saja, cuma segelas kok.

Paman Lin jadi penasaran bagaimana sebenarnya dulu mereka berkenalan. Chen pun dengan senang hati menceritakan tentang pertemuan pertama mereka yang mana Shi Yi duluan yang mengejarnya di bandara dan meminta kontaknya.

"Orang yang bisa menyukaimu, memang orang yang sama anehnya denganmu." Komentar Paman Lin.

"Aku merasa kalau aku lumayan beruntung. Aku tak pernah menyangka kalau aku akan disukai oleh gadis seperti ini."

Hari sudah pagi saat akhirnya Chen tiba di kediaman keluarga Zhou. Lin Fei sudah menunggunya dengan membawakan setelan jas untuknya. Tapi Chen masih tidur saat itu dan Paman Lin sengaja membiarkannya tidur lebih lama. Paman Lin memang sayang banget sama Chen. Baginya, Chen sudah seperti anaknya sendiri.

Anggota keluarganya sudah berkumpul di meja makan saat dia masuk. Tapi terlebih dulu dia menuangkan arak di sebuah meja kosong yang khusus digunakan untuk meja persembahan para leluhur.

Tapi suasana makan pagi hari itu berubah tak menyenangkan saat Zhousheng Xing tiba-tiba membahas tentang Shi Yi, dan menuntut Shi Yi untuk bekerja di perusahaan mereka karena jika mereka menikah nanti, maka Shi Yi harus membantu bisnisnya Chen.

Chen menolak dan menegaskan kalau Shi Yi tidak cocok untuk berbisnis. Nyonya Zhou langsung sinis mendengarnya dan menuntut Chen untuk membatalkan pertunangannya saja kalau dia merasa tidak cocok. Chen menolak tegas, hanya Shi Yi yang paling cocok untuknya.

Berhubung nanti Shi Yi akan tinggal di sini, Lin Fei penasaran apakah mereka harus mengganti ranjangnya Chen dengan ranjang yang lebih kuat dan kokoh. Pfft! Tapi Chen dengan polosnya sama sekali tidak menyadari maksudnya dan menolak ganti ranjang.

Tapi saat dia hendak keluar tak lama kemudian, dia mendadak berubah pikiran dan memerintahkan Lin Fei untuk mengganti ranjangnya saja. Tapi dia juga memerintahkan Lin Fei untuk membersihkan kamar sebelah juga, nanti dia akan tidur di kamar sebelah.

Si pelayan wanita bingung kenapa Chen ingin tidur di kamar terpisah dengan calon istrinya. Tapi Lin Fei sama sekali tidak merasa itu aneh, karena dia yakin kalau Chen cuma berakting sok polos dan sok gentleman.


Usai menarasikan drama 'One and Only', Shi Yi pergi ke butik milik temannya Mei Lin untuk meminjam baju untuk dipakai ke acara award besok. Pemilik butik menyarankannya untuk pakai baju warna merah saja karena warna merah akan semakin menambah pesonanya, tapi Shi Yi menolak. 

Dia mengaku bahwa sejak kecil dia tidak pernah suka warna merah (Karena di kehidupan sebelumnya dia mati dengan memakai baju merah). Dia bisa menoleransi baju warna merah hanya saat dia menikah nanti.

Bukan hanya Tong Jia Ren yang menyukai pria lain, Zhou Wen Chuan juga sebenarnya menyukai wanita lain bernama Wang Man. Sepertinya mereka dulu kekasih sebelum kemudian Wen Chuan memutuskan menikah dengan wanita lain. 

Sama seperti istrinya yang masih mengharapkan pria lain, Wen Chuan juga masih gigih untuk mendapatkan Wang Man tak peduli biarpun Wang Man terus berusaha menghindarinya. Hari itu saat Wang Man mengunjungi Nenek, Wen Chuan juga ada di sana.

Wang Man mau menghindarinya, tapi Wen Chuan langsung mengejarnya tepat saat Chen mendadak muncul dan jelas curiga melihat cara Wen Chuan memegang tangan Wang Man. Tapi Wen Chuan seolah tak peduli dan langsung pergi mengejar Wang Man.

Nenek sangat senang hari ini karena dikunjungi cucu-cucunya. Chen jelas cucu kesayangannya, Nenek bahkan sudah menyiapkan snack kesukaan Chen, memanjakan Chen seolah dia masih anak-anak. Nenek ternyata sudah tahu kalau Chen mau menikah, Nenek jadi antusias ingin bertemu cucu menantunya dan penasaran sudah berapa lama mereka pacaran.

"Kami bertunangan dulu, baru menikah, Nek."

"Hah? Hubungan seperti itu sedang nge-trend di kalangan anak muda zaman sekarang?"

"Bukan, Nek. Aku dan dia berbeda dari orang lain."

Dia memberitahu bahwa nama tunangannya itu adalah Shi Yi. Shi artinya waktu, dan Yi artinya tepat. 

Namun dari percakapan mereka, ternyata ibu kandungnya Chen itu bukan Nyonya Zhou. Ibu kandungnya Chen sudah meninggal dunia dan ia tidak pernah menikah secara formal dengan mendiang ayahnya Chen. Karena itulah, Nenek berpesan pada Chen untuk tidak memperlakukan istrinya seperti yang dilakukan mendiang ayahnya pada mendiang ibunya.

Gaun-gaun yang dipesan Chen untuk Shi Yi sudah jadi. Beberapa pegawai wanita yang kemarin membantunya memakai cheongsam, hari ini datang lagi membawakan gaun-gaun itu untuknya. Total ada 6 gaun, tapi baru dua gaun yang sudah jadi.

Chen gelisah banget, takut Shi Yi tidak menyukai gaunnya. Namun tak lama kemudian, Shi Yi meneleponnya, memberitahu kalau dia menyukai gaun-gaun itu. Apalagi salah satu gaun berwarna hijau turkis yang merupakan warna kesukaannya Shi Yi. Saking senangnya, Chen tiba-tiba berinisiatif ingin latihan menyetir mobil sendiri.

Shi Yi akhirnya lebih memilih memakai gaun hijau turkis pemberian Chen itu ke acara award, tapi Chen ternyata tidak bisa datang tepat waktu karena terhambat pekerjaannya. Shi Yi bahkan sudah hampir putus asa saat gilirannya tampil ke atas panggung untuk membacakan penghargaan tapi Chen masih belum bisa dihubungi juga.

Namun tepat setelah dia membacakan nama pemenang, akhirnya dia bisa sumringah melihat Chen yang baru datang, duduk di barisan paling depan, kursi VIP. Dia memang agak terlambat karena dia menyetir sendiri dan nyetirnya cukup lambat, dia bahkan sangat santai memastikan mobilnya terparkir dengan benar dulu. 

Untungnya dia punya kenalan orang dalam yang membawanya duduk di kursi VIP paling pojok biar dia tidak terganggu orang lain dan tidak mengganggu orang lain juga.

Begitu turun panggung, Shi Yi langsung menghampiri Chen dan mengajaknya pergi sekarang juga tanpa menunggu acaranya selesai, lagipula Shi Yi juga sudah mendapatkan penghargaannya yang Chen lewatkan gara-gara keterlambatannya tadi.

Bersambung ke episode 6

Post a Comment

0 Comments