Sinopsis Forever and Ever Episode 2

Aku baru mulai membaca novelnya dan menyadari ada bagian penting di episode 1 yang malah kulewatkan. Bisa-bisanya aku melewatkannya. Gini nih kalau bikin sinopsis agak terburu-buru, jadi kurang konsen dalam memahami ceritanya.

Waktu Shi Yi di restoran mengomentari tentang suami-istri yang saling mencintai itu, dia bilang... "Kebanyakan orang punya pandangan dangkal, hanya melihat sebatas kulit, tidak sampai tulang." (Judul asli novelnya adalah One Life, One Incarnation - Beautiful Bones)

Maksudnya, kebanyakan orang hanya bisa melihat penampilan luar, tapi tidak bisa melihat kualitas inner beauty. Istri pria tersebut bisa melihat inner beauty suaminya. Dan kalimat ini pula yang mendasari cinta Shi Yi pada Zhousheng Chen, dia bisa melihat kualitas inner beauty-nya Zhousheng Chen.

Sinopsis Episode 2:

Zhousheng Chen menatap email-nya dengan galau. Shi Yi akan segera kembali ke Shanghai, Zhousheng Chen ingin mengirim email perpisahan, tapi tak tahu harus menulis apa.

Mei Xing, temannya yang seorang pengacara, penasaran siapa gadis itu. Zhousheng Chen berkata kalau dia adalah gadis yang baru berjodoh 3 kali bertemu dengannya. Mei Xing jadi penasaran apakah gadis itu adalah gadis yang bisa berjodoh dengannya sampai ke pelaminan.

Tapi kenapa pula dia mengirim email. Zaman sekarang, siapa juga yang mengirim email? Karena itulah, Mei Xing menyarankannya untuk menelepon langsung saja, ajak gadis makan malam. Ngomong-ngomong, siapa nama gadis itu?

"Shi Yi." Jawab Zhousheng Chen.

Shi Yi berdiri menatap tembok istana kuno, menatapnya dengan sedih... saat tiba-tiba saja dia melihat sosok dirinya di kehidupan masa lampau, memakai baju pengantin berwarna merah, berdiri di tepi tembok istana itu, menatap dunia dengan matanya yang hampa. Lalu dengan senyum terakhirnya, dia melompat dari tembok istana itu (Menyusul Zhou Sheng Chen ke alam kematian. Kalau menurut novelnya sih, dia memang ingat kehidupan masa lampaunya) 

 

Xiao Yu baru kembali saat itu dan menyadarkannya dari lamunan. Shi Yi pun memberitahu Xiao Yu tentang kisah cinta Pangeran Nanchen yang hanya mencintai satu wanita seumur hidupnya, yaitu istrinya Putra Mahkota. Istrinya Putra Mahkota juga sangat mencintainya hingga akhirnya dia bunuh diri tak lama setelah Pangeran Nanchen mati.

Saking asyiknya ngobrol, dia tidak sadar kalau dia sedang diperhatikannya oleh Mei Xing yang kebetulan sedang memotret pemandangan dari atas tembok istana, dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada Shi Yi (Hmm, apa mungkin dia nanti jadi jahat?). Dia bahkan berusaha mengejar Shi Yi tapi terlambat mengejar taksi yang ditumpangi Shi Yi.

Alih-alih mengirim email, Zhousheng Chen akhirnya memutuskan mendatangi hotel tempat Shi Yi menginap untuk memberikan hadiah berupa sebuah buku panduan wisata kota Xi'an. Tapi sayangnya mereka tak sadar kalau mereka saling melewatkan satu sama lain. 

Tepat setelah dia menyerahkan barangnya ke resepsionis, Shi Yi baru muncul. Dan saat Shi Yi keluar mengejarnya, dia sudah tidak melihat Zhousheng Chen lagi. Shi Yi mengira kalau Chen sudah pergi, jadi dia kembali ke kamarnya. 

Padahal sebenarnya Chen belum pergi, melainkan berada di balik tembok, sedang melihat-lihat dagangan seorang penjual kepiting hias dan memutuskan untuk membelinya untuk dipelihara. 

 

Usai melihat-lihat buku itu, Shi Yi langsung menguhubunginya via email untuk meminta nomor teleponnya. Chen memberikannya sebuah nomor telepon, tapi bukan nomor HP-nya, melainkan nomor telepon kantornya.

Shi Yi langsung menghubunginya saat itu juga. mereka berbasa-basi sejenak. Dan atas desakan Xiao Yu, Shi Yi langsung meminta Chen untuk mengajaknya melihat-lihat laboratorium tempat kerjanya sebelum dia balik ke Shanghai. Chen awalnya agak ragu dan memberitahu Shi Yi bahwa pekerjaan laboratorium itu membosankan. Shi Yi hampir saja kecewa. Mungkin karena tak ingin mengecewakan Shi Yi, Chen akhirnya berubah pikiran sedetik kemudian dan menyetujuinya.

Saat Shi Yi tengah menunggu di depan gedung laboratorium itu, manajernya menelepon untuk membicarakan masalah pekerjaan. Dan setelah memastikan jadwal kepulangan Shi Yi, tiba-tiba saja si manajer penasaran alasan cutinya Shi Yi yang begitu tiba-tiba dan curiga kalau Shi Yi sudah menikah dengan cowok kaya, makanya dia bisa seenaknya mengambil cuti. 

Shi Yi menyangkal, dia tidak peduli sama cowok kaya. Manajer penasaran, terus seperti apa cowok idamannya Shi Yi?

Tepat saat itu juga, Shi Yi melihat Chen keluar dan langsung terpesona padanya. Shi Yi pun langsung menjawab pertanyaan si manajer... "Orang yang kusukai, harus seorang profesor peneliti ilmiah."

Si manajer jelas bingung mendengar jawabannya. Tapi Shi Yi langsung menutup teleponnya begitu saja. Chen mengajaknya keliling sambil menjelaskan pekerjaan apa saja yang dilakukan di laboratorium itu.


Kedengarannya sih pekerjaannya tidak yang wah banget gitu, soalnya cuma berhubungan dengan kabel listrik. Tapi Chen menjelaskan bahwa mereka tengah mengembangkan teknologi material luar kabel tahan panas dan korosi yang bisa memperpanjang masa penggunaan kabel-kabel listrik.

Dari percakapannya dengan asistennya Chen, Shi Yi mengetahui kalau Chen ternyata baru kali ini membawa seorang teman melihat-lihat lab-nya. Dan lagi, teman yang dia bawa seorang wanita, makanya beritanya langsung heboh di kalangan murid-muridnya Chen.

Usai keliling, Shi Yi lalu ikut makan malam bersama Chen dan murid-muridnya. Dia memberitahu mereka tentang profesinya dan bahwa sekarang dia sedang men-dubbing drama berjudul Kenangan Chang'an (Judul lain dari One and Only, drama prekuel dari drama ini. Pfft!).

Tapi tiba-tiba seorang muridnya Chen ganti topik karena penasaran apakah dia pacarnya Chen, tapi seorang murid lainnya malah memberitahu bahwa Chen sudah punya tunangan. 

Informasi itu kontan Shi Yi patah hati. Dia bahkan tidak mood lagi berlama-lama di sana dan bergegas pamit. Chen bersikeras mau mengantarkannya, soalnya sekarang sudah malam, tidak aman baginya pulang sendirian.

Mereka diam saja sepanjang jalan. Baru setibanya di hotel, Chen menjelaskan pada Shi Yi bahwa ucapan muridnya tadi adalah kesalahpahaman, tidak benar. "Aku memang berencana menikah dalam waktu dekat. Tapi tidak ada orang yang ingin kunikahi." (Pfft! Maksudnya?)

Mood Shi Yi seketika membaik mendengar ucapannya itu. Dia mau langsung pergi., tapi tiba-tiba dia kembali dan bertanya apakah Chen percaya pada ramalan. Chen mengaku tidak, tapi jika hasil ramalannya bagus, dia akan meyakinkan dirinya sendiri untuk mempercayainya.

Shi Yi mengaku bisa sedikit membaca ramalan garis tangan dan meminta izin Chen untuk membaca telapak tangannya. Chen dengan senang hati memberikan tangannya. (Ah, OST-nya bagus banget. Jarang-jarang aku suka OST drama Cina)

Shi Yi memberitahu bahwa dia bisa melihat kehidupan masa lampaunya Chen. "Apa kau percaya pada kehidupan masa lampau dan kehidupan masa kini? Di kehidupan lampau, kita pernah bertemu."

Chen cuma terdiam menatapnya, Shi Yi jadi tak enak dan cepat-cepat melepaskan pegangan tangannya dan beralasan kalau dia cuma bercanda. Tapi yang tak disangkanya, Chen berkata kalau dia percaya.

"Pertemuan dua orang, ada sebab-akibat dan jodohnya." Ujar Chen. "Jadi, kau akan pergi besok?"

Shi Yi membenarkan, dia ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan. Chen akhirnya memberanikan diri untuk meminta nomor ponselnya Shi Yi agar mereka bisa saling kontak biarpun tidak sedang online. Shi Yi agak terkejut mendengar pertanyaannya sampai-sampai dia cuma bengong, Chen jadi salah paham kalau Shi Yi tidak mau memberikannya.

Baru sadar, Shi Yi cepat-cepat menjelaskan kalau dia mau memberikannya, tapi dia tidak bawa kertas dan pulpen. Tidak masalah, Chen meyakinkan kalau dia bisa mengingatnya, jadi Shi Yi ngomong aja. 

"13141152099." Ujar Shi Yi. Dan Chen langsung mengingatnya tanpa perlu diulang (Wah! Otak jenius)

Begitu kembali ke Shanghai, Shi Yi langsung sibuk dengan pekerjaannya. Tapi dia juga menceritakan tentang pertemuannya dengan Chen pada manajernya. Mendengar pria itu tidak tinggal di Shanghai, si manajer jadi khawatir tentang pekerjaannya Shi Yi. 

Kalau nanti mereka sampai pacaran dan Shi Yi ikut pria itu tinggal di kota lain, maka akan sangat repot kalau Shi Yi harus terbang kesana-kemari, karena base pekerjaannya Shi Yi kebanyakan di Shanghai, Beijing dan Guangzhou.

Shi Yi pura-pura cuek dan mengabaikannya. Tapi sebenarnya dia cemas juga dan langsung menelepon lab-nya Chen. Tapi sayangnya, dia diberitahu kalau Chen sudah meninggalkan Xi'an.

Chen bersama Mei Xing, pulang ke rumah keluarganya di Zhenjiang yang ternyata keluarga konglomerat, dan dia adalah anak sulung pewaris bisnis keluarga. Dia punya tiga orang adik, Zhousheng Ren, Zhou Wen Xing (yang tampak jelas naksir Mei Xing), dan Zhou Wen Chuan. Wen Xing dan Ren tampak jelas sangat menyayangi Chen walaupun Ren sok ketus memprotes Chen yang jarang pulang. 

(BTW, nama marga mereka memang rada beda. Chen dan Ren marganya sama-sama Zhousheng, tapi Wen Xing dan Wen Chuan cuma bermarga Zhou. Aku kurang jelas juga, mungkin mereka semua bukan saudara kandung)

Tong Jia Ren, wanita yang hendak menikah dengan Zhou Wen Chuan tapi lebih mencintai Chen, juga datang. Wen Chuan jelas tahu tentang perasaan Jia Ren pada Chen, apalagi Jia Ren memang terang-terangan saat menatap Chen, padahal Chen bahkan tidak meliriknya.

Ibu mereka mendesak Chen untuk segera menikah juga menyusul Wen Chuan, tapi Chen menolak karena belum menemukan jodoh yang tepat dan menegaskan bahwa dia memiliki pemikirannya sendiri tentang masalah pernikahannya.

Chen dan Wen Chuan lalu menemui para paman yang sekaligus para dewan direksi untuk membahas bisnis. Kepemimpinan bisnis keluarga Zhousheng selama ini dipegang pamannya yang bernama Zhousheng Xing sejak ayahnya Chen meninggal dunia.

Selama ini perusahaan mereka kebanyakan berinvestasi di luar negeri. Karena itulah Chen ingin mengalihkan investasi mereka ke pasar domestik, kembali ke akar mereka di Cina, mengembangkan industri lokal. 

Tapi tidak ada seorang pun yang mendukungnya ataupun menghormatinya. Zhousheng Xing walaupun tampak baik, tapi jelas dia munafik dan senang saat para dewan direksi diam saja tak mendukung rencana Chen.

Sedih dan kecewa, Chen jadi merindukan Shi Yi. Maka malam itu juga, Chen mengajak Paman Lin (supirnya) untuk membawanya ke Shanghai tak peduli biarpun perjalanannya makan waktu 4 jam.

Dalam perjalanan, dia menelepon Shi Yi dan mengajaknya makan camilan malam, malam ini juga. Shi Yi langsung setuju. Dia ingin mereka langsung bertemu di restoran saja, tapi Chen bersikeras ingin menjemputnya ke kantornya. Paman Lin diam-diam tersenyum menyadari Chen punya teman wanita yang jelas dia sukai.

Tak lama kemudian, Shi Yi terburu-buru keluar dan hampir saja terjatuh gara-gara high heels-nya. Untungnya Chen muncul saat itu dan sigap menangkapnya. Shi Yi terpana melihatnya dalam balutan setelan jas yang baru kali ini dilihatnya.

Shi Yi penasaran kenapa Chen bersikeras ingin menjemputnya. Jawabannya simpel, karena sekarang sudah larut malam, makanya Chen mengkhawatirkan keselamatannya kalau dia pergi sendirian.

Chen memang seorang pria yang canggung dan introvert. Dia lebih banyak diam dalam perjalanan di mobil. Shi Yi yang berinisiatif memecahkan kecanggungan di antara mereka dengan bertanya apakah tadi Chen bertemu dengan orang penting sehingga dia pakai setelan jas.

Chen lagi-lagi cuma menjawab singkat, setelah itu diam lagi. (Pfft! Mereka imut juga) dalam batinnya, Shi Yi berkomentar kalau pria ini aneh banget, cuma bicara satu kalimat lalu selesai. Tapi untungnya, Shi Yi tetap suka.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

1 Comments

  1. Bro/Sis...Harap buat rekap Jun Jiu Ling, seru banget. Terima kasih sebelumnya!

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam